Pages

Tuesday, 31 July 2012

LAGI KESAH NABI IBRAHIM DALAM MENGHADAPI CABARAN DAN DUGAAN BERDAKWAH.

Kegagalan Ibrahim untuk membetulkan bapanya sendiri, dan sanggahan bapanya terhadap seruannya yang berhati hati dan bijaksana itu, tidaklah menjadikan Ibrahim putus asa, sehingga berhenti berusaha.

Hatinya yang tetap, jiwanya yang tenang, tetap memberikan keyakinan kepadanya, bahwa kata kata yang tersusun rapi, anjuran anjuran yang suci murni saja, belum tentu dapat membawakan hasil yang baik, bekas yang berguna di atas muka bumi yang didiami manusia ini.

Dia bersiap untuk menghadapi bangsa itu dengan kata kata yang lebih sesuai dengan pendengaran orang yang masih begitu pengertian mereka, lebih mudah dimasukkan ke dalam fikiran dan diterima oleh akal. Dan kalau perlu, tidak dengan kata-kata saja, tetapi dengan tindakan yang dapat dilihat dengan mata dan dirasa dengan anggota badan, yang sesuai pula dengan keadaan yang ada.

Sebagai seorang doktor, dicarinya pokok dan sebab penyakit, lalu dibubuhkannya ubat yang sepadan buat penyakit itu, dan keadaan orang yang menderita penyakit.
Ibrahim bertanya kepada mereka, dengan pertanyaan yang gampang sekali: Apakah yang kamu sembah itu? Mereka jawablah dengan apa yang mereka sembah, iaitu patung patung yang sudah sama diketahui.
Bertanya pula Ibrahim kepada mereka: Melihatkah gerangan patung patung itu kepada kamu menyembahnya, dan adakah patung patung itu mendengarkan apa yang kamu katakan kepadanya ketika kamu menyembah itu? Manfaat apa yang dapat diberi-kan patung-patung itu kepadamu, atau mudharat apa yang dapat dihasilkannya kepadamu ?

Mulailah kaum itu bimbang dan ragu dalam memberikan jawapan mereka. Mereka hanya dapat berkata dan menjawab begini: Karena demikianlah yang kami jumpai dari nenek moyang kami sejak dahulu.
Alangkah buruknya pekerjaan meniru itu, bertaqlid buta terhadap apa yang ada. Sungguh kamu dan nenek moyangmu itu adalah dalam kesesatan yang nyata, jelas Ibrahim.
Apakah engkau sengaja menghina kami, hai Ibrahim, ataukah engkau semata mata bermain main dengan kami? kata mereka pula.

Aku berkata dengan sebenarnya, aku tidak pernah bermain main. Aku membawa kepadamu agama yang benar, saya diutus Allah kepadamu membawa pedoman dan petunjuk yang baik. Tuhan yang patut kamu sembah ialah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Adapun patung patung yang kamu sembah itu hanya batu batu yang diukir yang tak dapat berbuat apa-apa. Kamu sembah dia karena ajakan setan belaka, untuk menyesatkan kamu. Fikirlah dengan akalmu, lihatlah dengan matamu, mudah mudahan kamu dapat melihat petunjuk ini! Tuhan itulah yang menjadikan aku ini lalu memberi petunjuk kepadaku, yang mengadakan makanan dan minumku; kalau aku sakit, Dialah yang menyembuhkan, yang mematikan dan menghidupkan aku kembali, kepadaNyalah aku tak bosan bosan memohon ampun atas kesalahanku di hari perhitungan nanti.

Telah menjadi adat kebiasaan yang tetap bagi bangsa Babylon itu saban tahun mengadakan hari raya besar. Di hari itu semua anak negeri keluar meninggalkan kota, pergi berburu, setelah menyediakan masakan masakan dan makanan yang lazat yang diletakkan di samping tiap tiap patung yang mereka sembah itu. Sepulangnya dari pemburuan itu, mereka makanlah bersama sama akan semua makanan itu di samping patung patung dengan riang gembira, serta memuja muja patung itu.

API YANG TIDAK DAPAT MEMBAKAR

Keputusan untuk membakar Nabi Ibrahim sudah tetap, dengan api yang bergejolak sebesar besarnya, sesuai dengan gejolakan kemarahan yang ada dalam hati mereka semuanya, dengan longgokan kayu api yang setinggi bukit. Untuk ini semua, masing masing rakyat, kecil besar, lelaki dan perempuan dalam waktu beberapa hari lamanya mengumpulkan kau api sebanyak mungkin. Yang paling banyak membawa kayu, paling besar pahalanya menurut ajaran agama mereka yang sesat itu, makin dicintai mereka itu oleh tuhan tuhan mereka yang terdiri dari batu batu berhala itu.

Kayu telah dilonggokkan dengan sebanyak-banyaknya, setinggi bukit. Sedang di tengah-tengah kau api yang setinggi bukit itulah Nabi Ibrahim dipaksa berdiri untuk dibakar menjadi abu.
Nabi Ibrahim digiring ke tengah-tengah onggokan kayu yang sudah mulai bernyala-nyala dimakan api. Tidak gentar sedikit jua, dan tidak pula ada sesalan. Imannya tetap, keyakinan penuh. Karena menjalankan perintah Allah dia akan dibakar, dan hanya Allah pulalah yang dapat menyelamatkan dirinya dari seksa manusia yang bagaimana juga hebatnya. Kepercayaan Ibrahim atas perlindungan dan pertolongan Allah kukuh dan kuat sekali.

Api mulai berkobar kobar, menyala nyala dengan warnanya yang merah, dengan bunyi Berderak derik, dengan asap yang bergumpal gumpal ke udara. Seakan akan bumi yang luas ini turut terbakar ketika itu. Demikianlah api yang bergejolak itu.
Nabi Ibrahim sekarang ini berada di tengah tengah api diselubungi oleh asap yang bergumpal gumpal. Bagaimanakah jadinya dengan Nabi Ibrahim? Semua kayu sudah menjadi bara yang merah, akhirnya beransur-ansur menjadi abu, sehingga habis sama sekali.
Alangkah terkejutnya si orang banyak, setelah api padam seluruhnya setelah berkobar dalam waktu berpuluh puluh jam lamanya. Nabi Ibrahim keluar dari tumpukan abu dengan selamat, jangankan akan luka dan terbakar, satu cacat pun tidak ada pada badan Nabi Ibrahim.

Api itu pun tunduk kepada perintah Tuhannya untuk menjadi dingin, dan malah menyegarkan akan perasaan Nabi Ibrahim, dicium sayang oleh api yang taat kepada Tuhannya itu.
Melihat keadaan itu, orang banyak sama berpaling menghindarkan muka satu sama lain, malu berpandangan wajah. Masing masing mahu menyembunyikan mukanya masing masing, lebih lebih terhadap pandangan mata Nabi Ibrahim sendiri.
Dengan kejadian itu, berlakulah satu kejadian besar yang di lihat sendiri oleh mata si orang banyak yang engkar, satu mukjizat kebenaran Ibrahim, satu ayat tanda kebesaran Allah.

Dengan kejadian itu, yang sebenarnya orang banyak sudah mahu tunduk kepada Ibrahim dan kebenarannya. Tetapi pengaruh Raja dan pemimpin mereka, pengaruh sentimen dan malu muka terhadap Ibrahim, umumnya mereka itu tetap membangkang atas ajakan yang benar itu, hanya sedikit saja yang turut menurutkan arus kebenaran yang menderas itu. Banyak pula yang terus engkar karena mempertahankan penghidupan dan pangkat duniawi, ada pula yang takut mati dan seksaan manusia yang memaksa mereka.

IBRAHIM DAN PENGIKUTNYA

Ibrahim pergi dengan tongkatnya. Meninggalkan kampung halaman dan bangsanya. Mencari orang yang sekiranya mahu mendengarkan kata katanya. Kalau orang yang dicari itu tidak ada di kalangan bangsanya sendiri, dari kalangan bangsa dan negeri lain pun jadi. Hanya untuk sama sama menyembah Allah. Sama sama meninggalkan kesesatan dan kejahatan.
Di gunung dan padang pasir yang tandus, Nabi Ibrahim berjalan. Di kala matahari sudah terbenam, dan malam sudah datang, gelap-gelita telah menutup dan menyelubungi bumi, maka tampaklah berkerlipan beribu ribu bintang di langit yang luas itu. Dilihatnya orang orang yang dijalaninya itu menyembah akan bintang bintang.

Nabi Ibrahim berkata kepada mereka: Ya, itulah tuhan saya ! Di sini tampak bagaimana caranya Nabi Ibrahim mengajar kepada orang berkepercayaan bintang sebagai tuhan. Diturutkannya kepercayaan orang itu sejenak, untuk dibawanya ke arah yang benar dengan cara berkata kata dan bercengkerama belaka.
Kemudian ketika bintang yang berkelip kelip itu telah tenggelam, maka Ibrahim memperlihatkan marahnya kepada bintang bintang itu di hadapan mereka yang menyembah bintang itu sendiri dengan berkata: Saya tidak suka kepada tuhan yang meninggalkan aku dalam gelap, yang berpindah pindah, dan berubah ubah. Aku sekali kali tidak cinta kepada tuhan yang demikian itu.

Ketika itu muncullah bulan purnama dengan wajahnya yang bulat, cahayanya yang terang, jauh lebih terang dari cahaya bintang bintang, karena lebih besar. Lalu Ibrahim berkata kepada mereka: Inilah tuhanku ! Iaitu semacam kata kata untuk membawa dan membimbing perasaan mereka ke jalan yang benar.
Tetapi bulan itupun akhirnya tenggelam pula, sehingga tinggallah Ibrahim dan kawan kawannya itu tanpa bulan, gelap-gelita. Ketika itu berkata pulalah Ibrahim di hadapan mereka: Kalau tuhan itu tidak menerangi saya lagi, tentu tersesat jalanku. Ia menerangkan kepada mereka, bahawa Tuhan yang sebenarnya harus memberi penerangan, menunjuk jalan yang benar. Sedang bulan itu timbul dan tenggelam, tidak selamanya menerangi.

Apalagi setelah Ibrahim melihat matahari dengan sinarannya yang membahang itu. Dengan kagum dan tercengang hebat di hadapan orang banyak itu ia berkata: Inilah tuhanku ! Lihatlah cahayanya yang memenuhi angkasa dan dunia, sehingga bumi penuh dengan perasaan hidup dan bahagia kerananya. Jauh lebih besar dari bintang dan bulan, lebih banyak manfaat.
Tetapi akhirnya matahari itupun tenggelam pula, dengan lebih marah lagi berkata Ibrahim terhadap matahari, bahawa dia bukan Tuhanmu dan sungguh sesat orang yang menyembah mata-hari itu. Di situ diterangkanlah oleh Ibrahim, bahawa bintang, bulan dan matahari itu sendiri dijadikan oleh Allah Yang Maha Kuasa. Allah inilah yang seharusnya kita sembah, kita hormati dan kita puja. Setelah memaklumkan kepada mereka, bahawa dia tidak akan mengikuti menyembah bintang bintang, bulan dan matahari, lalu dia berkata: Saya menghadapkan muka saya hanya terhadap Tuhan yang telah menjadikan langit dan bumi, dan saya tidak termasuk orang orang yang syirik.

Ibrahim sengaja di hari raya itu tidak turut ke luar kota, sebab sudah ditetapkannya rencana, yang sepeninggalan mereka, Ibrahim akan menghancurkan semua patung patung itu dengan sebilah kapak besar yang sudah disediakannya.
Di kala semua orang sudah sama pergi, dan kota itu kosong dari manusia manusia syirik itu, lalu Ibrahim masuk ke rumah penyembahan patung, dimana dia dapati patung sebanyak banyaknya, kecil besar, sedang di samping patung patung itu makanan yang lazat lazat rasanya.
Dengan amarahnya Ibrahim berkata kepada patung patung itu: Kenapa, hai patung, tidak engkau makan akan makanan makanan yang lazat itu? Tidak satu pun di antara patung patung itu yang menjawab karena memang batu tidak mendengar kata kata dan tak dapat berbuat apa apa.

Dengan marah dan hati yang tetap, dihancurkannya semua patung patung itu sampai hancur luluh merupakan pecahan pecahan batu yang berantakan tak keruan susunannya. Hanya ditinggalkannya satu patung yang paling besar saja. Sedang di leher patung yang terbesar itu digantungkannya kapak yang dipergunakannya untuk menghancurkan patung patung yang banyak itu. Agar dilihatnya sendiri, bagaimana kata mereka terhadap patung yang terbesar itu nanti.
Akhirnya semua orang kembali dari perburuan, pulang ke kota, lantas masuk mendapatkan patung patung itu.

Alangkah terperanjat semua mereka, seketika mereka lihat semua patung itu sudah jatuh hancur berantakan, pecah belah tak keruan susunannya lagi. Masing masing mereka bertanya satu sama lain: Siapakah yang berbuat begini terhadap tuhan-tuhan kita; sungguh orang itu aniaya sebesar besarnya.
Salah seorang di antara mereka lalu berkata: Saya mendengar seorang pemuda bernama Ibrahim yang selalu menghina hina patung patung kita ini. Tentu dialah yang berbuat ini.
Manusia makin banyak datang, ingin tahu siapa sebenarnya yang berbuat itu, dan ingin menyiksa dan membalas sekejam kejamnya.

Nabi Ibrahim dicari, lalu ditangkap. Di hadapan kumpulan manusia yang semakin banyakjuga, Ibrahim dipertontonkan kepada orang banyak, lalu dianiayai: Apa benarkah engkau yang sudah berbuat begini terhadap tuhan tuhan kami, hai Ibrahim ?
Dengan pertanyaan itu, terbukalah kesempatan kepada Nabi Ibrahim untuk berkata dan menjawab, dengan susunan kata yang serapi-rapinya, paling mudah difahamkan. Sedang orang banyak memasangkan anak telinga mereka masing-masing ingin mendengarkan benar benar akan jawaban Ibrahim itu.
Nabi Ibrahim lalu menjawab: Tanyakanlah kepada patung terbesar yang masih utuh itu. Mungkin patung itu marah lalu menghancurkan patung patung yang kecil. Lihatlah kapak masih tergantung di lehernya. jawaban Ibrahim itu menderu masuk ke kuping masing masing mereka membukakan tutup yang sudah berkarat berabad abad lamanya, sehingga mereka terpesona atas kebodohan mereka sendiri. Lalu timbul bantahan-bantahan antara sesama mereka sendiri, sesal-menyesalkan, salah menyalahkan satu sama lain dan berkata: Kamulah yang salah, kenapa tidak ditinggalkan orang seorang untuk menjaganya.

Setelah terpesona sebagai ayam kena pukul di kepalanya, mereka lalu berfikir dan menjawab kepada Ibrahim: Engkau tahu sendiri, hai Ibrahim, bahwa patung itu tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan. Bodoh benar engkau yang menyuruh kami bertanya kepada patung itu.
Terbukalah kesempatan yang kedua bagi Ibrahim untuk lebih menyingkapkan ketololan mereka, memberi jalan kepada mereka untuk keluar dari lembah kesesatan, menempuh jalan yang benar.

Ibrahim lalu berkata kepada mereka: Kalau kamu sekalian sudah tahu yang patung-patung itu tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan, apakah bukan kamu sekalian yang lebih tolol, kenapa kamu sekalian menyembah patung patung itu, lalu bermunajat minta-minta kemaslahatan dan keselamatan kepada patung-patung itu sedang patung patung itu sendiri tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri sendiri. Cubalah kamu fikirkan baik baik, kamu sekalian ada mempunyai akal!
Tangkisan dan kecaman yang tak dapat mereka jawab. Seluruh mereka jatuh tersungkur tak dapat bangun lagi dalam perdebatan ini. Mereka kalah dan lemah dalam perdebatan dan kebenaran, tetapi lebih kuat dalam persenjataan. Mereka serentak bangun menangkap Nabi Ibrahim, lalu mengikatnya, dengan serentak mereka berkata: Bakar Ibrahim, dan bela patung patung itu !

NABI IBRAH1M MELAWAN RAJA NAMRUD

Melihat kejadian hebat yang luar biasa itu, Raja Namrud yang menganggap dirinya maha kuasa itu mulai takut dan khuatir. Tetapi karena kekuasaan ada pada tangannya, ketakutan dan kekhuatiran itu disalurkannya, dirubah menjadi kemarahan besar terhadap Ibrahim.
Nabi Ibrahim dipanggil, dihadapkan ke hadapannya dan berkata dengan menuduh: Engkau telah menyebarkan fitnah yang jahat sekali. Apakah Tuhan yang engkau ajarkan itu? Apakah ada lagi Tuhan selain saya sendiri? Sayalah yang menjadi tuhan harus disembah. Sayalah yang mengatur dan dapat merusak segala-gala yang ada ini. Siapakah yang lebih tinggi kuasanya dari saya? Hukum yang saya tetapkan mesti berlaku, putusan yang saya tetapkan harus jalan. Semua orang tunduk kepadaku. Kenapa kamu keluar dari anutan yang diturut oleh si orang banyak. Apa berani engkau menentang saya?

