Pages

Tuesday, 3 July 2012

SALMAN AL-FARISY


Pada zaman dahulu ada seorang pemuda yang sangat cerdik dan sangat teliti terhadap suatu perkara, yang sangat perlu bagi kita mengambil ‘ibrah darinya. Dia adalah Salman Al-Farisy. Pada suatu ketika Salman A-Farisy bercerita kepada Ibnu Abbas , beliau berkata:
Aku adalah orang Parsi negara Parsi, dan aku tinggal di suatu tempat yang bernama Asfahan di desa Jayyu Ayahku seorang tokoh di desaku dan aku adalah makhluk Allah yang paling dicintainya. Ia amat mencintaiku sehingga aku tidak dikurung di dalam rumah sebagaimana anak gadis dikurung dalam rumah. Aku ketika itu beragama penyembah api ( majusi ) dan aku memiliki tugas khusus menjaga api supaya terus menyala dan tidak boleh padam walaupun sesaatpun. Ayahku mempunyai ladang yang sangat luas, pada suatu ketika ayahku sibuk dengan pekerjaannya,  berkata kepadaku: Anakku pada hari ini aku sibuk dengan pekerjaanku hingga tidak mempunyai kesempatan untuk mengurus ladangku. Oleh  itu pergilah kamu ke ladang! Ayahku memerintahkan beberapa hal yang perlu aku kerjakan, kemudian berkata lagi kepadaku: Jangan terlambat pulang kerumah, engkau adalah lebih bererti bagiku daripada ladangku dan engkau membuatkan aku lupa segala urusan yang ada.
SALMAN TERTARIK DENGAN AGAMA NASRANI                     
Kemudian aku pergi menuju keladang seperti diperintahkan ayahku. Dalam perjalanan menuju ladang , aku melalui salah satu gereja milik orang-orang Nasrani, dan aku dengar suara-suara mereka ketika mereka beribadah di dalamnya. Aku tidak tahu banyak tentang dubia luar, karena aku sentiasa dikurung oleh ayahku di rumah, ketika itu aku mendengar suara-suara mereka, aku masuk kepada mereka untuk melihat dari dekat apa yag mereka kerjakan di dalamnya. Ketika aku melihat mereka aku, aku kagum terhadap ibadah-ibadah mereka dan tertarik kepada kegiatan mereka. Aku berkata demi Allah, agama mereka ini lebih baik dari pada agama yang aku peluk. Demi Allah aku tidak akan tinggalkan mereka sampai matahari terbenam, aku membatalkan pergi ke ladang ayahku, aku berkata kepada mereka (orang-orang Nasrani tersebut): Agama ini berasal dari mana?” Mereka menjawab dari Syam. Setelah itu, aku pulang ke rumah dan ternyata ayahku mencariku, dan aku telah lali dari pekerjaanku. Ketika aku telah kembali kepada ayahku, ayahku berkata kepadaku: Anakku dari mana engkau? Bukankah engkau telah berbuat perjanjian denganku? Aku berkata: Ayah sedang aku berjalan untuk sampai keladang,aku telah melalui  orang-orang yang sedang mengerjakan ibadah di gereja mereka, kemudian aku kagum terhadap agama mereka yang aku lihat. Demi Allah aku berada di tempat mereka hingga matahari terbenam. Ayahku berkata: Anakku tidak ada kebaikan pada agama tersebut. Aku berkata tidak, demi Allah, agama tersebut lebih baik daripada agama kita. Setelah kejadian tersebut bapakku khawatir terhadapku, ia ikat kakiku dan aku dikurung dalam rumah. Aku mengutus seseorang kepada orang-orang Nasrani dan aku katakan kepada mereka, jika ada rombongan dari Syam datang kepada kalian, maka beri kabar kepadaku tentang mereka. Tidak lama setelah itu, datanglah pedagang-pedagang Nasrani dari Syam, kemudian mereka menghubungiku. Aku katakan kepada mereka, jika mereka telah selesai memenuhi hajatnya dan hendak  pulang ke negeri mereka, maka izinkanlah aku ikut bersama mereka.
