Pages

Sunday, 13 September 2015

Satu kisah perjalanan Nabi Isa a.s dengan seorang pemuda Yahudi yang tamak.

Assalamualaikum warahmatullah ..

Nabi Isa adalah salah satu Nabi yang berasal dari kalangan Yahudi dan diutus kepada bangsa Yahudi.
Suatu hari Nabi Isa melakukan perjalanan ditemani seorang Yahudi. Nabi Isa membawa satu roti, sedangkan pemuda Yahudi membawa dua roti. Dan Nabi Isa mengatakan sebagai syarat utk berkongsi makanan, pemuda Yahudi bersetuju.

Sampai pada suatu tempat, Nabi Isa berkata, ‘Bagaimana kalau sekarang kita makan bersama?’ Yahudi itu menjawab, ‘Baiklah’. Tapi ketika ia mengetahui bahawa Nabi Isa hanya punya satu roti, ia menyesal. Dia terfikir bahawa satu rotinya akan dimakan oleh Nabi Isa. Ia tidak ingin hal itu terjadi.

Sebelum makan, Nabi Isa mencari tempat untuk berdoa. Di saat itu pula, orang Yahudi juga mencari tempat untuk makan satu rotinya secara diam-diam.

Tibalah waktunya makan. Masing-masing mengeluarkan makanannya. Ketika Nabi Isa melihat Yahudi hanya mengeluarkan satu roti, Nabi Isa berkata kepadanya, ‘Di manakah satu roti lagi?’ Yahudi itu menjawab, "Saya hanya punya satu roti ini sahaja."
Lalu Nabi Isa makan satu roti dan orang Yahudi makan satu roti. Kemudian mereka pergi, meneruskan perjalanan.

Di perjalanan, mereka melewati sebuah pohon. Nabi Isa berkata kepada Yahudi, ‘Bagaimana kalau kita istirahat di bawah pohon ini, tidur sampai pagi hari?’ Yahudi itu berkata, ‘Baik, mari kita lakukan’. Mereka berdua tidur di bawah pohon itu sampai pagi hari.

Pagi hari, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian, mereka bertemu dengan seorang yang buta. Nabi Isa berkata kepadanya, ‘Bagaimana kalau aku menyembuhkan matamu, sehingga Allah mengembalikan penglihatanmu, apakah engkau akan bersyukur dan beriman kepada Allah? " Orang buta itu menjawab, ‘Ya, tentu saja aku akan beriman dan bersyukur kpd Allah."

Lalu Nabi Isa mengusap mata orang buta itu dan berdoa kepada Allah. Setelah itu, orang buta itu dapat melihat. Kemudian Nabi Isa berkata kepada orang Yahudi yang menemaninya, ‘Demi Dia yang telah memperlihatkan kepadamu bagaimana orang buta ini dapat melihat, apakah engkau punya satu roti lainnya?’ Yahudi itu menjawab, ‘Demi Tuhan, hanya ada satu roti’. Nabi Isa terdiam, dan meneruskan perjalanan kembali.

Mereka meneruskan perjalanan, hingga melewati seekor rusa. Lalu Nabi Isa memanggil rusa itu, kemudian menyembelihnya dan memakannya. Sehabis menikmati daging rusa, Nabi Isa kumpulkan tulang belulang rusa tadi lalu berkata, ‘Wahai rusa, berdirilah dengan izin Allah’. Maka rusa itu kembali hidup, seperti sedia kala lalu berlarilah rusa itu masuk ke dalam hutan.

Yahudi itu berkata, ‘Mahasuci Allah’. Nabi Isa berkata, ‘Demi Dia yang telah memperlihatkan mukjizat ini kepadamu, siapakah yang memakan roti ketiga itu?’ Orang Yahudi itu menjawab, ‘Hanya ada satu roti, sebagaimana yang sudah saya katakan’.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan, hingga tiba di sebuah perkampungan. Tak disangka, dekat mereka ada tiga batu besar terbuat dari emas. Nabi Isa berkata, oleh kerana aku yg menjumpai emas emas ini, maka akulah yang akan membahagi bahagikan antar kita berdua. ‘Satu batu emas untukku, satu untukmu, dan satu lagi untuk orang yang punya roti ketiga tadi’. Mendengar ucapan Nabi Isa, orang Yahudi berkata, ya Nabi Isa, sampai bila aku harus membohongimu tentang roti ketiga tadi, sebenarnya akulah yang punya roti ketiga itu. Aku memakannya ketika engkau sedang berdoa’.