Ibrahim menjawab dengan sikap yang tetap dan tegas, dengan kata yang teratur, menyatakan: Allahlah Tuhan yang disembah, yang lebih kuasa dari orang yang pernah berkuasa, menghidup dan mematikan, pencipta langit dan matahari. Tetapi engkau, ya Namrud, mendapat kekuasaan dengan jalan yang tidak halal, engkau berkata dengan alasan alasan yang palsu. Saya dapat hidup ini adalah kerana perlindungan dari Tuhan itu.
Tangkisan Ibrahim itu dijawab oleh Namrud dengan suara keras: Akulah yang menghidupkan dan mematikan. Namrud lalu memerintahkan pengawalnya untuk mendatangkan dua orang budaknya. Setelah kedua orang budak itu datang, Namrud lalu berkata kepada Nabi Ibrahim: Akan engkau lihat sendiri, seorang dari kedua budak ini akan saya matikan dan seorang lagi akan saya hidupkan.

Sambil berkata demikian, Namrud mencabut pedang dari sarungnya. Tanpa rasa kasihan sedikitpun, salah seorang di antara kedua budak tadi dipotong lehernya dengan pedang sehingga mati. Dan yang seorang lagi dibiarkannya hidup. Lalu dia berkata kepada Ibrahim: Saya menghidupkan dan saya mematikan.
Nabi Ibrahim lalu menjawab: Tuhanku menjalankan matahari itu dari Timur ke Barat. Cuba kamu jalankan matahari itu dari Barat ke Timur, sekiranya kamu benar berkuasa. Mendengar tentangan Nabi Ibrahim ini, Raja Namrud tinggal bersungut tak dapat menjawab apa-apa.
Sejak hari itu, dendam Namrud terhadap Ibrahim menjadi berterang terangan, sehingga Ibrahim dinyatakan sebagai musuh satu satunya yang tak boleh diabaikan. Dia takut kalau kalau Ibrahim mendapat pengikut yang banyak sehingga dapat mengalahkan dia di akhir kelaknya.

Semua itu telah diketahui oleh Ibrahim, yang dia akan dinyahkan oleh Raja Namrud dengan cara pengecut.
Tidak ada lain jalan bagi Nabi Ibrahim, selain meninggalkan tanah airnya itu dengan diam diam, pergi, terus pergi ke sana, mengembara ke tempat yang tidak tentu dan belum pernah dikenalnya. Ditinggalkannya bangsa dan tanah airnya yang celaka itu, dengan seksa Tuhan yang turun silih berganti tidak henti hentinya.
Akhirnya sampailah Nabi Ibrahim di Palestin. Mulai saat itu bermulalah tarikh dan sejarah Palestin, sejarah manusia seluruhnya dalam perjuangan menegakkan kebenaran dan kepalsuan, sambung menyambung sampai saat sekarang ini.

NABI IBRAHIM Dl MESIR

Negeri Syam yang didiami Ibrahim itu, tiba tiba mendapat bahaya penyakit menular, dan penghidupan di situ bertambah lama bertambah sempit dan sulit. Kerananya lbrahim dan isterinya yang bernama Sarah, meninggalkan tanah Syam (Palestin, atau Suria), menuju ke Mesir. Sedang di Mesir ketika itu memerintah seorang Raja dengan kekerasan atau kemahuan diri sendiri saja.
Sarah adalah seorang perempuan cantik sekali parasnya. Dan kecantikannya inilah yang membawa satu kejadian yang tidak menggembirakan terhadap keluarga Ibrahim. Raja Mesir yang gagah perkasa itu tertarik hati setelah memandang wajah Sarah. Ibrahim lalu dipanggilnya ke istana. Ditanya oleh Raja tentang perhubungannya dengan perempuan itu, maka dia selamanya berdua duaan ke mana saja mereka pergi.

Ibrahim mengerti akan maksud Raja, dan apa yang terkandung dalam hati Raja itu. Kalau dijawabnya bahawa Sarah itu adalah isterinya, mungkin jawapan yang demikian itu menimbulkan bencana terhadap dirinya atau terhadap isterinya sendiri. Lalu dijawabnyalah dengan jawapan yang tidak sebenarnya dengan mengatakan bahawa perempuan itu adalah saudaranya, saudara dengan pengertian seluas kata, saudara dalam keturunan, saudara dalam agama, saudara dalam bahasa dan saudara dalam kemanusiaan. Dengan jawapan ini, ternyata kepada Raja yang perempuan itu belum mempunyai suami, lalu Ibrahim dan perempuan itu diperintahkan untuk tinggal dalam istana Raja.

Ibrahim pun datang mendapatkan isterinya membawa khabar yang tidak baik ini dengan berkata: Khabar yang saya bawa ini adalah khabar yang tidak dibuat buat, dan saya tidaklah main main. Lalu diterangkannya apa-apa yang terjadi dan berlaku antara dia dan Raja, apa perintah yang diperintahkan Raja itu. Dan tidak ada daya upaya berhadapan dengan Raja perkasa yang aniaya itu selain menyerahkan diri ke hadrat Allah, sebagaimana yang sudah terjadi di masa yang silam.
Ibrahim terpaksa dengan tangannya sendiri menyerahkan isterinya kepada Raja yang aniaya itu. Sarah sudah diserahkan kepada Raja dalam istana dengan menyerahkan nasib, dan keadaan selanjutnya hanya kepada Allah semata mata.

Setiba di istana, kepada Sarah dengan segera diberikan pakaian dan perhiasan yang sebagus bagus dan semahal mahalnya. Tetapi tampak di wajahnya yang dia sendiri tidak suka tinggal di istana itu, tidak suka kepada semua pemberian yang berupakan pakaian dan perhiasan yang cantik cantik itu. Istana yang molek, pakaian dan perhiasan yang bagaimana mahalnya itu tidak dapat melupakan dia kepada suaminya sendiri, yang dipisahkan dengan dia bukan karena kesalahan atau perbuatan yang tak baik, tetapi hanya kerana kemahuan seorang Raja yang gagah perkasa, kerana hanya nafsu dari seorang manusia yang mengaku Raja itu.

Dia berserah diri bulat bulat kepada Allah, memegang teguh akan ajaran agamanya, lalu duduk bertumpang dagu dengan sedihnya.
Sering sering Raja masuk ke tempat Sarah melihat kalau Sarah telah menjadi riang dan gembira, untuk dihampirinya. Tetapi setiap kali Raja masuk, Sarah terperanjat dan bertambah sedih.Berbagai bagai jalan diusahakan oleh Raja itu agar Sarah hilang sedihnya, timbul gembira hatinya, tetapi semua daya upaya dan usaha Raja itu sia sia belaka.
Setelah penat dan letih menjalankan berbagai ikhtiar, akhirnya dengan badan yang lelah, Raja itu lalu tidur di atas tempat tidurnya. Dari tidurnya itu dia bermimpi, di mana dinyatakan dalam mimpinya itu. bahawa Sarah itu yang sebenarnya telah mempunyai suami sendiri, iaitu Ibrahim yang mengaku saudaranya itu.
Setelah terbangun dari tidurnya, maka Raja itu menetapkan akan melepaskan Sarah dan menyerahkannya kembali kepada suaminya, iaitu Nabi Ibrahim. Dengan jalan begitulah Allah melindungi Sarah dari fitnah yang amat besar itu.

Lama Ibrahim dan isterinya tinggal di Mesir. Ibrahim dengan segala sifat sifatnya yang terpuji itu, berusaha mencari rezeki untuk hidupnya. Rezeki banyak, sahabat kenalannya pun banyak pula. Dia sekarang sudah menjadi orang yang kaya, banyak binatang binatang ternaknya dan banyak pula harta bendanya.
Karena nikmat Allah yang berlipat-ganda ini, banyaklah manusia asli anak negeri sendiri yang menjadi dengki dan hasad terhadap Nabi Ibrahim.

Bukan hanya hasad dan dengki dalam hati, tetapi tampaknya mereka telah memutuskan akan menjalankan sesuatu yang akan mencelakakan terhadap Ibrahim dan isterinya. Nabi Ibrahim terpaksa pula meninggalkan negeri Mesir yang hanya memberinya harta kekayaan dan tidaklah dapat memberikan kebahagiaan itu.
Nabi Ibrahim kembali menuju ke Palestin, tempat yang sudah lama ditinggalkannya itu. Sejak mulai saat itu, dijadikannyalah Palestin itu tanah airnya sendiri. Dan kota yang ditempati itu dijadikan tempat suci untuk menyembah Allah. Lama sekali Ibrahim tinggal di Palestin sehingga dari keturunannya inilah boleh di katakan semua Nabi dan Rasul yang datang kemudian.

KEHIDUPAN NABI IBRAHIM

Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi menyerahkan diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari golongan orang yang musyrik.Sesungguhnya orang yang paling dekat kepaa Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad) serta orang-orang yan beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orangh-orang yang beriman.
            (QS Ali Imran 67-68).

Nabi Ibrahim (Abraham) sering disebutkan di dalam Al Qur'an dan mendapatkan tempat yang istimewa di sisi Allah sebagai contoh bagi manusia. Dia menyampaikan kebenaran dari Allah kepada umatnya yang menyembah berhala, dan dia mengingatkan mereka agar takut kepada Allah. Umat nabi Ibrahim tidak mematuhi perintah itu, bahkan sebaliknya mereka menentangnya. Ketika penindasan yang semakin meningkat dari kaumnya, nabi Ibrahim pindah ke mana saja bersama istrinya, bersama dengan nabi Lut dan mungkin dengan bebeapa orang lain yang menyertai mereka.

Nabi Ibrahim adalah keturunan dari nabi Nuh. Al qur'an juga mengemukakan bahwa dia juga mengikuti jalan hidup (diin) yang diikuti Nabi Nuh.

"Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam". Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya dia termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman. Kemudian Kami tengelamkan orang-orang yang lain. Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh).(QS Ash- Shafaat: 79-83).

Pada masa Nabi Ibrahim, banyak orang yang menghuni dataran Mesopotamia dan di bagian Tengah dan Timur dari Anatolia tinggal orang-orang yang menyembah surga-surga dan bintang-bintang. Tuhan yang mereka anggap paling penting adalah "Sin" yaitu Dewa Rembulan. Tuhan mereka ini dipersonifikasikan sebagai seorng manusia yang berjenggot panjang, memakai pakaian panjang membawa rembulan berbetuk bulan sabit diatasnya. Lagian, orang -orang tersebut membuat hiasan gambar-gambar timbul dan pahatan-pahatan (patung) dari tuhan mereka itu dan itulah yang mereka sembah. Hal ini merupakan system kepercayaan yang tersebar luas ketika itu, yang mendapatkan tempat persemaiannya di Timur Dekat (Near East), dimana keberadaannya terpelihara dalam jangka waktu yang lama. Orang-orang yang tinggal di wilayah tersebut terus saja menyembah tuhan-tuhan tersebut hingga sekitar tahun 600 M. Sebagai akibat dari kepercayaan itu, banyak bangunan yang dikenal dengan nama "ziggurat" yang dulu dipakai sebagai observatorium (tempat penelitian bintang-bintang) sekaligus sebagai kuil tempat peribadatan yang dibangun di daerah yang membentang sejak dri Mesopotamia hingga ke kedalaman Anatolia, disinilah beberapa tuhan,terutama dewa(i) Rembulan yang bernama "Sin" disembah oleh orang-orang ini. 1

Kepercayaan yang hanya bisa ditemukan dalam penggalian arkeologis yang dilakuan saat ini, telah disebutkan dalam Al Qur'an. Sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an, Ibrahim menolak penyembahan tuhan-tuhan tersebut dan berpegang teguh kepada Allah saja, satu-satunya Tuhan yang sebenarnya. Dalam Al Qur'an, perjalanan hidup Ibrahim digambarkan sebagai berikut :

Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?. Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata. Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdpat) di langit dan di bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malah telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetpi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam". Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata : "Sesungguhnya jika Tuhnaku tidak memberikan petunjuk kepadakum pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat". Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah tuhanku, ini lebih besar", maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata : "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan b umi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.(QS. Al-An'an: 74-79)

Dalam al Qur'an, tempat kelahiran Ibrahim dan tempat di mana dia tinggal tidak dikemukakan dengan terperinci. Tetapi diindikasikan bahwa Ibrahim dan Lut tinggal di tempat yang saling berdekatan satu sama lain dan malaikat yang diutus kepada umat nabi Lut juga mendatangi Ibrahim dan memberitahukan pada istrinya suatu berita gembira tentang bayi laki-laki (yang dikandungnya), sebelum para malaikat itu pergi melanjutkan perjalanan mereka menuju nabi Lut.

Cerita penting tentang Nabi Ibrahim dalam al Qur'an yang tidak disebutkan dalam Perjanjian Lama adalah tentang pembangunan Ka'bah. Dalam Al Qur'an, kita diberitahu bahwa Ka'bah dibangun oleh Ibrahim dan putranya Ismail. Sekarang ini, satu-satunya hal yang diketahui oleh ahli sejarah tentang Ka'bah adalah bahwa Ka'bah merupakan tempat yang suci sejak masa yang sangat tua. Adapun penempatan berhala-berhala pada Ka'bah selama masa jahiliyah berlangsung sampai diutusnya Nabi Muhammmad, dan itu merupakan penyimpangan dan kemunduran atas agama suci Ilahi yang pernah diwahyukan kepada Nabi Ibrahim.

Ket.Gambar hal 36. (Atas : Pada masa Nabi Ibrahim, agama politheisme menyebar ke seluruh wilayah Mesopotamia. Sang Dewa rembulan "Sin" salah satu berhala yang paling penting. Orang-orang membuat patung-patung dari tuhan-tuhan mereka dan menyembahnya. Disebelah tampak patung sin. Simbul bulan sabit dapat terlihat dengan jelas pada dada patung tersebut).

(Bawah: Ziggurat yang digunakan baik sebagai kuil dan observatory perbintangan yang dibangun dengan teknik yang paling maju ada masa itu. Bintang, rembulan dan matahari menjadi objek utama dari penyembahan dan langi memiliki hal yang sangat penting. Di sebelah kiri dan bawah adalah ziggurat utama dari bangsa Mesopotamia.

Ibrahim Dalam Perjanjian Lama

Perjanjian Lama kemungkinan besar merupakan sumber paling detail dalam hal-hal yang berkenaan dengan Ibrahim, meskipun banyak diantaranya yang mungkin tidak bisa dipercaya. Menurut pembahasan dalam perjanjian lama, Ibrahim lahir sekitar 1900 SM di kota Ur, yang merupakan salah satu kota terpenting saat itu yang berlokasi di Timur Tengah dataran Mesopotamia. Pada saat lahir, Ibrahim tidak (belum) bernama "Ibrahim", tetapi "Abram". Namanya kemudian kemudian dirubah oleh Allah (YHWH).

Pada suatu hari, menurut Perjanjian Lama, Tuhan meminta Ibrahim untuk mengadakan perjalanan meninggalkan negeri dan masyarakatnya, menuju ke suatu negeri yang tidak pasti dan memulai sebuah masyarakat baru di sana. Abram pada usia 75 tahun mendengarkan seruan/pangilan itu dan melakukan perjalanan bersama istrinya yang mandul yang bernama Sarai - yang kemudian dikenal dengan nama "Sarah" yang berarti puteri raja - dan anak dari saudaranya yang bernama Lut. Dalam perjalanan menuju ke "Tanah yang Terpilih (Chosen Land)" mereka singgah/tingal di Harran untuk sementara waktu dan kemudian melanjutkan perjalanan mereka. Ketika mereka sampai di tanah Kanaan yang djanjikan oleh Allah kepada mereka, mereka diberikan wahyu oleh Allah berupa berupa pemberiahuan bahwa tempat tersebut secara khusus dipilihkan oleh Allah buat mereka dan dianugerhkan buat mereka. Ketika Abram mencapai usia 99 tahun, dia membuat perjanjian dengan Allah dan namanya kemudian dirubah menjadi Ibrahim (Abraham). Dia meninggal pada usia 175 tahun dan dikubur di gua Macpelah yang berdekatan dengan kota Hebron (e l-Kalil) di West Bank (tepi barat)yang hari ini wilayah tersebut di bawah penguasan Israel. Tanah tersebut sebenarnya dibeli oleh Ibrahim dengan sejumlah uang dan itu merupakan kekayaannya dan keluarganya yang pertama di Tanah Yang Dijanjikan itu (Promise Land).

