Pages

Wednesday 28 October 2015

MENCARI ALLAH DI ANTARA LISAN DAN HATIMU


Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan: “Jika ada seseorang bertanya: “Bagaimanakah aku harus mengeluarkan cinta dunia dari hatiku?” Maka jawabannya adalah: “Hendaklah memperhatikan cintamu pada ‘tuhan-tuhan’ hati dan ‘anak-anak’-nya yang selain Allah.”

Ambillah alat ukur berupa cermin, lalu pandanglah hatimu melalui cermin itu. Perhatikanlah, apakah engkau seorang Mukim atau seorang munafik? Apakah engkau seorang yang bertauhid atau seorang musyrik?

Dunia adalah fitnah yang menyibukkan dan bencana kepadamu, kecuali diambil dengan niat yang benar semata-mata untuk bahagian akhirat. Jika seseorang berniat dengan benar dalam memanafaatkan dunia, maka jadilah akhirat untuknya.

Setiap nikmat dapat menafikan syukur kepada Allah apabila engkau tidak merasakan ianya dari Allah dan kebersamaan dengan Allah ketika engkau menikmatinya. Kerana itu, hendaklah engkau mengarahkan nikmat Allah dengan cara bersyukur kepada-Nya.

Setidaknya ada dua cara untuk bersyukur:
1) Memohon pertolongan dengan nikmat itu agar kita dapat berbuat taat dan menjadi orang yg berkhidmat bagi orang yang fakir di dunia;
2) Mengetahui hak nikmat itu, dan mengakui kepada Maha Pemberi dan bersyukur kepada Dzat yang Menurunkannya, yakni Allah Azza wa Jalla.

Seorang ulama pernah berkata: “Segala sesuatu yang dapat menyibukkanmu dan memalingkanmu dari Allah adalah bencana. Sesungguhnya kesibukkan yang dapat melupakanmu untuk berdzikir kepada-Nya adalah bencana. Jika shalat, puasa, haji dan seluruh amal baik telah memalingkanmu dari Allah, maka itu juga akan menjadi bencana.

Maka perbaikilah ibadahmu. Jika nikmat yang diberikan Allah telah menyibukkanmu untuk mengingat Allah, maka nikmat itu juga akan mencelakakanmu.

Engkau boleh jadi sedang berdusta, bahkan saat engkau sedang mengerjakan shalat. Engkau mengucapkan, “Allahu Akbar!” tetapi engkau berdusta, kerana dalam hatimu masih ada tuhan lain selain Allah.

Sebab, segala sesuatu yang menjadi sandaranmu selain Allah maka bererti ia adalah tuhan mu. Segala sesuatu yang engkau takuti dan kau harapkan adalah tuhan bagi mu.

Hatimu tidak selaras dengan lisanmu. Amal mu tidak sesuai dengan perkataan mu. Maka, hendaklah engkau mengucapkan “Allahu Akbar” seribu kali dalam hati dan mengucapkan sekali dengan lisan.

Maka, tidakkah engkau merasa malu ketika engkau mengucapkan “Laa ilaaha illallah”, sedangkan engkau memiliki ribuan tuhan selain Allah dalam hatimu?”

---Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Al-Fathu ar-Rabbani wa al-Faidh ar-Rahmani.

Sumber: ust Iqbal Zain

No comments:

Post a Comment