SALMAN  BERANGKAT KE SYAM
Ketika para pedagang Nasrani, hendak pulang ke negerinya, orang-orang nasrani segera memberitahu kepadaku tentang mereka, kemudian aku lepas rantai di kakiku dan aku pergi bersama mereka hingga sampai ke negeri Syam. Setelah tiba di Syam, aku bertanya, siapakah orang yang beragama ini yang paling mulia? Mereka menjawab: Pendita di gereja, kemudian aku datang kepada pendita tersebut dan berkata kepadanya, aku amat tertarik dengan agama ini. Jadi aku ingin bersamamu dan melayanimu di gerejamu supaya belajar bersamamu dan beribadah bersamamu. Pendita berkata masuklah! Aku pun masuk kepadanya, ternyata paderi tersebut orang yang jahat. Ia mengajak ummat untuk bersedekah, namun ketika mereka telah mengumpulkan sedekahnya melalui dia, ia simpan untuk kepentingan dirinya dan tidak menyerahkannya kepada orang-orang fakir miskin, hinggakan ia telah mengumpulkan tujuh peti penuh yang berisikan emas dan perak. Aku sangat marah kepadanya kerana perbuatannya . Tidak lama kemudian paderi tersebut mati. Orang-orang Nasrani berkumpul untuk mengurus jenazahnya sebagaimana layaknya seorang yang mulia disisi agamanya, namun aku katakan kepada mereka: Sesungguhnya orang ini telah berbuat jahat, ia menyuruh kalian bersedekah, namun ketika kalian menyerahkan sedekah melaluinya, ia malah menyimpannya untuk dirinya sendiri dan tidak membahagikannya sedikitpun kepada fikir miskin, mereka berkata: dari mana engkau mengetahui hal ini? Aku katakan kepada mereka, mari aku tunjukan tempat penyimpanannya! Aku tunjukan tempat penyimpanan paderi tersebut kepada mereka, kemudian mereka mengeluarkan tujuh peti yang berisi penuh dengan emas dan perak. Ketika melihat ketujuh peti tersebut, mereka berkata: Demi Allah, kita tidak akan memuliakan dan menguburkan mayat paderi ini. Mereka menyalib paderi tersebut dan melempar dengan batu dan dibiarkan busuk begitu sahaja.
SALMAN BERSAMA PENDITA ( PADERI ) YANG SHOLIH
Aku tidak pernah melihat orang yang sholeh yang lebih mulia, lebih zuhud, lebih cinta kepada akhirat, lebih tekun di siang dan malam hari dari Uskup baru tersebut. Aku mencintai paderi tersebut dengan cinta yang tidak ada duanya. Aku tinggal bersamanya lama sekali hingga kemudian ajal menjemputnya.  Sebelum dia mati aku telah bertanya kepadanya, sesungguhnya aku telah hidup bersamamu dan aku mencintaimu dengan cinta yang tidak ada duanya, sekarang seperti ketentuan Allah telah datang kepadamu, maka engkau beritahu  aku kepada siapa harus aku temui ( belajar )? Paderi menjawab: Anakku, demi Allah aku tidak tahu ada orang yang seperti diriku. Manusia sudah banyak yang meninggal dunia, mengubah agamanya dan meninggalkan apa yang sebelumnya mereka kerjakan, kecuali satu orang di Al-Maushil, yaitu Si Fulan, ia seperti diriku. Pergilah engkau kepadanya!