Tempat Kelahiran Ibrahim Menurut Perjanjian Lama

Dimanakah tempat dilahirkannya Ibrahim, tetaplah merupakan sebuah isu yang diperdebatkan. Orang Kristen dan Yahudi menyatakan bahwa Ibrahim dilahirkan di sebelah Selatan Mesopotamia, pemikiran yang lazim dalam dunia Islam adalah bahwa tempat kelahiran nya adalah di sekitar Urfa-Harran. Beberapa penemuan baru menunjukkan bahwa thesis dari kaum Yahudi dan Kristen tidaklah menyiratkan kebenaran yang seutuhnya.

Orang Yahudi dan Kristen menyandarkan pendapat mereka pada Perjanjian Lama, karena dalam Perjanjian lama tersebut, Ibrahim dikatakan telah dilahirkan di kota Ur sebelah Selatan Mesopotamia setelah Ibrahim lahir dan dibesarkan di kota ini, dia dcieritakan telah menempuh sebuah perjalanan menuju Mesir, dan dalam perjalanan tersebut mereka melewati suatu tempat yang dikenal dengan nama Harran di wiayah Turki.

Meskipun demkian, sebuah manuskrip Perjanjian Lama yang ditemukan baru-baru ini, telah memunculkan keraguan yang serius tentang kesahihan/validitas dari informasi di atas. Dalam manuskrip yang ditulis dalam bahasa Yunani yang dibuat sekitar sekitar abad ketiga SM, dimana manuskrip tersebut diperhitungkan sebagai salinan yang tertua dari Perjanjian Lama, juga nama tempat "Ur" tidak pernah disebutkan. Hari ini banyak peneliti Perjanjian Lama yang menyatakan bahwa kata-kata "Ur" tidak akurat atau bahwa Ibahim tidak dilahirkan di kota Ur dan mungkin juga tidak pernah mengunjungi daerah/wilayah Mesopotamia selama hidupnya.

Disamping itu, nama-nama beberapa lokasi serta daerah yang disebutkan itu, telah berubah karena perkembangan jaman. Pada saat ini dataran Mesopotamia biasanya merujuk kepada tepi sungai sebelah selatan dari daratan Irak, diantara sungai Efrat dan Tigris. Lagipula, dua milinium (2000 tahun) sebelum kita, daerah Mesopotamia digambarkan sebagai sebuah daerah yang letaknya lebih ke Utara, bahkan lebih jauh ke autara sejauh Harran, dan membentang sampai ke daerah yang saat ini merupakan daratan Turki. Karena itulah, bila sekalipun kita menerima pendapat bahwa "Dataran Mesopotamia" yang disebutkan dalam Perjanjian Lama, tetap saja akan terjadi misleading (keliru) untuk berpikir bahwa Mesopotamia dua millennium yang lebih awal dan Mesopotamia hari ini adalah sebuah tempat yang persis sama.

Banhkan seandainya juga ada keraguan serius dan ketidaksepakatan tentang kota Ur sebagai tempat kelahiran Ibrahim, tetapi ada sebuah pandangan umum yang disetujui yaitu tentang fakta bahwa Harran dan daerah yang melingkupinya adalah tempat dimana Nabi Ibrahim hidup. Lebih dari itu, peneliltian singkat yang dilakukan terhadap isi Perjanjian Lama tersebut memunculkan beberapa informasi yang mendukung pandangan bahwa tempat kelahiran Nabi Ibrahim adalah Harran. Sebagai contoh di dalam Perjanjian Lama, daerah Harran ditunjuk sebagai "daerah Artam" (Genesis, 11:31 dan 28:10). Disebutkan bahwa orang yang datrang dari keluarga Ibrahim adalah "anak-anak dari seorang Arami" (Deutoronomi, 26:5). Identifikasi penyebutan Ibrahim dengan sebutan "seorang Arami" menunjukkan bahwa beliau (Ibrahim) melangsungkan kehidupannya di daerah ini.

Dalam berbagai sumber agama Islam, terdapat bukti yang kuat bahwa tempat kelahiran Ibrahim adalah Harran dan Urfa. Di Urfa yang disebut dengan "kota para Nabi" ada banyak cerita dan legenda tentang Ibrahim.

Mengapa Perjanjian Lama Dirubah?.

Perjanjian Lama dan Al Qur'an dalam mengungkapkan kisah tentang Ibrahim, tampaknya hampir-hampir menggambarkan dua orang sosok Nabi yang berbeda, yang bernama Abraham dan Ibrahim. Dalam Al Qur'an, Ibrahim diutus sebagai rasul bagi sebuah kaum penyembah berhala. Kaum Ibrahim tersebut menyembah surga-surga, bintang-bintang dan rembulan serta berbagai sembahan lain. Dia berjuang melawan kaumnya dan selalu berusaha untuk mencoba agar mereka meninggalkan kepercayaan-kepercayaan tahayul dan secara tidak terhindarkan, hal; itu juga telah membangkitkan nyala api permusuhan dari seluruh masyarakatnya bahkan termasuk ayahnya sendiri.

Sebenarnya, tidak ada satupun dari hal yang disebutkan diatas diceritakan dalam Perjanjian Lama. Dilemparkannya Ibrahim ke dalam api, bagaimana Ibrahim menghancurkan berhala-berhala yang disembah oleh masyarakatnya, tidaklah disebutkan dalam Perjanjian Lama. Secara umum Ibrahim digambarkan sebagai nenek moyang bangsa Yahudi dalam Perjanjian Lama. Hal ini menjadi bukti bahwa pandangan di dalam Perjanjian Lama ini dibuat oleh para pemimpin masyarakat Yahudi yang mencoba memberikan pijakan di masa mendatang konsep "ras/suku bangsa". Bangsa Yahudi percaya bahwamereka adalah kaum yang selalu dipilih oleh Tuhan dan merasa lebih unggul dari yang lainya. Mereka dengan sengaja dan penuh keinginan untuk mengubah kitab Suci mereka dan membuat penambahan-penambahan serta berbagai pengurangan berdasarkan keyakinan seperti di atas. Inilah sebabnya mengapa Ibrahim digambarkan sebagai nenek moyang bangsa Yahudi belaka dalam Perjanjian Lama.

Penganut Kristen yang percaya terhadap Perjanjian Lama, berpikir bahwa Ibrahim adalah nenek moyang bangsa Yahudi, namun hanya terdapat satu perbedaan; menurut penganut Kristen, Ibrahim bukanlah seorang Yahudi namun ia adalah seorang Kristen. Penganut Kristen yang tidak begitu memperhatikan konsep mengenai ras/suku bangsa sebagaimana dilakukan Yahudi, mengambil pendirian ini dan hal ini menjadi salah satu penyebab perbedaan dan pertentangan diantara kedua agama ini. Allah memberikan keterangan sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur'an sebagai berikut :

Hai ahli kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?. Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah-membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah dalam hal yang tidak kamu ketahui; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.

Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi menyerahkan diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari golongan orang yang musyrik".

Sesungguhnya orang yang paling dekat kepaa Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad) serta orang-orang yan beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orangh-orang yang beriman.(QS Ali Imran 65-68).

Di dalam Al Qur'an sangatlah berbeda dengan apa yang ditulis dalam Perjanjian Lama, Ibrahim adalah seseorang yang memperingatkan kaumnya agar mereka takut kepada Allah, serta bahwa dia adalah seseorang yang berperang/berjuang melawan kaumnya itu pada akhirnya. Dimulai sejak masa mudanya, ia memperingatkan kaumnya yang m,enyembah berhala-berhala untuk menghentikan perbuatan mereka itu. Sebagai reaksi, kaumnya bertindak dengan mencoba untuk membunuh Ibrahim. Untuk menghindar dari kejahatan yang dilakukan oleh kaumnya, maka Ibrahimpun akhirnya berpindah tempat.


CATATAN

1. Everett C. Blake, Anna G. Edmonds, Biblical Sites in Turkey, Istanbul: Redhouse Press, 1977, hlm. 13.

NABI IBRAHIM

Negeri Babylon subur tanahnya, makmur rakyatnya. Di dalam sejarah dunia disebutkan bahawa rakyatnya maju, bahkan dari sanalah asal usul kemajuan dunia ini. Tetapi lain keadaannya di zaman hidupnya Nabi Ibrahim. Memang subur dan makmur rakyatnya, tetapi rendah dalam pengetahuan, bergelumang dalam dunia kegelapan dan kebodohan.

Di negeri yang subur dan rakyat yang makmur tetapi bodoh itu, memerintah seorang Raja yang hanya menjalankan kehendak nafsu dan dirinya sendiri. Itulah dianya Raja Namrud bin Kanan bin Kusy. Di tangannyalah letak segala kekuasaan. Dia yang memutuskan tiap tiap perkara. Apa saja yang dikatakannya, itulah undang undang yang harus dijalankan oleh rakyatnya.
Bila ada seorang saja yang membantah kata-kata Raja, dinyahkan orang itu dengan kekuatan mata pedang. Kerananya tak seorang juga rakyat yang dapat menjalankan akal dan fikiran sendiri. Tetapi hanya tunduk kepada apa yang diperintahkan si Raja, sekalipun bagaimana juga. Rakyat semakin jauh terperosok ke lembah kegelapan dan kebodohan.

Raja itu pulalah yang memerintahkan membuat patong dari batu. Dan telah menjadi kegemaran Raja itu untuk memuja muja patong batu yang terbaik. Kemudian si rakyat banyak diperintahkan sang Raja menyembah nyembah patong dari batu itu. Itulah Tuhan, kata Raja, sedang rakyat hanya diberi kesempatan untuk tunduk saja.

Hal itu lama kelamaan menambah bodohnya rakyat, sehingga dengan rakyat yang bodoh itu, keadaan masyarakat bertambah buruk dan kacau juga.
Sesudah keadaan menjadi kacau dan rusak serusak-rusaknya, Raja Namrud yang berkuasa itu pada suatu malam bermimpi dalam tidurnya, bahawa ia melihat seorang anak kecil melompat masuk ke dalam kamarnya, lalu merampas mahkota yang sedang dipakainya di atas kepalanya, lalu menghancurkan mahkota itu. Setelah ia terbangun, ia termenung memikirkan mimpinya yang luar biasa itu.

Hampir seluruh manusia yang rusak kepercayaan, dahulu dan juga sampai sekarang ini amat percaya kepada mimpi mimpi, bahkan menggantungkan nasib mereka kepada mimpi mimpi itu. Termasuk Raja-raja yang sedang berkuasa, sebab banyak di antara Raja-raja yang berkuasa besar itu di zaman purbakala adalah terdiri dari orang-orang yang bodoh-bodoh, tetapi berkuasa karena pengaruh keturunan semata mata. Raja Namrud termasuk salah seorang Raja yang bodoh itu. Karena kebodohannya ia tidak dapat mempergunakan akal yang diberikan Tuhan kepadanya, lalu ia mempercayakan nasibnya kepada tukang tukang tenung atau dukun-dukun tukang ramal. Kepada tukang tukang tenung itulah ia bertanya segala perkara, lebih-lebih tentang mimpi mimpi atau keadaan yang akan datang mengenai nasibnya.

Raja Namrud segera memanggil tukang tukang tenungnya menanyakan apa ertinya mimpi yang dilihatnya itu. Tukang tukang tenung itu mengatakan kepadanya, bahawa akan lahir seorang anak, sedang anak itu setelah besar badannya besar pula pengaruhnya. Dan karena besarnya pengaruh anak itu, maka akan hilanglah semua kekuasaan yang ada di tangannya. Akhirnya Namrud akan jatuh dan mahkotanya akan hilang.
Karena tabir mimpi menurut apa yang dikatakan tukang-tukang tenung itu, Raja Namrud memutuskan dan memerintahkan untuk membunuh semua anak yang dilahirkan, agar jangan sampai jatuh kekuasaan atau mahkota yang ada di kepalanya.

Di saat itu ibu Ibrahim sedang mengandung, menghamilkan Ibrahim dalam perutnya. Karena takut bayi yang dikandungnya itu setelah lahir akan dibunuh oleh Raja Namrud, maka ibu Ibrahim lari menyembunyikan diri ke suatu gua di luar kota, di mana ia akhirnya melahirkan anaknya seorang laki-laki yang diberi nama Ibrahim.

Begitulah menurut ceritanya, Ibrahim sejak dilahirkan sampai dan selama masa kanak-kanak dibesarkan di dalam gua itu, disembunyikan oleh ibunya. Di sanalah ia disusukan, diasuh, dibesarkan sampai ia menjadi agak besar. Setelah agak besar dan mulai dapat menjalankan fikirannya, di kala ditinggalkan oleh ibunya pergi ke kota mencari makanannya, Ibrahim mencuba melihat ke luar gua dari celah-celah batu yang menutup pintu guanya. Ibrahim tercengang dan kagum melihat luasnya alam di luar guanya yang sempit itu.
Luas dan luas sekali alam (bumi) ini dilihatnya, berpinggiran langit yang biru, terdiri dari dataran dan gunung-gunung serta jurang-jurang, penuh dengan tumbuh-tumbuhan dan tanam tanaman. Di waktu siang ada matahari bersinar terang, di waktu malam gelap-gelita, hanya diterangi oleh bintang bintang yang berkedip kedipan bertebaran sebanyak banyaknya di angkasa luas.

Akhirnya ia bertambah besar dan akalnya bertambah maju. Ia bukan hanya tertarik dan tercengang melihat keindahan dan kehebatan alam luas, bermatahari, berbintang dan bertumbuh tumbuhan, tetapi akhirnya berfikir pula siapa yang menciptakan semuanya itu, siapa yang mengaturkan sedemikian rupa. Ia bertanya dalam hatinya: Siapakah yang mempergilirkan malam dan siang? Siapakah yang menjalankan matahari, bulan dan bintang-bintang? Siapakah yang menumbuhkan tanam tanaman dan tumbuh tumbuhan? Siapakah yang menghidupkan segala yang hidup dan yang mematikan segala yang mati?

Sampailah Ibrahim kepada taraf mencari jawapan dari semua pertanyaan yang demikian itu. Ia tidak mempunyai teman untuk bertanya, selain ibunya yang datang hanya sebentar-sebentar saja sekadar menghantarkan makanan dan minuman baginya. Sekalipun ia menanyakan juga pertanyaan pertanyaan tersebut kepada ibunya, tetapi ibunya tak mempunyai perhatian terhadap pertanyaan pertanyaan semacam itu, sebab perhatian ibunya hanya tertuju bagaimana caranya menyembunyikan Ibrahim agar jangan diketahui oleh seorang manusia pun, agar jangan dibunuh Raja. Hal yang lain yang menjadi perhatian ibunya ialah bagaimana dapat memperoleh makanan dan minuman bagi Ibrahim, dan bagaimana cara menghantarkan makanan dan minuman itu kepada Ibrahim agar jangan diketahui orang lain.

Ya, Ibrahim terpaksa mencari dan memikirkan sendiri jawapan dari segala pertanyaan yang muncul di otak atau fikirannya itu.
Akhirnya setelah ia agak besar, akalnya yang murni, fitrahnya yang suci, yang tidak dikotorkan dan dipengaruhi oleh siapa dan oleh apa pun, tidak pernah dipengaruhi oleh berbagai-bagai kepercayaan palsu yang dipercayai oleh orang banyak, dengan semata-mata atas kekuatan akal dan fikirannya sendiri yang diberikan Allah kepadanya, ia dapat meyakinkan adanya Tuhan yang menciptakan seluruh alam yang ada. Dan Tuhan itu pasti Maha Besar, Maha Mengetahui segala, dan pasti Maha Esa.

Di sinilah letak kehebatan Nabi Ibrahim itu. Sejak masa muda remajanya, tanpa seorang guru atau pengasuh, hanya semata-mata dengan akal yang dikurniakan Allah kepadanya saja, ia sudah dapat mempergunakan akal itu sehingga memperoleh ilmu pengetahuan dan keyakinan (kepercayaan) yang tidak dapat dicapai oleh orang lain, sekalipun orang lain itu hidup di alam bebas, beroleh harta kekayaan atau pangkat yang tinggi seperti Raja Namrud itu.

