`Imad Ad-Diin Isma`il Ibn `Umar Ibn Katsiir Al-Basri Ad-Dimashqi dilahirkan pada 700 H, atau sekitar itu. Setelah kematian ayahnya, Ibnu Katsir, yang saat itu berusia tujuh tahun, pergi ke Damaskus ditemani oleh kakaknya. Ibnu Katsir banyak menimba ilmu dari Ibn Ashginah, Al-Amadi, Ibn ‘Asakir dan lain-lain, rahimahumullaah. Beliau sangat menghormati Ibn Taimiyah rahimahullaah, yang pandangan-pandangannya beliau yakini, pertahankan dan banyak dijadikan pegangan, terutama masalah perceraian. Karena itulah beliau banyak mengalami cobaan dan penderitaan.
Ibnu Katsir dikenal luas sebagai orang yang memiliki ketinggian ilmu yang sangat luhur. Para ulama bersepakat mengakui keluhuran ilmu Ibnu Katsir, terutama dalam bidang tafsir Al-Qur’an, Hadis, dan tarikh. Ibn Habiib menggambarkan Ibnu Katsir sebagai “Pemimpin para ahli tafsir (Al-Qur’an). Ia mengumpulkan dan mengelompokkan semua (ilmu) yang ia peroleh. Orang-orang kagum dengan fatwa-fatwanya dan memperoleh banyak maslahat dari pengajarannya. Fatwa-fatwanya sangat popular di seluruh negeri. Ia masyhur akan ketelitiannya dan dinyatakan sebagai mahaguru dalam kajian tarikh, hadis, dan tafsir (Al-Qur’an).” Ibn Hijji, salah seorang muri Ibnu Katsir, mengatakan, “Dari semua ulama pada zaman kita, ia (Ibnu Katsir) merupakan yang terbaik dalam hal mengingat hadis-hadis yang otentik dan paling banyak mengetahui dalam hal memeriksa derajat kebenaran dan kejujuran para perawi hadis, sekaligus otentik-tidaknya hadis-hadis. Kawan-kawan sejawat dan guru-gurunya juga mengakui apa yang aku katakan ini. Aku sering mendatangi beliau, dan setiap kali aku bersamanya, aku mendapatkan banyak sekali ilmu darinya.”
Ibnu Katsir kehilangan penglihatannya beberapa saat sebelum meninggal pada 774 H. Beliau dimakamkan di permakaman para sufi berdampingan dengan gurunya, Ibnu Taimiyah. Di antara mahakaryanya ialah Al-Bidayah wa An-Nihayah. Beliau juga menafsirkan beberapa bagian dari Sahih Al-Bukhari, kitab yang berisi kumpulan hadis sahih. Secara umum, ilmu dan pengetahuan Ibnu Katsir yang luhur itu bisa didapat oleh siapa saja yang membaca dua mahakaryanya: kitab tafsir dan tarikh.
Karya
Ilmu tafsir
Ibnu Katsir menulis tafsir Qur'an yang terkenal yang bernama Tafsir Ibnu Katsir. Hingga kini, tafsir Alquran al-Karim sebanyak 10 jilid ini masih menjadi bahan rujukan sampai sekarang dalam dunia Islam. Di samping itu, ia juga menulis buku Fada'il Alquran (Keutamaan Alquran), berisi ringkasan sejarah Alquran.
Ibnu Katsir memiliki metode sendiri dalam bidang ini, yakni:
Tafsir yang paling benar adalah tafsir Alquran dengan Alquran sendiri.
Selanjutnya bila penafsiran Alquran dengan Alquran tidak didapatkan, maka Alquran harus ditafsirkan dengan hadits Nabi Muhammad, sebab menurut Alquran sendiri Nabi Muhammad memang diperintahkan untuk menerangkan isi Alquran.
Jika yang kedua tidak didapatkan, maka Alquran harus ditafsirkan oleh pendapat para sahabat karena merekalah orang yang paling mengetahui konteks sosial turunnya Alquran.
Jika yang ketiga juga tidak didapatkan, maka pendapat dari para tabiin dapat diambil.
Ilmu hadits
Ibnu Katsir pun banyak menulis kitab ilmu hadis. Di antaranya yang terkenal adalah :
Jami al-Masanid wa as-Sunan (Kitab Penghimpun Musnad dan Sunan) sebanyak delapan jilid, berisi nama-nama sahabat yang banyak meriwayatkan hadis;
Al-Kutub as-Sittah (Kitab-kitab Hadis yang Enam) yakni suatu karya hadis;
At-Takmilah fi Mar'ifat as-Sigat wa ad-Dhua'fa wa al-Mujahal (Pelengkap dalam Mengetahui Perawi-perawi yang Dipercaya, Lemah dan Kurang Dikenal);
Al-Mukhtasar (Ringkasan) merupakan ringkasan dari Muqaddimmah-nya Ibn Salah; dan
Adillah at-Tanbih li Ulum al-Hadits (Buku tentang ilmu hadis) atau lebih dikenal dengan nama Al-Ba'its al-Hadits.
Ilmu sejarah
Bidang ilmu sejarah juga dikuasainya. Beberapa karya Ibnu Katsir dalam ilmu sejarah ini antara lain :
Al-Bidayah wa an Nihayah (Permulaan dan Akhir) atau nama lainnya Tarikh ibnu Katsir sebanyak 14 jilid,
Al-Fusul fi Sirah ar-Rasul (Uraian Mengenai Sejarah Rasul), dan
Tabaqat asy-Syafi'iyah (Peringkat-peringkat Ulama Mazhab Syafii).
Kitab sejarahnya yang dianggap paling penting dan terkenal adalah Al-Bidayah. Ada dua bagian besar sejarah yang tertuang menurut buku tersebut, yakni sejarah kuno yang menuturkan mulai dari riwayat penciptaan hingga masa kenabian Rasulullah SAW dan sejarah Islam mulai dari periode dakwah Nabi ke Makkah hingga pertengahan abad ke-8 H. Kejadian yang berlangsung setelah hijrah disusun berdasarkan tahun kejadian tersebut. Tercatat, kitab Al-Bidayah wa an-Nihayah merupakan sumber primer terutama untuk sejarah Dinasti Mamluk di Mesir. Dan karenanya kitab ini seringkali dijadikan bahan rujukan dalam penulisan sejarah Islam.
Ilmu fiqih
Dalam ilmu fiqih, Ibnu Katsir juga tidak diragukan keahliannya. Oleh para penguasa, ia kerap dimintakan pendapat menyangkut persoalan-persoalan tata pemerintahan dan kemasyarakat yang terjadi kala itu. Misalnya saja saat pengesahan keputusan tentang pemberantasan korupsi tahun 1358 serta upaya rekonsiliasi setelah perang saudara atau peristiwa Pemberontakan Baydamur (1361) dan dalam menyerukan jihad (1368-1369). Selain itu, ia menulis buku terkait bidang fiqih didasarkan pada Alquran dan hadis.
No comments:
Post a Comment