SALMAN  DI AL-MAUSHIL
Ketika pendita tersebut telah meninggal dunia dan di kubur, aku pergi kepada pandita Al-Maushil. Ketika sampai di sana, aku katakan kepadanya: Hai Fulan, sesungguhnya  si Fulan telah berwasiat kepadaku ketika hendak wafat agar aku pergi kepadamu. Ia jelaskan kepadaku bahwa engkau seperti dia, pendita tersebut berkata: Tinggallah bersamaku! Aku menetap bersamanya. Aku melihat ia sangatlah baik seperti cerita shahabatnya. Tidak lama kemudian pendita tersebut wafat. Menjelang wafatnya, aku berkata kepadanya: Hai Fulan, sesungguhnya pendita si Fulan telah berwasiat kepadaku agar aku pergi kepadamu dan sekarang keputusan Allah telah datang kepadamu seperti yang engkau lihat, maka kepada siapa engkau wasiatkan? Apa yang engkau perintahan kepadaku? Pendita itu berkata: Anakku demi Allah, aku tidak tahu ada orang seperti kita kecuali satu orang saja di Nashibin, yaitu Si Fulan. Pergilah kepadanya.
SALMAN DI NASHIBIN
Ketika paderi tersebut mati dan selesai dikubur, aku pergi kepada Paderi Nashibin. Aku terangkan tujuan  diriku kepadanya dan apa yang diperintahkan dua shahabatku kepadanya. Ia berkata tinggallah bersamaku, aku tinggal bersamanya, dan aku dapati dia seperti dua shahabatku yang telah mati. Aku tinggal bersama orang yang terbaik. Demi Allah tidak lama kemudian ia mati. Menjelang kematiannya, aku berkata: Hai Fulan, sungguh Si Fulan telah berwasiat kepadaku agar aku pergi kepada Si Fulan, kemudian Si Fulan tersebut berwasiat kepadaku agar aku pergi kepadamu, maka kepada siapa aku engkau wasiatkan? Apa yang akan engkau perintahkan kepadaku? Paderi tersebut berkata: Anakku demi Allah, aku tidak tahu orang yang seperti kita dan aku perintahkan engkau pergi kepadanya kecuali satu orang di Ammuriyah wilayah Romawi. Ia sama seperti kita. Jika engkau mau, pergilah kepadanya, karena ia sama seperti kita.
SALMAN PERGI KE  AMMURIYAH
Ketika paderi Nashibin telah wafat dan dikuburkan, aku pergi kepada paderi Ammuriyah. Aku jelaskan tujuan diriku kepadanya. Ia berkata: Tinggallah bersamaku! Aku tinggal bersama orang yang terbaik sesuai dengan petunjuk shahabat-shahabatnya dan perintah mereka. Aku bekerja (sambil belajar), sehingga aku memiliki beberapa lembu dan kambing-kambing, tidak lama kemudian, paderi tersebut mati, menjelang matinya aku bertanya kepadanya: Hai Si Fulan sungguh aku pernah tinggal bersama Si Fulan, kemudian ia berwasiat kepadaku agar aku pergi kepada Si Fulan, kemudian Si Fulan tersebut berwasiat kepadaku agar pergi kepada Si Fulan, kemudian Si Fulan tersebut berwasiat agar aku pergi kepada Si Fulan, kemudian Si Fulan berwasiat agar aku pergi kepada engkau, maka kepada siapa engkau wasiatkan?  Paderi itu berkata: Anakku, demi Allah, sungguh aku tidak tahu pada hari ini ada orang-orang yang seperti kita yang aku boleh perintahkan kepada engkau untuk pergi kepadanya, namun telah dekat datangnya seorang Nabi. Ia diutus dengan membawa agama Nabi Ibrahim –‘alaihis salam- dan muncul di negeri Arab. Tempat hijrahnya adalah daerah diantara dua daerah yang berbatu dan diantara dua daerah tersebut terdapat banyak pohon-pohon kurma., Nabi tersebut mempunyai tanda-tanda yang tidak boleh disembunyikan iaitu
Baginda memakan hadiah dan tidak memakan sedekah. Diantara kedua bahunya terdapat cap kenabian. Jika engkau boleh pergi ke negeri tersebut, pergilah engkau kesana!