Memang benar juga kalau ada sebahagian orang berpendapat, bahawa dengan akal atau fikiran semata mata, manusia harus dapat mempercayai akan adanya Allah dan semua kebesaranNya, harus dapat mempercayai bahawa Allah itu Maha Tunggal dan tidak ada Tuhan selain Allah itu. Benar pula pendapat manusia yang mengatakan, bahawa kadang kadang ilmu pengetahuan yang diperoleh manusia tidak secara ikhlas dan murni, atau harta kekayaan dan pangkat pangkat yang tinggi, tidak menjadikan manusia bertambah pintar, melainkan menjadikan manusia bertambah bodoh. Dan karena kebodohannya itu, mereka yang berilmu, yang berharta dan berkuasa itu sampai tak percaya kepada Allah Pencipta, malah menyembah berhala-berhala, patung-patung dan mempercayai tukang tukang tenung atau dukun dukun palsu.

Demikianlah kehebatan Ibrahim. Pantaslah kalau Allah di dalam Kitab SuciNya al-Quran, mengucapkan salam kepada Ibrahim: Salamun ala Ibrahim (salam kepada Ibrahim). Dan sepatutnyalah kalau setiap orang yang beriman, iaitu kita orang Islam, lima kali kita mengerjakan sembahyang dalam sehari semalam, lima kali kita mengucapkan selawat dan salam kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim yang beriman kepadanya, sesudah kita mengucapkan selawat dan salam kepada Muhammad dan semua keluarganya yang beriman kepada Muhammad.

Setelah Ibrahim menjadi remaja, bahaya pembunuhan terhadap anak anak yang baru lahir sudah dilupakan dan tak dijalankan lagi, Ibrahim keluar mencemplungkan dirinya ke dalam masyarakat manusia yang bergelumang dengan kebodohan dan kepercayaan-kepercayaan yang rusak itu. Ia dapati manusia seluruhnya sudah sesat. Mereka melakukan berbagai-bagai kejahatan, menyembah berhala berhala dan patung patung, ada pula yang menyembah bintang, bulan dan matahari. Bapaknya sendiri bekerja membuat patung-patung dari kayu atau batu, lalu menjual patung patung itu kepada orang-orang. Patung-patung itu mereka sembah. Termasuk yang menyembah patung patung itu bapaknya sendiri yang membikin patung-patung itu sendiri.
Ibrahim mengeluh dan mengeluh. Ia mengeluh kepada Tuhan: Oh Tuhan, aku menderita, iaitu penderitaan batin, melihat kemungkaran dan kesesatan. Untuk apakah gerangan akal yang dikurniakan Tuhan, mereka pergunakan? Apakah semata-mata untuk membuat kerusakan dan mencari kekayaan? Ia berdoa: Oh Tuhan, tunjukilah aku, kalau Tuhan tidak menunjuki akan daku, sungguh aku akan menjadi sesat sebagai orang banyak yang sesat dan aniaya itu.

Allah lalu memberikan petunjuk kepada Ibrahim. Dia diangkat Allah menjadi Nabi dan Rasul. Kepadanya dikirimkan wahyu-wahyu, sehingga keyakinannya kepada Allah Pencipta, sekarang ini bukan lagi sebagai kesimpulan pendapat dan pemikiran semata, melainkan sebagai iman atau kepercayaan yang tak goyah atau goncang lagi. Allah mengajarkan kepadanya segala sesuatu dan segala rahsia yang ada di balik alam nyata yang di lihat Ibrahim. Diajarkan Allah kepadanya bahawa disebalik alam nyata ini ada alam ghaib yang lebih luas. Setiap manusia yang mati akan dihidupkan kembali dalam kehidupan di alam Akhirat nanti.
Setelah bertahun tahun lamanya Ibrahim memikirkan alam nyata ini, fikiran Ibrahim sekarang ini tertumpah ke alam Akhirat itu. Timbul pertanyaan dalam hatinya bagaimana caranya Tuhan dapat menghidupkan semua manusia yang sudah mati itu di alam Akhirat nanti. Sekalipun ia sudah yakin akan kehidupan di alam Akhirat itu, tetapi ia ingin tahu bagaimana caranya Tuhan menghidupkan manusia di alam Akhirat.

Ia berfikir dan bermenung lagi, ingin tahu bagaimana caranya Tuhan menciptakan dan menghidupkan segala yang ada dan yang hidup ini. Bagaimana juga diikhtiarkannya untuk mendapatkan penyelesaian dari apa yang direnungkannya ini, ia tak berhasil mendapatkannya, karena yang difikirkannya ini adalah di luar letak kemampuan akal dan fikiran manusia, termasuk akal dan fikiran Ibrahim sendiri. Dia menjadi gelisah dan tak tenang kembali.
Lalu Nabi Ibrahim mendoa memohonkan kepada Allah, agar Allah memperlihatkan kepadanya, bagaimana Allah mengadakan kebangkitan itu, bagaimana caranya Allah menghidupkan apa yang sudah mati itu kembali.

Karena doa yang luar biasa ini, Allah lalu bertanya kepada Ibrahim: Apakah engkau belum beriman, ya Ibrahim ?
Ibrahim menjawab: Sekali kali tidak, ya Tuhanku; bukankah Engkau telah memberi wahyu kepadaku, dan aku telah percaya dan membenarkannya, tetapi dalam hal ini adalah semata mata supaya lebih terang kepadaku dan lebih tenang jiwaku ini.
Permohonan Nabi Ibrahim ini dikabulkan Tuhan. Lalu diperintahkan Tuhan agar Ibrahim mengambil (menangkap) empat ekor burung. Supaya masing-masing burung empat ekor itu dipotong potong, diceraikan setiap anggota tubuhnya, supaya Ibrahim melihat sendiri bagaimana cara burung itu dijadikan hidup lagi oleh Tuhan Allah.

Potongan potongan kecil dari keempat ekor burung itu, dihancur lumatkan menjadi serbuk yang halus, lalu dicampur-adukkan semuanya. Campuran itu lalu disuruh bagi menjadi empat longgok. Masing masing longgok itu disuruh taruhkan di atas puncak keempatempat bukit yang berjauh jauhan pula letaknya itu.
Kepada Nabi Ibrahim lalu diperintahkan Allah memanggil burung burung yang sudah hancur lumat itu. Baru saja Nabi Ibrahim memanggilnya, masing masing longgok burung yang hancur itu lalu terbang menjadi burung biasa kembali. Berbulu, berparuh, tak ada beza sedikit juga dengan burung burung itu sendiri sebelum hancur menjadi satu. Masing-masing burung itu menuju kepada Nabi Ibrahim, agar Nabi Ibrahim dapat melihat dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana caranya Tuhan menghidupkan apa yang sudah mati dan hancur.

Dengan cara dan dengan semudah itu pulalah Allah nanti akan menghidupkan dan membangkitkan semua manusia yang sudah mati di kampung Akhirat, untuk dihisab dan diperhitungkan segala amal dan kejahatan tiap-tiap manusia. Untuk diadili dan dibalas setiap amal itu dengan pembalasan yang setimpal. Amal baik dengan balasan yang baik, dan amal jahat dengan balasan yang jahat pula. Bila Allah telah menghendaki sesuatu, maka tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi adanya sesuatu itu. Sungguh Allah Maha Kuasa dan Maha Bijaksana.

lagi kesah tentang Nabi Ibrahim

klik disini

SEKADAR TAZKIRAH DIRI


Assalamualaikum sahabat2 Khalifah Samudera yang dikasihi.....

sedikit tazkirah dari KS spt biasa bg memuliakan Bulan Ramadhan ini..
bersyukur kita kepada Allah kerana dengan keizinannya dan kasih sayangnya yang melimpah maka kita diberi peluang oleh-Nya untuk kita sama2 berpuasa dan seterusnya menyambung silaturrahim.

Cukup banyak nikmat yang diberi oleh Allah ..sungguh tak terhitung walaupun hanya sedetik pernafasan yang diberi oleh Allah...apatah lagi dengan nikmat2 yang lain..mata yang diberi lihat..tangan yang diberi gerak...dan perlu kita tahu yee..bahawa segala apa yang kita lakukan yakni ..tangan yang bergerak..mulut yang berkata2..kaki yang melangkah......itu semua adalah sebagai alat Allah..kerana semua yang Paksu katakan tadi itu adalah atas izin Allah ianya bergerak,berkata2 dll lagi.....

 Tazkirah di surau al mustaqimah sebelum solat terawih tadi dengan bab MUFLIS. siapa yang muflis ? kita ?...

kalau kita muflis didunia...kita masih lagi mampu hidup dengan baik....tapi kalau kita muflis diakhirat ?...adakah boleh ditebus dengan RM? atau pun amalan2 lain ?...sedangkan amalan2 yang kita lakukan didunia dulu telah habis ..adakah Allah akan kembalikan kita semula ke dunia untuk menebus ?....tidak sama sekali....maka apabila segala pahala amalan kita berpuasa,berzakat solat malam dan lain2 amalan kebaikan telah habis maka nerakalah tempatnya kita....

Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Tahukah kamu siapakah orang yang muflis?” Para sahabat menjawab: Bagi kami orang yang muflis ialah orang yang tidak memiliki wang mahupun hartabenda”. Lalu Rasulullah SAW bersabda lagi: Sebenarnya orang yang muflis dalam kalangan umatku ialah mereka yang pada hari Kiamat datang dengan membawa pahala amal solat, puasa, zakat dan haji tetapi semasa di dunia mereka pernah mencaci maki orang, menuduh tanpa bukti, memakan harta dengan zalim, membunuh dan memukul sesuka hati. Lalu pada hari kiamat, orang yang di zalimi akan menerima pahala amal si penzalim. Jika pahala amalnya telah habis (diberikan) sedangkan kesalahan dan dosanya semasa di dunia kepada orang yang tidak berdosa masih banyak, maka Alllah SWT akan memberi pula dosa orang yang dizalimi itu kepadanya sehingga semakin berat bebannya, lalu Allah SWT campakkan dia ke dalam neraka.”(Riwayat Muslim).
hak pada seorang muslim kepada muslim yang lain....

mengaibkan orang lain ibaratnya memakan daging saudara sendiri.

Hukum mengaibkan orang ini adalah haram. Seperti juga hukum mengumpat.

Mengumpat pun ada syarat. Maksudnya, perkara berikut bermakna jatuh hukum mengumpat:

Cerita keburukan orang

Cerita mengenai dia tapi di luar pengetahuannya

Cerita benda betul tapi di luar pengetahuannya

Cerita perkara yang dia tidak suka tapi di luar pengetahuannya

Hadis Rasulullah SAW:

“Jangan buka aib orang kerana Allah akan membuka aibmu walaupun di dalam rumahmu sendiri”

apabila kita diakhirat nanti pasti Allah akan membuka seluas2nya aib kita.
dan juga jika kita berpuasa maka hilanglah pahala puasa kita.

jika seorang yang dikatakan islam itu mestilah mempunyai hak2 yang perlu di tunaikan seperti mengucap 2 kalimah syahadah, solat 5 waktu,berpuasa,berzakat ,dan tunaikan haji bg yg mampu..maka barulah ia dikatakan seorang muslim sejati..jika tidak ditunaikan rukun2 islam itu maka bukanlah ia dari kalangan orang2 yg beriman.

begitu juga insan yang mengaku muslim atau islam..maka hak2 terhadap seorang muslim yang lain mestilah ditunaikan hak2nya..

Dari Abi Hurairah (ra) katanya: Telah bersabda Rasulullah (sallallahu alayhi wasalam): Hak muslim terhadap muslim lainnya ada enam. (Baginda) ditanya: Apakah hak-hak tersebut, ya Rasulullah? Jawab baginda:

1. Jika kamu bertemu dengannya, ucapkanlah salam padanya.
2. Jika dia mengundangmu, hadirilah undangannya.
3. Jika dia minta nasihatmu, berilah dia nasihat.
4. Jika dia bersin dan bertahmid, maka tasymitkan dia.
5. Jika dia sakit, maka kunjungilah dia.
6. Jika dia meninggal dunia, maka ikutilah (jenazah)nya.

(Hadis Riwayat Muslim)

Tanamkan pada jiwa kita bahwa kemuliaan dan kesempurnaan seseorang di sisi Allah bukanlah hanya terletak pada penyermpurnaannya terhadap hak Allah saja, tetapi kesempurnaan manusia adalah sangat tergantung sampai di mana dia dapat menyempurnakan semua hak: hak Allah, hak diri, hak keluarga, hak masyarakat, hak sesama insan, hak sesama muslim, hak tetangga, hak jalan, hak makhluk lain selain manusia dan lain-lain.


Untuk membuktikan kebenaran di atas, renungkan beberapa kisah berikut. Kisah Abdullah Bin ‘Amr Bin Al-‘Ash, Abu Darda’ dan Salman Al-Farisy, kisah ‘Alqamah yang sukar mengucap syahadat ketika sakarat karena pernah menyakiti hati ibunya, wanita tua yang banyak beribadah tetapi jahat dengan tetangga, kisah orang yang masuk neraka gara-gara seekor kucing, kisah lelaki yang menolong anjing yang sedang kehausan dll.


walaupun kita mencela atau mengata keaiban orang yang telah mati...itu juga termasuk perkara2 yang diharamkan.....

jika seseorang hamba Allah mati dalam keadaan azab sekalipun....janganlah kita ceritakan keaibannya kepada mereka yang masih hidup...kerana kita sendiri pun tidak tahu akan keadaan kematian kita..............


semoga memberi manfaat.

NABI SALEH

Nabi Saleh A.S. dengan rasa rendah hati menghadap ke hadrat Allah SWT berdoa, bermohon kepadaNya agar memberikan kepadanya satu mukjizat bagi membuktikan kebenaran risalah dan ajarannya sekaligus mematahkan segala tentangan kaumnya yang masih berkeras kepala itu. Ia bermohon kepada Allah SWT supaya menciptakan seekor unta betina yang dikeluarkan daripada sebuah batu karang yang besar yang terdapat di sisi sebuah bukit di situ.

Maka sejurus kemudian dengan keizinan daripada Allah SWT Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta, terbelahlah batu karang itu dan keluarlah seekor unta betina daripadanya. Dengan menunjukkan kepada binatang yang baru keluar daripada perut batu besar itu, berkatalah Nabi Saleh A.S. kepada kaumnya; “Inilah unta yang Allah SWT telah datangkan kepada kamu sekalian sebagai bukti. Oleh itu janganlah kamu ganggui dia dan biarkanlah dia mencari makanannya sendiri di atas muka bumi Allah SWT ini. Dan satu perkara lagi iaitu, unta ini akan bergilir-gilir dengan kamu dan ternakan kamu bagi mendapatkan air minuman dan ketahuilah bahawa Allah SWT akan menurunkan azab-Nya sekiranya kamu cuba mengganggu unta ini.”

Unta Nabi Salleh A.S. bebas berkeliaran memakan rumput sesuka hatinya tanpa gangguan. Begitu juga, apabila tiba gilirannya untuk minum air, tiada seekor binatang lain berani menghampirinya. Keadaan ini telah menimbulkan rasa tidak puas hati pada pemilik-pemilik binatang itu yang makin hari semakin merasakan bahawa dengan kedatangan unta itu di tengah-tengah masyarakat mereka itu merupakan gangguan, bagaikan duri yang melintang di dalam kerongkong. Tetapi, dengan berhasilnya Nabi Saleh A.S. mendatangkan mukjizat itu, maka gagallah para pemuka kaum Tsamud dalam usaha mereka ingin menjatuhkan dan menghilangkan pengaruh Nabi Sa leh A.S. bahkan sebaliknya telah menebalkan pula kepercayaan orang ramai dan menghilangkan rasa ragu-ragu ter hadap ajaran yang dibawa olehnya. Kini dendam kaum Tsamud semakin kuat.

Mereka berusaha pula untuk menghasut para pemilik-pemilik ternak agar mem bunuh unta itu dan kemudian mengusir Nabi Saleh A.S. keluar daripada kota itu. Satu kumpulan ditubuhkan oleh orang-orang dari kaum Tsamud bagi mengatur rancangan pembunuhan unta Nabi Saleh A.S. itu. Rancangan itu dikuatkan lagi apabila muncul seorang janda bangsawani yang kaya raya, menawarkan akan menyerahkan dirinya ke pada sesiapa sahaja yang berjaya mem-bunuh unta Nabi Saleh A.S. Di samping janda itu, seorang wanita lain yang mempunyai beberapa orang anak perempuan yang cantik menawarkan tawaran yang sama seandainya ada orang yang berhasil membunuh unta itu.

Tawaran-tawaran seumpama itu dan berserta dengan rasa benci terhadap kaum Nabi Saleh A.S. akhirnya menarik perhatian dua orang pemuda daripada kaum Tsamud yang bernama Mushadda’ bin Muharrij dan Qudar bin Salif de ngan bantuan tujuh orang pemuda lain menampilkan diri mereka untuk pergi membunuh unta itu. Lalu mereka pergi bersembunyi di suatu tempat di mana biasanya dilalui oleh unta itu dalam perjalanannya ke perigi tempat ia minum. Di situlah berakhirnya hidup unta yang tidak berdosa itu apabila panah yang diajukan oleh Musadda’ mengenai betisnya disusuli pula oleh Qudar dengan menikamkan pedang di perut unta itu.