Lalu Nabi Isa berkata, Baru sekarang engkau mengaku akan roti ketiga tadi, baiklah kalau begitu, aku akan membahagi bahagikan semula emas ini. Satu batu emas ni milikmu, dan milikku aku serahkan juga kepadamu, manakala pemilik roti ketiga juga menjadi milikmu, semua batu ini untukmu’. Lalu Nabi meninggalkan pemuda Yahudi itu.

Tinggallah orang Yahudi itu sendiri. Ia mencuba membawa tiga batu emas itu, namun ia tidak kuat membawanya. Tidak lama kemudian, datanglah tiga orang dan mereka nampak pemuda Yahudi tadi dengan emas emasnya, lalu mereka berpakat utk membunuh pemuda Yahudi itu dan menguasai batu emasnya. Lalu dibunuh pemuda yahudi dan dapatlah mereka menguasai tiga batu emas tadi.
Tiga batu emas itu sungguh menggoda.

Lalu mereka pun dalam kelaparan dan membuat undian siapa yang perlu untuk membeli makanan. Setelah terpilih lalu pergilah seorang dari mereka bertiga ke pekan untuk membeli makanan, manakala dua orang di antara mereka pula berniat buruk kepada salah satunya. Setelah orang itu pergi, seorang dari mereka berkata, ‘Jika nanti ia datang, kita bunuh saja, dan emas ini kita bagi berdua’. Temannya setuju.

Sementara temannya yang sedang mencari makanan pula berkata dalam hati, ‘Nanti setelah membeli makanan, aku akan taburkan racun di dalam makanan itu agar mereka mati keracunan. Dengan begitu, aku sendiri yang menguasai tiga batu emas itu’.
Sampai sahaja temannya itu dengan membawa makanan yang telah ditaburi racun. Lalu tanpa lengah dua orang temannya terus membunuhnya. Kemudian keduanya menikmati makanan itu. Tak lama kemudian, kedua dua temannya yang khianat tadi pun mati.

Kemudian Nabi Isa melewati batu itu bersama para sahabatnya yang lain. Ketika ia melihat ada 4 orang mati di sebelah 3 batu emas itu, ia berkata kepada para sahabatnya sambil menunjuk batu emas dan orang-orang yang mati itu, "Kamu semua lihat! Beginilah dunia memperlakukan penghuninya. Oleh karena itu, berhati-hatilah kalian".

Moral kisah, Pertama, pilihlah teman perjalanan yang baik. Kedua, jangan berlaku khianat terhadap teman perjalanan. Ketiga, jika hati terlalu terpikat dengan dunia, maka ia tidak akan sanggup menghadapi godaan dunia. Keempat, harta berpotensi untuk membuat gelap hidup. Demi harta, orang rela bunuh-membunuh.
Inilah yang dimaksud Rasulullah saw ketika beliau bersabda, " Sesungguhnya yang aku khuatirkan terhadap kalian sesudahku adalah terbukanya sebagian kemewahan dan gemerlap dunia" (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Kisah ini diceritakan oleh Wahb bin Munnabih. Beliau adalah salah seorang alim besar di zamannya. Lahir di masa pemerintahan Utsman bin Affan r.a. Beliau termasuk generasi tabi’in.
Kelebihannya adalah kemampuannya dalam menganalisis kitab-kitab suci Ahlul Kitab. Dia sendiri pernah mengatakan, "Aku sudah membaca 30 kitab yang turun kepada 30 Nabi". Ia juga terkenal dengan koleksi kisahnya tentang lika-liku hidup kaum Israil. Selama 40 tahun, Wahb tidak pernah mencaci angin (karena memang ada larangan dari Rasul untuk mencaci angin). Selama 20 tahun, ia melakukan shalat Isya dan Shubuh dengan satu kali wudhu’. Sewaktu melaksanakan haji pada tahun 100 H, ia didatangi para ahli fiqh terkemuka saat itu, di antaranya adalah Atho’ dan Hasan al-Bashri.

Moga memberi manfaat kisah ini.

No comments:

Post a Comment