SALMAN PERGI KELEMBAH AL-QURO  Setelah paderi tersebut wafat dan di makamkan. Dan aku tetap tinggal di Ammuriyah hingga beberapa lama. Setelah itu, Sekumpulan pedagang berjalan melewatiku. Aku berkata kepada mereka: Bawalah aku kenegeri Arab, niscaya aku serahkan kambingku ini kepada kalian, mereka berkata: Ya, aku berikan lembu dan kambing-kambingku kepada mereka, dan mereka membawaku. Namun ketika tiba di lembah Al-Quro, mereka menkhianatiku. Mereka menjualku kepada orang Yahudi sebagai seorang hamba. Kemudian aku tinggal bersama orang Yahudi tersebut, dan aku melihat kurma. Aku berharap kiranya negeri ini yang pernah diisyaratkan shahabatku.
SALMAN TIBA DI MADINAH
Disaat aku tinggal dengan orang Yahudi tersebut, tiba-tiba saudara sepupu orang Yahudi yang berasal dari Bani Quraidzah tiba dari Madinah. Ia membeliku dari orang Yahudi tersebut, dan membawaku ke Madinah, demi Allah, ketika aku melihat Madinah, Jelas seperti yang dijelaskan guruku. Aku menetap di sana. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus sebagai Nabi dan masih menetap di Makkah dalam jangka waktu tertentu dan aku tidak mendapatkan informasi tentang baginda kerana kesibukanku sebagai seorang hamba. Tidak lama setelah itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah.
SALMAN MENDENGAR TEMPAT HIJRAH NABI SAW.
Demi Allah, aku berada di atas pohon kurma mengerjakan beberapa pekerjaan untuk tuanku, sedang tuanku duduk di bawahku. Tiba-tiba saudara sepupu tuanku datang dan berdiri di depannya sambil berkata: Hai Fulan semoga Allah membunuh Bani Qailah. Demi Allah, sesungguhnya mereka sekarang berkumpul di Quba’ untuk menyambut kedatangan seorang laki-laki dari Makkah, dan mereka mengatakan bahwa orang tersebut adalah Nabi. Ketika aku mendengar ucapan saudara sepupu tuanku, aku menggigil seolah-olah aku jatuh mengenai tuanku. Kemudia aku turun dari atas pohon kurma dan bertanya kepada saudara sepupu tuanku, apa yang engkau katakan tadi? Tuanku marah kepadaku dan menamparku dengan sangat marah mendengar pertanyaanku, sambil berkata: Apa urusanmu dengan persoalan ini? Pergi sana dan siapkan pekerjaanmu! Aku berkata: tidak apa-apa, aku hanya ingin tahu khabarnya.
SALMAN MENCARI TANDA-TANDA KENABIAN PADA RASULULLAH
Aku mempunyai sesuatu yang telah aku siapkan. Pada petang hari, aku mengambilnya kemudian pergi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, di Quba’. Aku masuk menemui baginda dan berkata kepadanya: Aku mendapat tahu bahwa engkau orang yang sholih. Engkau mempunyai shahabat-shahabat, terasing dan memerlukan. Ini sedekah dariku. Aku melihat anda lebih berhak daripada orang lain. Aku serahkan sedekah tersebut kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau berkata kepada shahabat-shahabatnya: “Makanlah” beliau menahan mulutnya dan tidak memakan sedikitpun dari sedekahku. Aku berkata dalam hati, ini tanda pertama, kemudian aku minta diri dari  Rasulullah. Setelah itu aku menyediakan sesuatu yang lain, sementara Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sudah pindah ke Madinah. Aku datang kepada baginda dan berkata kepadanya: sungguh aku melihatmu tidak memakan harta sedekah. Ini hadiah khusus aku berikan kepadamu. Maka Rasulullah memakan hadiah dariku dan memerintahkan shahabat-shahabatnya ikut makan bersamanya. Aku berkata dalam hati ini tanda yang kedua.