Dengan rasa bongkak dan sombong, pergilah para pemuda pembunuh unta itu keliling kota menyampaikan berita pembunuhan unta Nabi Saleh A.S. yang mendapat sambutan sorak-sorai dan riang gembira daripada orang ramai seakan-akan mereka baru kembali dari medan peperangan dengan membawa kemenangan yang gilang-gemilang. Ada di antara mereka mengejek-ejek mencabar Nabi Saleh A.S. dengan berkata: “Wahai Saleh, untamu telah kami bunuh. Oleh itu cubalah pula engkau datangkan kepada kami tentang ancaman sepertimana yang engkau janjikan, jika engkau sungguh-sungguh termasuk di dalam orang-orang yang sentiasa benar dalam berkata-kata.”

Nabi Saleh A.S. menjawab: “Telah aku peringatkan kepada kamu sekalian, bahawa Allah SWT akan menurunkan azab-Nya ke atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Maka dengan terbunuhnya unta itu, tunggulah kamu saat tibanya giliran kamu pula menerima azab yang Allah SWT telah janjikan. Kamu telah menentang Allah SWT, dan terimalah kelak akan akibatnya. Sesungguhnya janji Allah SWT tidak pernah meleset. Kamu sekalian boleh bersuka ria dan bersenang-senang hanya selama tiga hari, kemudian datanglah balasan Allah yang setimpal pada hari yang keempat. Demikianlah kehendak Allah SWT dan takdir-Nya yang tidak dapat dihalang atau dielakkan.”

Ada setengah pendapat daripada para ahli-ahli tafsir mengatakan bahawa, Al lah SWT sengaja memberi waktu selama tiga hari kepada kaum Tsamud, bagi memberi kesempatan kalau-kalau mere ka sedar akan dosa yang mereka lakukan dan bertaubat meminta keampunan seterusnya beriman kepada Allah SWT Namun kaum Tsamud tetap mengengkarinya, bahkan mengejek Na bi Saleh A.S. supaya menpercepatkan tempoh waktu datangnya azab yang dijanjikan dan tak perlu menanti selama tiga hari lagi.

Sebelum turun azab daripada Allah SWT, Nabi Saleh memberitahu kepada kaumnya bahawa azab Allah yang akan menimpa ke atas mereka itu akan didahului dengan tanda-tanda melalui tiga peringkat. Iaitu di peringkat hari yang pertama, wajah mereka akan menjadi kuning dan berubah kepada warna merah pada peringkat hari yang kedua dan berubah sekali lagi menjadi hitam berkilat pada peringkat hari yang ketiga sete rusnya turunlah azab Allah SWT yang amat pedih.

Setelah mendengar akan ancaman azab yang dijanjikan oleh Nabi Saleh A.S. kaum Tsamud terdiri daripada Mushadda’, Qudar dan tujuh orang pemuda lain cuba merancang untuk membunuh Nabi Saleh A.S. Mereka bercadang mem bunuh Nabi Saleh di waktu malam hari bagi mengelakkan dari pengetahuan pengikut-pengikutnya. Tetapi Allah SWT tidak terus membiarkan hamba-hamba-Nya yang kafir itu membunuh Rasul-Nya sepertimana yang berlaku terhadap unta Nabi Saleh A.S. Sewaktu mereka pergi ke tempat Nabi Saleh A.S. bagi melaksanakan rancangan pembunuhan di malam yang gelap dan sunyi itu, tiba-tiba satu longgokan batu-batu besar yang tidak diketahui dari arah mana datangnya menimpa ke atas mereka sehingga mengakibatkan kematian. Demikianlah Allah SWT telah melindungi Rasul-Nya dari perbuatan mungkar dan niat jahat kaum Tsamud.

Nabi Saleh A.S. diperintahkan oleh Al lah SWT supaya meninggalkan kota Hijir dan kemudiannya menuju ke Ramlah, sebuah daerah di Palestin. Sebaik-baik sahaja Nabi Saleh A.S. berserta para pengikut-pengikutnya keluar daripada situ, Allah SWT telah menurunkan azab-Nya yang amat dahsyat disusuli dengan panah petir dan gempa bumi menghancurkan bangunan, rumah-rumah serta menelan kesemua penduduk- penduduknya.

Demikianlah keadaan yang berlaku terhadap kaum Nabi Saleh A.S. iaitu suku Tsamud yang engkar kepada perintah-perintah Allah SWT Di dunia lagi Allah SWT telah musnahkan kehidupan mereka sebelum menerima azab seksaan yang lebih pedih di akhirat nanti. Apa yang dapat kita jadikan pelajaran daripada kisah Nabi Saleh A.S. ini, bahawa kerana dosa dan perbuatan mungkar yang dilakukan oleh sebahagian kecil sahaja boleh mengakibatkan seluruh masyarakat yang lain turut binasa.

Di sinilah letaknya hikmah perintah Allah SWT agar kita melakukan ‘amal makruf nahi mungkar’. Kerana dengan melakukan tugas itu, setidak-tidaknya kalau tidak berhasil mencegah kemungkaran dan maksiat, kita telah berjaya mengelakkan diri dari dosa bersubahat atau menyetujui pekerjaan mungkar itu. Bersikap sambil lewa, acuh tidak acuh terhadap maksiat serta kemungkaran yang berlaku di hadapan mata, bererti kita secara tidak langsung telah sama-sama terlibat di dalam perbuatan mungkar itu.

Monday, 30 July 2012

NABI HUD

Nabi Noh dan pengikut pengikutnya yang terdiri dari orang orang yang beriman telah diselamatkan Allah dari bahaya maut. Semua musuh mereka yang terdiri dari orang-orang kafir yang jahat, seluruhnya sudah musnah. Orang-orang beriman yang selamat ini, setelah berhenti banjir dahsyat itu, di bawah pimpinan Nabi Noh semakin tebal iman mereka, semakin percaya kepada Nabi Noh dan ajarannya. Mereka tidak berhenti henti mengucap syukur dan beribadat menyembah Allah yang telah menyelamatkan mereka. Makin terasa sampai sedalam dalamnya dalam jiwa raga mereka akan kebesaran Allah dan kekuasaanNya. Demikianlah berjalan beberapa abad pula lamanya. Manusia hidup rukun dan damai, iman dan taqwa, senang, tenang dan bahagia sekali.
           

Tetapi beberapa abad kemudian, anak cucu atau keturunan mereka, mulalah melupakan ajaran Nabi Noh dan nenek moyang mereka yang beriman itu. Mungkin karena kurangnya penerangan atau pengaruh penghidupan yang semakin meningkat, pengaruh ekonomi, keinginan-keinginan dan keperluan, ditambah lagi oleh tipu daya Setan dan Iblis yang selalu menggoda dan memperdayakan mereka. Akhirnya seluruh manusia menjadi lupa sama sekali akan Allah Pencipta yang diajarkan Nabi Noh dan nenek moyang mereka orang beriman.


Setelah mereka berkembang biak menjadi manusia banyak, hidup terpancar di segenap pelosok yang berjauhan dan berdekatan, menjadi berbagai bagai suku kaum dan bangsa, antar satu sama lain sudah tak kenal mengenal lagi, masing masing golongan, suku dan bangsa berkembang menurut adat kebiasaan atau tradisi masing masing. Yang satu ingin lebih kaya, lebih kuat dari yang lain. Akhirnya yang kaya memeras terhadap si miskin, dan yang kuat menindas terhadap yang lemah.
Bersamaan dengan lenyapnya keimanan terhadap Allah, lenyap pulalah ketenteraman dan keamanan, kebahagiaan dan kesenangan hidup. Lalu timbullah berbagai-bagai maksiat, kejahatan, kepercayaan yang sesat dan menyesatkan. Bila mereka sudah kacau dan tak aman lagi, kembalilah mereka ingin menyelamatkan diri masing masing. Karena mereka sudah lupa terhadap Allah, maka mereka tercari carilah cara memperoleh keselamatan dan ketenteraman. Akhirnya mereka buat pulalah patung berhala, dan patung patung itulah menurut para pemuka mereka yang dapat menyelamatkan mereka dari segala kesusahan dan bahaya. Akhirnya patung atau berhala itu mereka hormati, mereka mengagungkannya, mereka puji lalu sembah. Dan patung patung itulah 'tuhan', kata mereka.


Sejarah sepeninggalan Nabi Noh berulang kembali, dengan ulangan yang sama tidak ada perbezaan sama sekali. Bangsa 'Ad, begitulah namanya satu kaum yang paling derhaka di zaman itu, hidup di negeri Ahqaf, antara Yaman dan Oman sekarang ini, di bilangan negeri Arab jua.
Bangsa 'Ad ini termasyhur sekali karena besar tubuh orangnya dan kuat. Hidup di tanah yang subur, tumbuh di situ berbagai bagai tumbuh tumbuhan, mengalir di situ sungai sungai dan mata air. Masing masing mempunyai kebun yang luas, hasil bumi yang berlipat ganda banyaknya. Dengan kekayaan yang melimpah ruah itu, mereka dapat membuat rumah dan istana tempat tinggal masing masing.
       

Kerana kebahagiaan hidup yang berlimpahan itu, mereka lupa akan asal usul kejadian mereka, mereka tidak tahu dari mana asalnya segala nikmat dan rahmat yang berlimpah ruah itu.
Akal mereka hanya sampai ke batu batu yang mereka buat dan gambar sendiri berupakan patung patung. Kepada batu batu itulah mereka berterima kasih atas semua nikmat dan rahmat itu, dan kepada batu itu pulalah mereka minta tolong bila di timpa kesusahan dalam hidup dan penghidupan mereka.
Bukan hanya sesat diri mereka bahkan akhirnya mereka menyebarkan kejahatan di permukaan bumi yang penuh rahmat itu. Si kuat di antara mereka menyeksa kepada yang lemah, yang besar menganiaya terhadap anak kecil, sehingga keamanan dan kebahagiaan hanya dimiliki oleh beberapa gelintir manusia saja di antara mereka, iaitu mereka yang kuat dan berani saja. Sedang orang yang lemah dan tak punya kekuasaan, hidup menderita, dengan derita yang tak terperikan lagi.
Diutus Tuhanlah kepada mereka seorang dari bangsa 'Ad itu sendiri, Nabi Hud namanya. Seorang yang lapang dada, berbudi tinggi, pengasih dan penyantun, penuh dengan kesabaran. Diajarkan kepada kaum 'Ad itu akan Tuhan yang sebenarnya, iaitu Allah s.w.t. Sedang batu batu yang mereka sembah dan cintai itu tak ada kekuasaan apa apa. Tidak dapat memberi manfaat atau mudarat, tidak mempunyai kuasa untuk berbuat apa apa. Allahlah yang selayaknya disembah dan dipuja, karena Allahlah yang menjadikan kamu dan memberi kamu rezeki, yang menghidupkan dan mematikan kamu, yang membentangkan bumi tempat berpijak, menumbuhkan tumbuh tumbuhan dan mendatangkan berbagai-bagai nikmat yang kamu pergunakan, kata Nabi Hud kepada mereka.


Sebagai manusia di zaman Nabi Noh, seruan dan ajaran Hud ini tidak dihiraukan oleh manusia 'Ad, mereka membantah dengan membangga banggakan kekayaan dan kepintaran mereka sendiri. Diperingatkan pula oleh Nabi Hud, bahawa nanti semua orang yang sudah mati itu akan dihidupkan kembali di Alam Akhirat, akan diperhitungkan kejahatan dan kebaikannya. Mana yang jahat akan diseksa dan mana yang baik akan dibahagiakan dalam Syurga yang disediakan Tuhan.
Ajaran ini lebih mereka ejek lagi dengan berkata: "Manakan boleh orang yang sudah mati dan hancur menjadi satu dengan tanah akan dapat hidup kembali. Hidup hanya di dunia ini saja, senang dan susah hanya di muka bumi saja."
Diperingatkan Hud seksa yang pernah diturunkan Allah terhadap manusia engkar di zaman Nabi Noh. Mereka tidak percaya. Itu adalah cerita bohong yang diada adakan saja, atau berita dongeng yang diada adakan oleh Hud, kata mereka.
Bahkan Hud dianggap mereka orang yang terlalu bodoh. "Apa kelebihan engkau atas kami?" kata mereka kepada Hud. "Engkau makan sebagaimana kami makan jua, engkau minum sebagaimana kami minum pula, engkau hidup seperti kehidupan kami tak ada bezanya sedikit juga," kata mereka selanjutnya. "Kenapa engkau mengatakan diutus Allah? Kenapa engkau saja yang diutus Allah? Kami pun berhak diutus Allah itu! Perkataanmu itu adalah bohong semata mata," kata mereka kepada Hud.
Hud terus mengajak mereka, walaupun mendapat sambutan dingin dan juga tentangan dari mereka yang engkar itu. Demikianlah dari masa ke semasa, tahun ke tahun, beratus tahun pula lamanya. Hanya sedikit sekali yang menurut ajarannya itu.
Ternyata pulalah, bahawa memang mereka tidak mahu beriman, mereka tidak mahu berhenti berbuat derhaka dan jahat, mereka hanya berbuat apa yang mereka kehendaki belaka dengan tidak mengacuhkan siapa saja. Sifat takbur mereka sudah demikian hebatnya, sehingga tidak dapat diempang empang lagi, sehingga masyarakat ketika itu kerananya menjadi kacau bilau, porak peranda, sehingga tak ada orang yang merasa aman lagi, selain orang orang yang kuat dan berkuasa saja. Sedang semua mereka tidak juga mahu menurutkan ajaran Nabi Hud itu.
       

Pada suatu hari terbentanglah di langit awan hitam yang panjang, melintang di tengah tengah langit. Hampir semua mereka ke luar rumah menoleh ke arah awan yang agak ganjil itu. Akhirnya mereka berkata: "Itulah awan panjang, menandakan sebentar lagi hujan akan turun untuk menyiram tanam tanaman kita, memberi minum kepada binatang-binatang ternak kita."
Tetapi Nabi Hud berkata kepada mereka: "Itu bukan awan rahmat, tetapi awan yang membawa angin kencang yang akan menewaskan kamu sekalian, angin yang penuh dengan azab seksa yang sepedih pedihnya."
Sejurus kemudian angin dahsyat berhembuslah, luar biasa hebatnya. Binatang ternakan mereka yang sedang berkeliaran di padang pasir, kecil besar turut terbang disapu bersih oleh angin entah ke mana perginya. Mulalah mereka takut dan berlompatan lari masuk ke dalam rumah mereka masing masing, yang merupakan gedung dan istana yang kuat kukuh itu. Mereka tutup segala pintu, untuk berlindung diri. Mereka pergunakan segala kekuatan tubuh mereka yang kuat dan besar itu untuk mempertahankan pintu dan rumah-rumah mereka itu agar jangan diterbangkan angin.
Tujuh malam dan delapan hari lamanya angin dahsyat itu bertiup sehebat hebatnya. Jangankan manusia dan binatang-binatang serta tumbuh tumbuhan, batu yang besar yang berupakan gunung itu pun lenyap menjadi angin, lebih lebih lagi patung yang mereka sembah selama ini. Demikianlah jadinya manusia kuat yang takbur itu.
Firman Allah: "Tidaklah Tuhan akan mencelakakan satu negeri dengan satu petaka, sedang penduduknya berbuat baik baik."
Heran, Nabi Hud dan pengikutnya tetap di rumah saja, dengan tidak merasakan sedikit juga akan bahaya angin ribut yang begitu dahsyat selama se minggu berturut turut itu. Akhirnya Nabi Hud pindah tempat karena negeri itu sudah menjadi padang jarak padang tekukur. Dia pindah ke Hadhramaut, di mana beliau hidup sampai wafatnya.


NABI NOH

PENCIPTA KAPAL PERTAMA
           
Kalau benarlah apa yang di katakan oleh Hisyam bin Muhammad bin as-Saib al-Kalby, bahawa Adam dan Hawa mula pertama diturunkan Allah ke permukaan bumi, di daerah pergunungan yang paling subur bernama Gunung Nut, India. Sedang menurut Ahmad Zaky, Gunung Nut itu nama aslinya adalah Gunung Rahun, dimana Adam pertama kali diturunkan. Di sanalah Adam dan Hawa hidup dan berketurunan. Di antara keturunan Adam dan Hawa ada yang hidup berpindah randah, tentu saja dengan tujuan mencari tempat yang lebih baik, udara yang lebih nyaman, atau penghasilan yang lebih mudah mendapatkannya. Dengan jalan begitu, manusia makin lama makin banyak jumlahnya, dan daerah yang mereka tempati semakin luas pula, berkembang ke Timur dan ke Barat, ke Utara atau ke Selatan. Beberapa abad kemudian, dunia ini menjadi ramai dan semakin ramai. Pada abad pertama sampai kelima menurut Said yang diambil dari perkataan Qatadah (Sahabat Rasulullah s.a.w.), mereka boleh dikatakan hidup dalam keadaan aman dan tenteram, dengan kepercayaan yang benar sesuai dengan ajaran Adam dan Hawa yang sangat giat menunjuki akan anak turunan-nya agar jangan sampai tersesat dan celaka, seperti apa yang sudah terjadi antara adik dan kakak yang bernama Qabil dan Habil.


Tetapi dalam abad-abad yang berikutnya, iaitu kira-kira pada turunan yang kelima atau keenam dari Adam dan Hawa, mulailah timbul kerosakan dalam kepercayaan mereka. Ajaran Adam dan Hawa nenek moyang mereka, sudah mereka lupakan. Lalu timbullah berbagai-bagai kerosakan, kekacauan atau perselisihan antara mereka. Diriwayatkan oleh Atiyah dari Ibnu Abbas r.a., bawah manusia di saat wafatnya Adam semuanya baik dan beriman, tetapi kemudian hampir seluruhnya menjadi seperti binatang binatang yang tidak mempunyai akal. Dan karena itulah Allah lalu mengutus Nabi-nabi dan Rasul-rasul, untuk membimbing mereka, dengan memberi khabar gembira dan ancaman. Nabi pertama yang diutus Allah, iaitu Nabi Idris a.s. kira-kira dalam abad keenam sesudah Adam. Tetapi Nabi Idris ini mereka dustakan, sampai Nabi Idris ini diangkatkan Allah ke Tempat Tinggi (wafat). Sepeninggalan Nabi Idris a.s., di antara manusia yang hidup kafir dan jahat seperti binatang itu, ada pula beberapa orang yang hidup secara baik, sehingga mereka dicintai oleh kaum kerabat dan orang orang yang ada di sekitar mereka. Di antara mereka itu ada lima orang yang amat masyhur, iaitu yang bernama: Wad, Suwaa, Yaghuth, Yauuq dan Nasr. Menurut Hisyam, kelima-lima orang yang baik ini mati serentak berturut turut dalam satu bulan, sehingga menyebabkan kegemparan yang amat sangat bagi keluarga dan orang-orang yang mencintai mereka itu.

Kemudian salah seorang dari kerabat yang sangat cinta mengusulkan kepada teman-teman dan kaum kerabat, agar bagi kelima orang baik yang telah meninggal dunia itu, dibuatkan gambar berupa patung yang menyerupai mereka, sekadar untuk kenang kenangan supaya melepaskan teragak atau rindu hati terhadap masing-masing mereka. Usul ini diterima orang banyak dengan gembira. Lalu di carilah orang-orang yang pandai menggambar dan mematungkannya. Mereka buatlah lima patung (berhala) yang pertama di dunia ini, yang masing-masingnya mereka beri nama dengan nama nama dari orang yang meninggal itu, iaitu Wad, Suwaa, Yaghuth, Yauuq dan Nasr. Begitulah, patung-patung itu sering mereka datangi untuk melihatnya, mereka hormati, kadang-kadang dengan upacara-upacara tertentu. Demikianlah terjadi pada abad pertama.       

Menurut at-Tabary, nama-nama tersebut sesudah ditaarifkan, iaitu dibahasa-Arabkan, iaitu sesudah dilbranikan dari bahasa aslinya. Pada abad kedua, cara membesarkan dan menghormati patung-patung itu makin ditingkatkan. Dalam pada itu timbullah berbagai bagai cerita dongeng tentang patung patung atau berhala berhala tersebut, cerita-cerita yang sangat mempengaruhi jiwa manusia yang mendengarkannya. Dalam abad ketiga, mulalah timbul dogma-dogma, mitos atau kepercayaan-kepercayaan yang bersifat mistik.
Mereka katakan, bahawa nenek-moyang kita sampai menghormati patung patung itu, karena dengan penghormatan itu patung-patung tersebut dapat mendatangkan manfaat dan syafaat bagi mereka. Lalu patung-patung itu mereka sembah, mereka puja-puja. Timbullah kepercayaan menyembah patung-patung, dan patung-patung itulah tuhan, kata mereka.
Berkata Ibnul Kalby dari Ibnu Salih, bahawa menurut Ibnu Abbas r.a. antara Adam dan Noh adalah 12 abad lamanya. Dan di abad kedua belas sesudah Adam ini, seluruh manusia sudah menyembah patung-patung tersebut. Kerananya Allah lalu mengutus Nabi Noh a.s. untuk memperbaiki keadaan mereka yang sudah rosak itu.


Menurut al-Quran, umur Nabi Noh ini 950 tahun. Nabi Noh diutus Allah menjadi Nabi dan Rasul ketika berumur 480 tahun, sampai wafatnya, iaitu dalam masa 500 tahun atau 5 abad lamanya. Nabi Noh a.s. dengan segiat-giatnya, tanpa mengenal lelah, siang dan malam, terus-menerus mencuba membelokkan kaumnya dari kekafiran menyembah patung-patung tersebut. Tetapi amatlah sulitnya, terlalu sedikit hasilnya. Dalam masa 5 abad itu, hanya berhasil mendapatkan pengikut 70 atau 80 orang saja, yang semuanya terdiri dari orang-orang yang lemah dan melarat saja.
Nabi Noh itu adalah seorang fasih berkata kata, tajam pemikiran atau akalnya, dapat menangkis kalau berdebat, bersifat sabar dan tenang. Sungguhpun begitu, setiap kali Nabi Noh membawa mereka kepada menyembah Allah, maka mereka menentangnya; setiap diperingatkan akan azab dan seksa Tuhan, mereka menutup anak telinga masing-masing; saban diberi khabar suka dengan Syurga Allah, bahkan mereka menyombong dan mengejek serta mencuba membantah seruan Nabi Noh.
Dengan sabar dan tak putus asa, Nabi Noh menghadapi mereka. Bukan sekali dua kali, bukan dalam waktu sebulan-dua bulan, atau setahun-dua tahun, tetapi dalam waktu berpuluh, bahkan beratus tahun. Hampir seluruh umur yang diberikan Allah kepada Nabi Noh yang lamanya 950 tahun itu, dipakaikan dengan segiat giatnya untuk membelokkan kekafiran kaumnya itu. Dengan kesabaran dan keterangan-keterangan yang terang dan jelas elas, dengan kepandaian berkata dan berbicara, dengan membawakan alasan-alasan yang lengkap. Langit dan bumi, siang dan malam, laut dan darat, dipergunakan Nabi Noh sebagai alasan dan bukti atas keagungan Allah atas kekuasaanNya, dan atas keesaan Allah.

Sedikit sekali mereka yang percaya kepada Noh dan mengiakan pelajarannya. Tidak sesuai dengan jumlahnya manusia, tidak cocok dengan kegiatan dan kebijaksanaan yang sudah diberikan Nabi Noh. Tidak lebih jumlah mereka yang menurut ini daripada 80 orang saja. Yang lain tetap engkar, tidak percaya, tetap mem-bantah dan membesarkan diri, mengejek dan lain-lain sebagainya.
Reaksi dari mereka yang engkar itu bukan semakin berkurang, malah bertambah hebat dan meningkat juga. Mereka berkata ke-pada Nabi Noh: Bukankah engkau manusia biasa seperti kami juga, buat apa kami mengikuti engkau. Kalau diutus kepada kami seorang Malaikat, barangkali dapat kami mengikutnya, mengiakan katanya. Bukankah orang-orang yang mengikuti engkau itu, orang-orang yang rendah dan bodoh belaka. Sedangkan kami ini orang orang yang mulia, berkedudukan dan pekerjaan yang tinggi-tinggi, tidak mengharapkan fikiran dan pertolongan orang lain, cukup kepandaian dan kepintaran Engkau sendiri, ya Noh, bukan lebih dari kami tentang harta, tentang akal dan fikiran, tentang pemandangan, bahkan engkau kami pandang orang yang dusta.


Semua itu dijawab oleh Nabi Noh dengan jawapan yang tegas tepat, dengan keterangan-keterangan yang dapat melemahkan dan mengalahkan hujah mereka: Dapatkan gerangan kamu memutar jalan matahari dengan kepandaianmu, atau mencapai bintang dengan tanganmu? Dapatkah kamu beroleh terang kalau tidak karena matahari yang diciptakan Allah. Dapatkah kamu hidup kalau tidak dengan udara yang dijadikan Allah?
Mereka menjawab lagi dengan sanggahan yang baru dan dibuat-buat: Kalau engkau benar-benar orang yang mencintai sesama manusia, cintailah orang-orang yang telah mengikutimu itu saja, sedang kami biarkanlah saja, karena kami tidak akan dapat mengikuti jejak mereka, kami tidak dapat menganut agama yang mereka anut yang engkau ajarkan itu, dimana disamakan sang raja raja dengan rakyat murba, orang-orang yang mulia dengan orang yang hina-dina, orang yang kaya dengan orang-orang yang miskin.
Nabi Noh menjawab: Bahawa agama ini buat kamu sekalian, dengan tidak mengecualikan yang pintar dan yang bodoh, yang jadi raja dan yang jadi budak, yang berkuasa dan dikuasai, yang kaya dan yang miskin.
Debat ini bertambah sengit juga. Noh menghadapinya dengan sabar dan tenang saja, tetapi mereka rupanya telah sempit dada, lalu berkata kepada Noh: Hai, Noh, engkau sudah debat kami, dan telah lebih dari cukup banyaknya, datangkanlah kepada kami (seksa) yang engkau katakan itu, kalau engkau orang yang benar.
       

Nabi Noh menambah lagi dengan sabar: Sungguh kamu orang-orang yang bodoh sekali, kamu minta seksaan Allah, bukan rahmat Allah yang kamu tuntut. Ketahuilah bahawa Allah kuasa atas tiap-tiap sesuatu. Kalau Allah menghendaki akan diseksanya kamu, dan kalau Allah suka datanglah seksaan itu selekas-lekasnya kepada kamu, dimana kamu pasti menyesal nanti.
Sehabis perdebatan itu, Nabi Noh selamanya bermunajat dan berdoa kepada Allah, mengemukakan perasaan hati dan bermohon ampun atas kelemahannya, minta petunjuk petunjuk yang baru, sambil mengeluh dan mengadu. Akhirnya Allah menurunkan wahyu kepada Noh: Tidak akan beriman kaummu itu selain orang-orang yang telah beriman itu, dan janganlah kamu berputus asa atas apa apa yang mereka perbuat. Sehabis berjuang dan berusaha, dengan kesabaran yang ada padanya, akhirnya Nabi Noh berdoa kepada Allah:
Ya Allah, janganlah dibiarkan tinggal di bumi ini orang-orang yang engkar seorang pun, sebab kalau engkau biarkan mereka tinggal, mereka akan menyesatkan hamba-hambaMu, dan mereka akan menurunkan turunan yang jahat dan engkar saja.


Doa Nabi Noh ini didengar oleh Allah, dan dikabulkanNya, lalu berfirman: Engkau perbuatlah kapal dengan pertolongan dan petunjuk-petunjuk Kami dan janganlah engkau pohonkan pertolongan kepadaKu tentang nasib orang-orang yang zalim itu, mereka semuanya akan tenggelam.
Nabi Noh mulai membina kapal dengan mempergunakan kayu dan paku, di suatu tempat dekat kota. Dan tiap orang yang lalu di tempat itu, selalu mengejek dan memperolok-olokkannya dengan berbagai bagai kata dan bicara, Ada yang berkata: Engkau selama ini, hai Noh, mendakwakan yang engkau Nabi dan Rasul; kenapa had ini kami lihat engkau menjadi tukang kayu? Apa engkau sudah bosan menjadi Nabi dan ingin menjadi tukang kayu?
Ada pula yang mengejek: Apa gunanya kapal yang engkau buat itu, sedang di sini tidak ada laut dan sungai? Apakah engkau akan tarik dengan lembu kapal itu atau akan engkau terbangkan di udara?
Di bawah serangan ejekan itu Nabi Noh terus bekerja dan hanya berkata: Bila kamu tetap mengejek kami, kami akan mengejek kamu pula nanti sebagai kamu mengejek kami ini, dan akan kamu ketahui sendiri nasibnya orang-orang yang kena seksa itu, sedang seksaan itu akan terjadi.
Noh dan pengikutnya terus bekerja, sehingga sempurnalah pembikinan kapal itu. Hanya sekarang menunggu bagaimana perintah Allah selanjutnya. Dalam pada itu Tuhan telah mewajibkan kepada Noh, agar bila seksa itu telah datang, Noh dan pengikut-pengikutnya segera naik ke kapal itu, dengan membawa semua orang yang beriman dan binatang ternaknya yang berpasang-pasangan.


Terbukalah pintu-pintu langit, sehingga dari langit itu tercurah air sebesar-besarnya jatuh ke bumi, sedang dari bumi terpancar sumber-sumber air yang besar-besar, sehingga dalam sebentar waktu permukaan bumi digenangi air banjir yang luar-biasa hebatnya, menggenangi tanah yang tinggi dan yang rendah. Air banjir semakin naik juga sehingga telah mencapai rumah-rumah dan bukit-bukit, sedang Nabi Noh dan pengikut-pengikut-nya sewaktu itu telah berada di atas kapal yang mereka perbuat selama ini.
Dengan kegemparan yang luar biasa, manusia manusia engkar itupun berlompatan ke sana-sini tidak keruan tujunya sebagai se gerombolan keldai dikejuti singa, berteriak melolong lolong, menghindarkan diri masing-masing dari bahaya maut, Ada yang naik ke atas atap rumah rumah tetapi tercapai juga oleh air banjir, ada yang naik memanjat batang kayu yang tinggi, tetapi akhirnya tenggelam juga, ada pula yang berenang menuju ke bukit yang tinggi-tinggi yang menurut kiranya tidak akan tercapai oleh banjir yang bagaimana hebatnya.
Ketika Nabi Noh berdiri di tempat yang tertinggi di atas kapalnya, mata Nabi Noh terpandang kepada seorang anaknya yang bernama Kanan, anak yang engkar yang tidak tunduk kepadanya sedang berjuang dengan maut menggabai-gabai mencari tempat yang tinggi. Cinta kepada anak memaksa Noh memanggil anaknya yang malang itu, panggilan yang penghabisan: Hai, anakku! Mari bersama kami, janganlah engkau bersama orang-orang yang kafir itu ! Seruan yang penghabisan di saat yang genting begitu rupa itupun tidak dapat diterima oleh otak dan perasaan anak yang derhaka itu, karena ia masih percaya akan dapat menghindarkan dirinya dari seksaan yang nyata itu dengan kekuatan dan fikiran yang ada padanya. Seruan bapaknya itu dijawab dengan sombong pula: Saya akan mencapai puncak gunung yang tinggi itu, sehingga saya akan terlepas dari banjir ini.
Noh berkata lagi kepadanya, ya karena cinta kepada anak sendiri: Hari ini tidak ada yang dapat melindungi dari seksa, selain Tuhan Yang Maha Pengasih. Anak itupun lenyap ditelan ombak yang sedang bergulung gulung, tinggallah Nabi Noh melihat dengan sedih dan berkata: Ya Allah, bukankah anakku itu termasuk keluarga saya sendiri?


Allah menurunkan ilham kepada Noh, bahawa anak itu bukan ahlimu lagi dan tidaklah termasuk menjadi keluargamu siapa saja yang kafir dan derhaka: Kami hanya berhak menolong orang orang yang iman saja. Allah ilhamkan pula kepada Noh, agar Nabi Noh jangan minta minta lagi kepada Tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya dengan berfirman: Aku ajari engkau (ya Noh) tentang apa yang engkau masih jahil.
Nabi Noh insaf akan ajaran yang di terimanya dari Allah lalu menengadahkan kedua telapak tangannya bersyukur kepada Allah yang telah memelihara kaumnya yang beriman terlepas dari seksa, lalu Nabi Noh bermohon ampun atas segala dosa dan kesalahannya:
Aku berlindung diri kepadaMu, ya Tuhanku, atas apa-apa yang sudah saya mohon yang saya sendiri tidak tahu betul, dan kalau Engkau tidak beri ampun atas saya, sungguh saya akan tergolong orang orang yang merugi.