SALMAN MASUK ISLAM
Setelah itu aku mendatangi Rasulullah di Baqi’ Al-Gharqad yang ketika itu sedang menghantar jenazah salah seorang dari shahabatnya. Aku sudah mengetahui dua tanda pada baginda. Baginda sedang duduk di antara shahabat-shahabatnya, kemudian aku mengucapkan salam kepada baginda. Setelah itu aku berada di belakang baginda, kerana aku ingin melihat belakang baginda, apakah aku boleh melihat tanda kenabian yang telah dijelaskan shahabatku? Ketika Rasulullah melihatku berada di belakangnya, baginda mengetahui bahwa aku mencari sifat yang pernah dijelaskan shahabatku. Beliau menarik selendangnya, maka pada saat itulah aku melihat tanda kenabian pada baginda. Kemudian aku balik ke depan baginda dan menangis. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku: Baliklah, aku berbalik arah dan duduk di depan baginda, aku ceritakan semua kisah tentang diriku kepada  sebagaimana aku ceritakan kisahku ini kepadamu, hai Ibnu Abbas! Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin kisahku ini didengar pula oleh shahabat-shahabatnya. Kerana aku seorang hamba,maka aku tidak boleh ikut menyertai perang Badar dan perang Uhud bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
SALMAN MENJADI ORANG MERDEKA
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku: Bebaskanlah dirimu dengan membayar sejumlah wang, hai Salman! Kemudian aku memerdekakan diriku dari tuanku dengan membayar tiga ratus pohon kurma yang aku tanam untuk tuanku dan emas empat puluh dirham. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyeru shahabat-shahabatnya: Bantulah saudara kalian ini! Shahabat-shahabat Rasulullah memberi bantuan anak pohon kurma kepadaku. Ada shahabat yang memberiku dengan tiga puluh anak pohon kurma. Dan ada shahabat yang memberiku lima belas anak pohon kurma, dan ada shahabat yang memberiku sepuluh anak pohon kurma, setiap orang membantu sesuai dengan kemampuannya, hingga akhirnya terkumpul tiga ratus pohon kurma. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku: “Pergilah hai Salman, dan galilah lubang untuk anak-anak pohon kurma ini! Jika engkau telah selesai menggalinya, datanglah kepadaku, agar aku sendiri yang akan meletakannya dengan tanganku sendiri ke dalam lubangnya.

Kemudian aku menggali lubang untuk anak-anak pohon kurma tersebut dengan dibantu shahabat-shahabatku . Ketika aku telah selesai menggalinya, aku menghadap kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan melaporkan kepada beliau bahwa aku telah selesai membuat lubang. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi bersamaku ke lubang-lubang tersebut. Kami berikan anak pohon kurma kepada beliau dan diletakannya ke dalam lubang tersebut. Demi Dzat yang jiwa Salman berada di Tangan-Nya, tidak ada satu anak pohon kurma pun yang mati. Aku pelihara pohon-pohon kurma tersebut dan aku mempunyai sedikit harta. Tidak lama setelah itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dengan membawa emas sebesar telur ayam dari salah satu kawasan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: ‘”Ambil emas ini dan bayarlah hutangmu dengannya!” Aku berkata: Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: Bagaimana emas ini boleh menutupi hutangku? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: Ambillah emas ini karena Allah akan menutup hutangmu dengannya!”  Demi Dzat yang jiwa Salman berada di tangan-Nya, ternyata berat emas tersebut pas empat puluh ons. Kemudian aku bayar hutangku pada tuanku dengan emas tersebut. Setelah itu aku menjadi orang merdeka. Aku turut ikut perang Khandaq bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang merdeka dan sesudah perang itu akan tidak pernah terlepas  satu peperangan pun.
KEZUHUDAN SALMAN ALFARISY

Abu Nu’aim mengeluarkan dari Athiyah bin Amir, dia berkata, “Aku pernah melihat Salman Al-Farisy radhiyallhu ‘anhu menolak makanan yang disuapkan kepadanya, lalu dia berkata, “Tidak, tidak. Karena aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata: ‘Sesungguhnya orang yang lebih sering kenyang di dunia akan lebih lama laparnya di akhirat. Wahai Salman, dunia ini hanyalah penjara orang Mukmin dan surga orang kafir”. 

No comments:

Post a Comment