Banjir dahsyat dan gelombangnya yang bergulung itu telah dapat menelan semua manusia yang engkar. Langit mulai tertutup dan berhenti mencurahkan air, sedang bumi telah menghisap semua air yang ada di atas datarannya. Kapal Nabi Noh terhenti di atas puncak Gunung Judy yang sampai sekarang orang-orang pintar sedang mencari bekas bekasnya. Nuh dan pengikutnya kembali ke kampung-halamannya menghirup udara baru yang penuh dengan berkat dan pertolongan Allah.

KETURUNAN PERTAMA MANUSIA

Dalam kehidupan bersuami isteri, Hawa mulailah hamil. Tidak lama kemudian lahirlah ke permukaan bumi ini turunan Adam dan Hawa yang pertama. Anak yang pertama ini lelaki seperti Adam. Anak itu diberi nama Qabil.
Alangkah bahagianya Adam dan Hawa setelah dari pergaulannya berdua itu, lahir seorang manusia baru, anaknya yang pertama itu, menambah anggota masyarakat yang hanya terdiri dari dua orang menjadi tiga orang. Hawa mulai sibuk menjaga dan mengasuh anaknya, tidak dapat lagi keluar membantu Adam bercucuk tanam dan mengembala ternakan. Adam terpaksa keluar seorang diri dan bekerja. Setiap petang kalau dia sudah lelah, dia pulang kembali ke gua tempat kediamannya untuk istirahat, menemui isteri dan anaknya. Makanan yang didapatinya dibawanya pulang dan dimakannya bersama sama dengan isteri dan anaknya.


Dengan begitu, kegembiraan hidup Adam dan Hawa diatas bumi tampaknya semakin hari semakin bertambah. Kegembiraan yang bertambah itu telah dapat menghilangkan kelelahan bekerja dan ketakutannya terhadap binatang binatang buas.
Setelah berlalu pula kira kira setahun lamanya, kembali Hawa menjadi hamil. Tidak lama kemudian, lahirlah anaknya yang kedua, seorang wanita. Dan anak perempuan ini dinamai Adik Qabil. Dengan kelahiran yang kedua ini, Adam dan Hawa semakin gembira hidupnya dan semakin rajin dan tekun bekerja mencari penghidupan.
Begitulah dari tahun ke tahun, keluarga Adam selalu bertambah tambah dengan anak yang ketiga, seorang lelaki dinamai Habil, anak keempat seorang perempuan, dinamai Adik Habil, kelima, keenam dan seterusnya. Adam terpaksa bekerja lebih keras untuk mendapatkan makanan lebih banyak kerana bilangan keluarganya semakin besar.


Adam dan Hawa menjadi semakin tua, sedang anak anaknya pun semakin besar dan meningkat dewasa. Qabil dan Habil sekarang sudah meningkat jadi muda remaja. Akal dan fikirannya mulai timbul. Timbul perasaan wajib menolong ibu bapanya, bekerja bertani dan menggembala, menghasilkan makanan dan minuman bagi keluarganya yang semakin besar, turut berjuang menjaga adik adiknya dari bahaya singa dan harimau, dan binatang-binatang buas lainnya.
Mulai tampak perbedaan alam wanita dengan lelaki. Anak anaknya yang lelaki kebanyakan suka bekerja di luar rumah, bertani, berburu dan memelihara binatang binatang ternak. Sedang anak anaknya yang wanita suka bekerja di rumah, memasak makanan dan minuman serta menjaga adik adik dan mengurus keperluan keperluan rumahtangga.


Sekalipun Qabil dan Habil dua bersaudara, sebapa dan seibu, dan sama lelaki, sama sama dibawah asuhan seorang ibu dan seorang bapa, tinggal didalam dan iklim yang sama, tempat yang sama pula, namun kudrat Ilahi dan kehendak Allahlah yang lebih menentukan segala sesuatu didalam alam yang luas ini. Keadaan rohani dan jasmani dari Qabil dan Habil tidaklah sama, berbeza satu dengan yang lain. Ada perbezaan besar. Qabil sekalipun lebih tua, tetapi badannya lebih kecil dan lemah. Habil sekalipun lebih muda, tetapi badannya lebih besar dan lebih kuat. Qabil sekalipun lebih tua dan berbadan lemah, tetapi tabiatnya amat kasar. Sedang Habil yang berbadan kuat dan besar, tetapi tabiatnya sangat baik dan perasaan yang sangat halus, lagi berbudi pekerti tinggi.
Adam bermaksud akan membagi-bagikan perkerjaan kepada dua orang anaknya yang meningkat remaja itu. Qabil dengan tabiatnya yang kasar itu diserahi oleh Adam untuk bertani, mengolah tanah, menyangkul dan menebas hutan belukar, kerana tanah dan hutan belukar adalah barang mati yang tidak memerlukan perasaan halus dan cinta kasih.


Ada pun Habil kerana perasaannya yang halus dan perasaan kasih sayangnya, diserahi oleh Adam untuk memelihara binatang ternak, iaitu kambing dan lembu yang dapat merasakan haus dan lapar, sakit dan senang, sebab itu perlu disayang, dicintai, harus diurus oleh manusia yang mempunyai perasaan halus dan rasa kasih sayang.
Baru saja matahari terbit di waktu pagi, maka keluarlah Adam, Qabil dan Habil dari gua tempat kediaman mereka untuk bekerja. Qabil terus menuju ke hutan menebas belukar, ke ladang menyangkul, menaburkan benih atau menuai, bila tanam tanamannya sudah masak untuk dituai.
Sedang Habil menuju ke padang rumput untuk memelihara dan menggembalakan ternaknya. Adam kadang kadang pergi berburu, mencari ikan atau burung, untuk dimakan dagingnya sebagai lauk pauk. Atau pergi mencari air untuk di minum dan memandikan anak anak dan isterinya. Kalau matahari sudah hampir tenggelam, siang akan berganti dengan malam, mereka kembalilah ke gua tempat kediaman mereka. Qabil membawa buah buahan dan sayuran, Habil membawa susu, sedang Adam membawa burung-burung dan ikan hasil buruannya. Sesudah semua buah tangan itu dimasak oleh Hawa, mereka makanlah bersama sama dengan enaknya.


Diwaktu dan sesudah makan bersama ini, timbullah fikiran pada Adam untuk mengajar anak anaknya bersyukur kepada Allah yang telah memberi mereka rezeki sebanyak itu.
Lihatlah kata Adam kepada anak-anaknya: "Kita ini tidak akan ada kalau tidak diciptakan oleh Allah. Allahlah yang menciptakan diri kita masing-masing. Diciptakan Allah pula bumi yang lebar dan luas ini untuk tempat tinggal kita. Lihatlah, alangkah luas dan lebarnya bumi Allah yang kita tempati ini. Di sinari oleh matahari di waktu siang dan oleh bulan dan bintang-bintang, diwaktu malam. Ditumbuhkan Allah segala macam tumbuh-tumbuhan, dikembangkan Allah segala macam binatang binatang untuk menjadi rezeki kita. Marilah kita menyembah kepada Allah dan mensyukuri segala nikmat dan rahmatNya kepada kita."
Untuk menguji tentang keimanan dan kesyukuran kedua orang anaknya yang sudah remaja itu, Adam menyuruh kedua orang anaknya yang bernama Qabil dan Habil itu untuk pergi ke puncak sebuah gunung. Kedua dua orang anaknya itu disuruh oleh Adam membawa sebahagian dari penghasilan masing masing, dan meletakkan penghasilannya di puncak gunung itu, agar dapat dimakan oleh makhluk Allah yang mana saja membutuhkannya, iaitu makhluk makhluk Allah yang tidak pandai bercucuk tanam dan memelihara binatang ternak. Pekerjaan ini dinamai Adam berkorban, berzakat dan beribadat.


Pekerjaan berkorban, berzakat dan beribadat ini amat cocok dan sesuai dengan perasaan Habil, kerana dengan perasaannya yang halus dan fikirannya yang dalam, dia dapat merasakan kebesaran Allah yang banyak nikmat pemberianNya. Apalagi pengorbanan tersebut, akan dapat pula menolong beberapa macam binatang-binatang yang dalam kehausan atau kelaparan.
Adapun Qabil dalam hatinya sangat menentang pekerjaan itu. Mengorbankan sebahagian dari hasil kerjanya yang diperdapatnya dengan penat lelah, untuk dijadikan zakat atau ibadat terhadap Allah, dianggapnya satu pekerjaan yang tidak berguna, atau pekerjaan orang bodoh dan merugikan. Alangkah susahnya mencari rezeki, katanya, kenapa rezeki itu dilemparkan ke puncak gunung untuk dimakan binatang binatang yang tidak ada gunanya. Iblis yang dilontarkan Allah ke bumi, rupanya sudah mulai menjalankan peranannya, untuk memesongkan hati manusia dari amal dan perbuatan yang baik. Habil rupanya tak mampu digoda dan diperdayakannya. Tetapi Qabil merupakan tanah yang subur bagi Iblis untuk menjalankan tipu dayanya.
Iblis sudah dapat memasuki salah satu kelemahan dari unsur manusia dengan saluran kecintaan manusia kepada harta benda. Harta dan kekayaan adalah satu alat buat Iblis untuk memperdayakan manusia. Untuk berkorban ini, Habil memilih kambingnya yang terbaik dan tergemuk. Sesudah disembelihnya, lalu ditaruhkannya dipuncak gunung, sebagai korban dan tanda terimakasihnya terhadap Allah yang telah memberikan rezeki.


Qabil sekalipun dengan perasaan enggan dan terpaksa, juga melakukan ibadat korban itu. Tetapi untuk korban ini dia memilih buah-buahan yang tidak baik, yang sudah setengah busuk, kerana hatinya memang tidak baik dan busuk pula.
Baik Habil atau Qabil lalu meletakkan korban masing-masing dipuncak gunung, dengan harapan korban itu akan diterima oleh Allah dengan penerimaan yang baik. Pada hari berikutnya, pergilah kedua bersaudara itu diiringkan oleh bapaknya Adam, untuk melihat, apakah korban korban itu sudah diterima oleh Allah atau tidak.
Ternyata bahawa korban Habil sudah tidak ada lagi, bererti sudah diterima oleh Allah dengan baik. Tetapi korban Qabil yang terdiri atas buah-buahan yang tidak elok dan busuk itu, masih saja ada disitu bahkan sudah menjadi lebih busuk. Itu bererti bahwa korban Qabil tidak diterima oleh Allah.


Bukan main girangnya Habil melihat yang korbannya diterima dengan baik oleh Allah. Dia lalu bersyukur dan berterimakasih. Qabil menjadi marah dan irihati, kerana korbannya tidak diterima oleh Allah. Dengan marah dia berkata kepada bapanya: "Korban si Habil diterima oleh Allah, kerana bapa mendoakan baginya. Korban saya tidak diterima oleh Allah, kerana bapak tidak suka mendoakan bagi saya."
Adam lalu menjawab: "Habil mengorbankan barang barang yang baik, kerana hatinya baik. Korbannya diterima oleh Allah, kerana Allah suka kepada barang-barang yang baik. Sedang engkau mengorbankan buah buahan yang tidak baik dan busuk. Itu menunjukkan yang hatimu busuk. Korbanmu tidak diterima oleh Allah, kerana Allah tidak suka kepada barang-barang yang busuk dan tidak baik."
Qabil menjadi marah dan irihati kerana korbannya tidak diterima oleh Allah. Dengan marah dia berkata kepada adiknya Habil, sekalipun Habil tidak bersalah apa apa terhadap dirinya. Tetapi begitulah caranya Iblis menggoda manusia tanpa alasan yang tepat pun. Iblis dapat menggoda manusia manusia yang lemah jiwa dan batinnya, lemah imannya untuk membenci saudaranya sendiri yang tak bersalah apa apa. Sesungguhnya tipu muslihat Iblis itu halus dan licin sekali.


Qabil pulang ke rumahnya dengan hati yang marah dan menggerutu. Kepalanya digeleng gelengkan tanda marah yang bersangatan. Marah kepada saudaranya Habil yang baik dan tidak bersalah apa apa terhadap dirinya. Bukan marah terhadap dirinya sendiri yang tidak baik dan busuk itu.
Ya, begitu halusnya godaan Setan dan Iblis terhadap manusia, untuk mengeruhkan pergaulan sesama manusia dalam kehidupan di permukaan bumi ini. Setelah masing masing anak Adam itu meningkat dewasa, maka anak anak lelaki mulai merasakan keperluan terhadap isteri, sedang anak anak perempuan merasakan keperluan terhadap suami, kerana memang demikianlah sunnah yang ditetapkan Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk berjiwa lainnya.
Sekalipun masyarakat manusia di masa hidupnya Adam itu baru terdiri atas beberapa orang lelaki dan beberapa orang wanita saja, namun begitu untuk memenuhi hasrat bersuami isteri ini agar berjalan dengan teratur, maka Allah menetapkan beberapa aturan (syari'at) yang harus dijalankan oleh masing masing manusia yang menjadi anggota masyarakat yang kecil itu.


Ditetapkan Allah syari'at (aturan) bagi anak anak Adam dan Hawa yang sudah dewasa itu, iaitu aturan yang sangat sederhana sekali. Qabil anak pertama, boleh kawin dengan Adik Habil anak keempat, sedang Habil anak ketiga boleh kawin dengan Adik Qabil anak kedua. Jadi masing masing Qabil dan Habil tidak boleh kawin dengan adiknya sendiri. Syari'at itu diwahyukan Allah kepada Adam. Adam menyampaikan wahyu ini kepada isteri dan anak anaknya yang sudah berhasrat kawin itu. Syari' at ini diterima dengan segala ketaatan dan kepatuhan oleh Adam, Hawa dan anak anaknya.
Hanya Qabil yang tidak mahu tunduk terhadap syari'at yang ditetapkan Allah ini. Iblis mendapat peluang yang baik sekali dengan perantaraan perasaan berahi antara lelaki dan wanita, dengan perantaraan nafsu dan keinginan keinginan hidup manusia. Kepada Qabil dibisikkan oleh Iblis bahwa Adik Qabil lebih cantik dari Adik Habil.


Kata Iblis kepada Qabil: "Jangan kamu tunduk kepada penetapan bapamu yang tidak adil itu. Adikmu sendiri jauh lebih cantik dari Adik Habil. Kenapa bapa menyuruh kamu kawin dengan Adik Habil yang tak cantik, sedang adikmu yang cantik itu disuruh berikan kepada Habil untuk menjadi isterinya?"
Dengan pujukan Iblis ini, mulailah ketara nafsu yang tidak mahu menurut putusan dengan segala macam alasannya. Kecantikan seorang wanita telah dapat dipergunakan oleh Iblis untuk menimbulkan perselisihan antara dua orang lelaki yang bersaudara kandung itu. Ini bukan hanya terjadi ke atas diri anak anak Adam dan Hawa dahulu kala, tetapi masih terjadi pada anak cucu Adam dan Hawa yang hidup diabad ini, atau zaman moden sekarang ini.
Adam dan Hawa sebagai bapa dan ibu mulai pening memikirkan bagaimana caranya agar dia dapat memenuhi keinginan anak anaknya dengan tidak melanggar syari'at yang sudah ditetapkan Allah, agar tetap hidup dalam keadaan aman tenteram dan selamat dimuka bumi ini.
Bila syari'at Allah dijalankan akan terjadi perselisihan antara anak anaknya. Bila keinginan anaknya yang diteruskan akan terjadi keengkaran terhadap syari'at yang ditetapkan Allah. Satu kesempatan yang amat baik sekali bagi Iblis untuk menjalankan tipudaya dan siasatnya. Perselisihan antara manusia sesama manusia adalah jalan yang amat lurus bagi Iblis untuk sampai pada tujuannya.


Kesempatan baik ini, tidak disia-siakan Iblis. Iblis segera datang berbisik ke telinga Qabil: "Hai, Qabil! Janganlah lekas putusasa. Ada satu cara yang amat mudah untuk mengatasi jalan buntu antara engkau dan adikmu Habil, untuk menyampaikan hasrat hatimu kawin dengan adikmu yang cantik itu. Jalan satu-satunya ialah supaya kamu bunuh saja adikmu yang bernama Habil itu."
Mula mula Qabil agak ragu ragu terhadap cara penyelesaian yang dianjurkan Iblis itu. Iaitu dengan cara membunuh Habil, adik kandungnya sendiri, saudara yang seibu dan sebapa dengan dia, selapik seketiduran, kadang-kadang sebantal sekalang hulu.
Beberapa hari lamanya Qabil termenungmenung tidak keruan hidupnya. Berdiri bermenung, duduk bermenung, tidur tak berasa puas, makan tak berasa enak. Duduk termenung dan melamun adalah merupakan tanah yang amat subur pula bagi Iblis untuk menanam siasat dan tipu dayanya terhadap manusia. Orang yang duduk bermenung bererti fikirannya menjurus ke satu jurusan saja. Dia lupa akan jurusan jurusan lain dalam hidupnya. Apalagi kalau yang dimenungkan itu hal yang tak baik. Dia akan lupa akan kemaslahatan dirinya. Apa lagi kemaslahatan ibu bapa dan keluarganya. Dia akan lupa akibat akibat yang akan timbul dari perbuatannya itu. Di saat yang amat kritikal dalam menungannya itu, Iblis datang langsung menemui Qabil dengan anjuran yang lebih tegas:
"Bunuh saja, hentam saja, jangan fikir panjang lagi !"


Melihat keadaan dan tabi'at Qabil yang luarbiasa itu, Adam, Hawa, Habil seluruh anggota anggota keluarganya menjadi gelisah. Masing-masing mereka mencoba memberi nasihat kepada Qabil. Berkata Adam kepada Qabil: "Jangan engkau perturutkan ajakan Setan dan Iblis. Tunduklah kepada syari'at yang ditetapkan Allah yang telah disetujui oleh ibu bapamu sendiri." Habil dengan hati yang lapang dan pandangan yang luas mencuba menasihati abangnya yang sudah lupa daratan itu: "Lebih baik engkau mencari jalan yang hak, hai saudaraku, menempuh jalan yang membawa selamat, menjauhkan diri dari jalan yang membawa celaka dan kesengsaraan yang berlarut larut."
"Ketahuilah, saudaraku," katanya lagi, "bahawa apa yang terjadi ini adalah syari'at dan takdir yang sudah ditentukan Allah. Ibu dan bapak, begitupun saya sendiri hanya semata-mata menjalankan perintah dan syari'at Allah itu. Kita sekalian diciptakan Allah hidup di permukaan bumi ini, adalah semata mata untuk dapat menjalankan syari'at dan untuk mengabdikan diri kita kepada Allah yang menciptakan kita itu. Sungguh engkau akan berdosa bila keluar dari jalan yang hak sudah ditentukan Allah. Maka lebih baik engkau minta ampun atas dosamu itu, sebagaimana saya selalu minta ampun dan menyerahkan nasib dan untungku seluruhnya kepada Allah yang menciptakan seluruh alam ini."


Nasihat yang bagaimana juga baik dan benarnya, rupanya tidak berbekas pada jiwa yang penuh nafsu yang sedang bergejolak membakar. Qabil malah menjadi semakin galak garang. Dia segera mendekati adiknya Habil yang masih memberi nasihat dan berkata: "Engkau jangan banyak bicara. Engkau pasti saya bunuh."
Dengan hairan dan sabar, Habil menjawab: "Kenapa kau hendak bunuh aku?" "Kerana bapa dan Allah lebih suka kepada engkau," jawab Qabil. "Dengan membunuh saya, keadaan tidak akan berubah, malah bapak dan Tuhan akan semakin marah terhadap engkau," jawab Habil. "Tak peduli, engkau pasti aku bunuh, agar senang hatiku," kata Qabil dengan garangnya. Sekalipun Habil jauh lebih kuat badannya dari Qabil, kerana budinya yang tinggi, dia tetap bersabar diri dan berkata: "Sekali pun engkau telah mengacungkan tangan untuk membunuhku, saya tetap tidak akan menggerakkan tangan untuk membunuhmu. Saya takut kepada Tuhan Semesta Alam."
Habil terus berjalan menuju tempat kediamannya, Qabil mengikutinya dari belakang dengan hati mengkal. Setibanya di gua, masih saja dia mengkal dan marah. Dicobanya menidurkan mata, tidak mahu tidur. Semalam malaman itu dia tak sepicing juga dapat tidur. Dadanya berasa mengah.
Disaat itu datang lagi Iblis meniup-niup hatinya yang sudah panas itu dengan berkata: "Bunuh Habil, bunuh Habil, bunuh Habil !"


Diwaktu pagi sebagai biasa, Habil bangun dari tidurnya. Dengan perasaan lega dia menuju ke padang rumput menggembalakan ternaknya. Qabil yang sedang diperkuda oleh Iblis dengan sembunyi sembunyi mengikutinya dari belakang. Maksudnya untuk membunuh Habil yang tidak ragu ragu lagi, malah bertambah menyala nyala. Dikala matahari, bulan, bintang bintang beredar diangkasaraya menjalankan perintah Tuhannya, dikala burung burung berkicau bersiul berterbangan ke sana ke mari menjalankan tugasnya masing masing sambil bertasbih mensucikan Tuhan Yang Maha Suci, Qabil dengan mencapai dahan kayu yang amat keras dan berat memukul kepala Habil dari belakang sekuat hatinya.
Darah bertumpah dan mengalir membasahi permukaan bumi buat pertama kali. Habil menjerit kesakitan, badannya terhempas ke bumi dan bergeletar. Terjadilah apa yang disangsikan para Malaikat terhadap manusia, ketika Malaikat diberitahu Allah bahwa manusia akan diciptakan Allah untuk menjadi Khalifah (pengatur) diatas bumi. Malaikat sangsi bahwa manusia akan berbuat binasa di bumi dan akan menumpahkan darah. Kesangsian itu kini untuk pertama kalinya sudah terjadi, mungkin akan disusul pula dengan kejadian-kejadian kedua, ketiga, keempat dan sampai entah ke berapa kali lagi; bahkan pembunuhan itu bukan hanya dilakukan oleh seorang manusia terhadap seorang manusia saja, tetapi akan terjadi pembunuhan pembunuhan besar, beribu-ribu manusia dengan alat alat pembunuhnya yang terkejam dan termoden akan membunuh beribu ribu manusia lainnya, manusia yang bersalah dan tidak bersalah, wanita atau anak anak di bawah umur sekalipun.


Setelah melihat darah mengalir membasahi bumi, serta mendengar jeritan Habil yang memilu dan menyayat perasaan itu, maka Iblis yang memperkudanya itu tersenyum simpul, lalu pergi meninggalkan mangsanya, sebagai seorang yang menang, kerana helah dan tipudayanya sudah berhasil. Makin yakin ia akan kelebihan dirinya dan akan kelemahan atau kekurangan Bani Adam (manusia).

Sepeninggalan Iblis itu, Qabil mulai sedar akan kebodohan dirinya. Perasaan menyesal atas perbuatan yang baru dilakukannya mulai tumbuh, muncul dengan perlahan dari lubuk hatinya. Teringatlah ia, bahawa adiknya (Habil) adalah seorang baik dan tidak bersalah apa apa. Mulailah dia merasakan bahawa perbuatannya itu amat kejam. Mulai timbul kesedaran, bahawa dia bersalah besar. Tidak ada keuntungan yang diperolehinya dari pembunuhan ini. Dan tidak mungkin pembunuhan ini akan membawa kesenangan hatinya. Malah sebaliknya, hatinya bertambah gundah, dia merasa rugi, kosong dari perasaan aman dan tenteram. Apalagi setelah dilihat dengan mata kepalanya sendiri keadaan adiknya Habil yang bergeletar ditanah menghadapi sakaratul maut. Suara rintihannya semakin halus, akhirnya hilang lenyap. Sebaliknya seluruh anggota badannya semakin hebat menghempas ke kiri dan ke kanan menandakan rasa sakit yang tak terhingga. Nafasnya sesak, seakan akan jantung dan paru parunya sudah tidak kuasa lagi menghirup udara atau hawa. Akhirnya seluruh gerakgerinya berhenti, sekujur badannya menjadi lemah longlai, dan dia lalu menghembuskan nafas yang terakhir.


"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'uun." Ya, semua manusia akan mati. Bahkan semua makhluk berjiwa akan mengalami mati. Kerana begitulah sunnah Ilahi yang menciptakan seluruh makhluk berjiwa ini. Kerana Allah sudah menetapkan dari azal, bahawa kehidupan didunia ini hanya buat sementara saja, hanya sebagai singgah dalam perjalanan ke arah penghidupan yang kekal dan abadi di akhirat. Diakhirat nanti akan diperhitungkan satu persatu amal dan kerja setiap manusia selama hidupnya di dunia ini. Setiap amal, buruk dan baik, kecil dan besar tidak ada yang tertinggal dan tidak kena perhitungan itu. Semua akan mendapat balasan yang setimpal. Perbuatan baik balasannya baik.
Perbuatan jelek atau jahat pembalasannya jahat pula. Orang yang hidupnya teraniaya di permukaan bumi ini janganlah terlalu bersedih hati. Bersabarlah, Tuhan sanggup membalikkan penganiayaan itu ke alamat asalnya. Dan orang yang menganiaya, jangan terlalu bergembira dalam hidup, pasti akan merasakan sakit dan pedihnya penganiayaan yang dia lakukan itu !


Angin sepoi mulai berhembus dan bertiup. Semua daun daun kayu bergerak dan berdesir. Hembusan angin sepoi itu seakan akan menjamah sekujur tubuh Habil yang sudah tak bernafas lagi itu sebagai hiburan dan tanda turut berdukacita. Sedangkan desiran daun daun seakan akan bertasbih meratapi dan meucapkan selamat jalan kepada jenazah Habil yang sedang pulang kembali ke Rahmatullah.
Adapun Qabil mendengar desiran daun dihembus angin sebagai bisikan yang mengecam dan mengutuknya: "Qabil, engkau pembunuh, engkau pembunuh, engkau kejam, engkau kejam, bodoh, engkau bodoh."
Burung burung dan binatang binatang buas dengan berbagai bunyi, seakan akan berkata kepadanya menyesali perbuatannya itu: "Engkau pembunuh, engkau kejam."
Qabil mulai mengerang panjang. Dia mulai merasa takut. Badannya berasa berat dan kakinya berasa lemah. Tiba tiba dia tersungkur jatuh disamping jenazah adiknya Habil. Dia memanggil manggil: "Habil! Habil! Habil !"
Habil tidak menjawab, kerana dia sudah menghembuskan nafas yang terakhir, telah bercerai jiwa dengan raganya. Tinggallah Qabil termangu mangu disamping jenazah adiknya. Tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Apakah jenazah adiknya itu akan ditinggalkannya begitu saja sehingga biar dimakan serigala dan burung burung?


Tak sampai hati dia meninggalkannya begitu saja. Akhirnya jenazah itu dipikul ke bahunya dan dibawanya. Tetapi dia tidak tahu ke mana jenazah itu akan dibawanya dan akan diapakan jenazah itu. Dia terus berjalan dan berjalan. Akhirnya dia menjadi letih, lalu berhenti melepaskan lelah. Hatinya sedih dan mulai berkhayal agar adiknya hidup kembali. Sesalnya bertambah tambah, sehingga dia menjadi tak keruan dan gelisah. Mulai dia marah kepada dirinya sendiri.
Setelah letihnya agak berkurang kembali jenazah adiknya itu dipikulnya ke bahunya. Dia berjalan tidak bertujuan. Setelah penat, dia berhenti pula melepaskan lelah. Begitulah berulang ulang sampai letih dan lesu, dibawah terik panas matahari.
Tiba tiba dia melihat dua ekor burung gagak berkejar kejaran. Kedua burung gagak itu sama menyiruk ke bawah, hinggap ditanah. Keduanya berkelahi sehebat hebatnya, tikam menikam, pukul memukul dengan paruhnya masing-masing. Salah satu di antara kedua burung itu kena pukul yang keras sekali, sehingga patah lehernya. Burung yang kena pukul itu bergeletar ditanah menghempaskan diri. Tak lama kemudian burung itu mati.


Setelah mengetahui bahawa burung yang kena itu sudah mati, lalu burung yang masih hidup menggali lubang ditanah dengan menggunakan kaki dan paruhnya. Setelah lubang itu menjadi besar dan dalam, gagak yang hidup menarik gagak yang mati dengan paruhnya ke dalam lubang. Lubang itu lalu ditutupnya kembali dengan tanah. Gagak yang masih hidup lalu terbang meninggalkan tempat itu
Melihat itu, Qabil takjub hairan sekali dan berkata kepada dirinya sendiri: "Rupanya aku ini jauh lebih bodoh dari gagak yang hitam itu." Dia lalu meniru gagak itu. Lubang digali, lalu jenazah adiknya dimasukkan dalam lubang itu, dikuburkan dan ditimbunnya dengan tanah.
Setelah agak lama Habil dan Qabil tidak pulang, Adam dan Hawa mulai khuatir dan cemas. Adam lalu berangkat mencari kedua orang anaknya itu.
Alangkah terperanjatnya Adam melihat darah tertumpah ditanah membasahi bumi. Dadanya bergoncang, hatinya berdebar, Adam berteriak sekeras kerasnya kepada Qabil: "Qabil, apa yang engkau lakukan terhadap saudaramu?"
Bergetar tubuh Qabil mendengar teriakan bapanya yang luarbiasa itu. Alam seluruhnya dirasakan turut bergetar dan berteriak kepadanya: "Hai, Qabil ! Apa yang engkau lakukan terhadap adikmu sendiri?"
Qabil terus lari dan lari, dicelah gunung yang tinggi, melintasi jurang jurang yang dalam. Dengan hati yang penuh ketakutan, badan gemetar dan jiwa gelisah. Bukit, gunung, jurang, pohon dan binatang apa saja yang ia jumpai, seakan akan turut mengejar dari belakang dan benteriak teriak kepadanya: "Pembunuh, pembunuh, pembunuh."


Qabil lari dan lari tenus, tak dapat merasa ketenangan dan kesenangan buat selama lamanya. Dunia ini baginya sejak waktu itu adalah tempat pelarian dan ketakutan, kerana dia sendiri yang membuat dirinya diselubungi ketakutan, sehingga menyangka musuh terhadap apa saja yang ia jumpai dan temui. Begitu susahnya didunia ini, belum lagi dia di akhirat nanti.... !
Adam dan Hawa kehilangan dua orang anak sekaligus. Seorang meninggal dunia dan seorang lagi hilang tak tentu ke mana perginya. Terhadap yang sudah meninggal, Adam dan Hawa mendoakan kepada Allah: "Ya Allah, ampunilah dia; turunkanlah rahmatMu kepadanya di Alam Banzakh, dan berilah ia tempat di Syurga di Alam Akhirat nanti."
Terhadap anaknya yang hilang, Adam dan Hawa tak benputusasa, mudah mudahan dia dapat kembali dengan kesedaran dan keinsafan, dapat menginsafi segala kesalahan dan dosa yang telah diperbuatnya, akhirnya dapatlah ia menjadi manusia yang berguna hidupnya didunia ini bagi ibubapa dan adik adiknya. Terhadap anak anaknya yang lain, Adam memperingatkan bahawa kita manusia hidup dipermukaan bumi ini bukan sendirian. Disamping kita manusia ada Setan dan Iblis yang menjadi musuh kita sampai ke anak cucu dan keturunan kita buat selama lamanya.


Adam dan Hawa menerangkan kepada anak anaknya pengalaman hidupnya berdua selama berada di dalam Syurga, bagaimana hebat dan halusnya godaan Iblis. Sekalipun dikala itu, kerana sama sama berada dialam Syurga. Adam dan Hawa dapat melihat Iblis dan dapat mendengar suaranya, Adam dan Hawa masih dapat tergoda olehnya. Apalagi sekarang setelah berada dialam bumi, dimana kita manusia tidak dapat lagi melihat Iblis dan tidak dapat mendengar suaranya, sedangkan Iblis tetap dapat melihat kita manusia, maka godaan Iblis dimuka bumi ini pasti jauh lebih hebat dan jauh lebih merbahaya bagi kita manusia.
Iblis adalah musuh kita yang dapat melihat kita dan kita tidak dapat melihatnya. Dengan begitu perjuangan kita terhadap Iblis adalah perjuangan atau perkelahian yang tidak setaraf. Tidak ubah saperti penkelahian dua orang manusia: yang pertama dengan mata terbuka dan yang kedua dengan mata tertutup. Dapatlah kita pastikan, orang yang dengan mata terbuka akan selalu menang, dan orang yang dengan mata tertutup akan selalu kalah.


Tetapi kita manusia jangan sedih. Tuhan Maha Pengasih dan Maha Adil. Kepada kita manusia diberi Tuhan satu cara untuk membutakan mata Iblis terhadap kita, iaitu bila kita mohon perlindungan Allah dari godaan Iblis dengan membaca: "A'uzubillahi minasy Syaitanir Rajim." Dan kepada kita manusia diberi kekuatan yang dinamakan iman, iaitu kepercayaan penuh terhadap Allah. Dengan keimanan yang kukuh dan kuat, Iblis tidak sanggup menggoda manusia. Iblis malah menjadi takut dan lari dari manusia yang beriman itu. Iblis malah tidak berani mendekatinya.