Pages

Monday, 31 July 2017

CARA MENJERNIHKAN HATI

Syekh Ibnu Atha'illah dalam kitab Taj al-'Arus mengatakan: "Terdapat empat perkara yang dapat membantu menjernihkan  hati:

1) Banyak berzikir.
2) Banyak diam.
3) Banyak khalwat.
4) Mengurangi makan dan minum."

Menurut Dr. Muhammad Najdat, sebenarnya Syekh Ibnu Atha'illah mengenalkan kita bagaimana membersihkan dan membeningkan hati.

Pertama, zikir kepada Allah akan membersihkan hati dari kesesatan dari kebergantungan kepada selain Dia.

Hati yang biasa dan mudah berzikir adalah hati yang mengenali iman, mengenal nikmat ibadah, merasakan manisnya ketaatan, dan memiliki rasa takut kepada Allah.

Hati yang selalu mengingat Allah akan bergetar ketika mendengar nama-Nya disebut,  hati pun semakin lembut dan bersih dari kotoran.

للَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ ٱلْحَدِيثِ كِتَٰبًا مُّتَشَٰبِهًا مَّثَانِىَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ ٱلَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ ذَٰلِكَ هُدَى ٱللَّهِ يَهْدِى بِهِۦ مَن يَشَآءُ وَمَن يُضْلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنْ هَادٍ

Allah SWT berfirman,:

"Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang gementar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya." (QS Az-Zumar (39): 23)

Orang yang berzikir mengingat Allah dengan lisannya tidak disebut berzikir jika hatinya tidak ikut berzikir. Hati harus menjadi sumber zikir untuk lisan dan bagian tubuh lainnya.

Kedua, memperbanyak diam. Tergelincirnya lisan akibat terlalu banyak berbicara dapat berakibat buruk bagi dirinya dan orang lain. Diam adalah emas. Di dalamnya terkandung hikmah yang sangat dalam.

Rasulullah bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaklah mengatakan yang baik atau diam."

Imam Syafii r.a. mengatakan:
Mereka bertanya, "Mengapa kau diam saja saat kau dicaci."

Maka kukatakan padanya:
"Menjawab adalah kunci pintu keburukan. Sedangkan diam di depan orang bodoh adalah kemuliaan. Di dalamnya juga terdapat upaya menjaga kehormatan. Bukankah singa ditakuti meskipun dalam keadaan diam. Sedangkan anjing tak diendahkan, meskipun terus menyalak."

Ketiga, memperbanyak khalwat atau menyendiri. Dalam khalwat kita merenung dan terus berhubungan dengan realiti yang lebih tinggi dan membersihkan hati dari kotoran dunia. Merasa lemah dan tak berdaya, serta merasa hanya Allah-lah satu-satunya tempat bergantung. Hatinya hanya dipenuhi tasbih, takbir, tahlil, serta selawat Nabi.

Keempat, mengurangi makan dan minum atau dengan memperbanyak puasa sunnah. Dengan begitu kita mematahkan hasrat hawa nafsu, dan melunakkan hati yang keras. Dengan mengurangi makan dan minum sebenarnya kita belajar mengendalikan nafsu badani, mengawal emosi, belajar qanaah dan zuhud.

Imam Al-Ghazali rahimahullah menjelaskan bahwa rasa lapar akan membersihkan hati, membangkitkan tekad, dan menajamkan mata hati. Sebaliknya, rasa kenyang dapat melahirkan ketumpulan dan membutakan hati, dan mengganggu fikiran.

Menurut beliau, rasa lapar juga dapat menghaluskan hati  dan menjernihkannya, sebab hanya dengan hati yang dapat meraih nikmatnya ketaatan, merasakan manfaat dzikir dan nikmatnya bermunajat kepada Allah SWT.

---Disarikan dari Kitab Taj Al-'Arus karya Syekh Ibnu Atha'illah, dengan syarah Dr. Muhammad Najdat.

BERPEGANG TEGUHLAH DENGAN PEGANGAN AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH ASY'ARIYAH WAL MATURIDIYAH

Disebutkan di dalam hadis "Perpecahan Ummat Nabi Muhammad ﷺ yang terbahagi kepada 73 golongan, kelompok. Semuanya itu akan masuk neraka kecuali satu." Sahabat bertanya "Siapakah golongan yang selamat itu Ya Rasulullah."

Nabi kita menjawab "Golongan yang selamat nanti di hari kiamat itu adalah berpegang teguh dengan cara kehidupanku dan juga Para Sahabat-Sahabatku. Sebagaimana aku dan juga Para Sahabat-Sahabatku."

Jadi perlu didahulu peluang umur dan kesempatan yang Allah bagikan kepada kita ianya sekali dalam seumur hidup. Yang pada waktu kalau kita sudah salah memilih jalan maka kita tidak ada peluang kedua, ketiga dan keempat.

Sebabnya bagaimanapun putaran daripada waktu dan peredaran daripada roda dunia ini tidak pernah mundur ke belakang. Dari hari ke hari kita semakin tua semakin dewasa. Kalau dahulu masih anak-anak sekarang sudah dewasa.

Kalau dahulu janggut masih hitam sekarang sudah mulai putih, uban sudah bertaburan di sana sini. Pandangan sudah mulai kabur, gigi sudah banyak yang gugur, cara berjalan juga kadang-kadang maju mundur.

Itu membuktikan yang kita sudah dekat dengan kubur. Jadi kalau begitu sangat mustahak dengan kita mengambil masa, mengambil waktu, mengambil peluang untuk kita mengkaji dan juga untuk kita mempelajari akan jangan sampai kita salah pilih jalan.

Jangan sampai kalau waktu kita menyesal yang pada saat itu penyesalan sudah tidak ada maknanya. Sudah tidak ada ertinya. Kalau rugi masih ada cara tertentu. Mungkin kita punya peluang yang banyak. Bagaimana untuk bisnes yang selanjutnya? Dengan modal yang berikutnya? Dengan usaha yang akan datang? Dengan itu kita akan dapat keuntungan yang lebih banyak.

Tapi kalau kesalahan kita bukan dalam masalah keuntungan, bukan dalam masalah bisnes, bukan dalam masalah hidup. Ketika kesalahan kita dalam memahami dalam menganuti ideologi-ideologi hidup atau aqidah atau prinsip hidup.

Ini kalau waktu kita tersalah yang pada saat manusia itu akan sedarkan nanti dengan kematian. Peluang untuk kembali ke dunia itu tidak akan ada!!!!!!!!!!!

Maka untuk kita memastikan sebagaimana akhlakku, aqidahku, pemikiranku, pengorbananku, perjuanganku, ubudiyahku, pengabdianku, cara kehidupan daripada Baginda ﷺ dapat kita kesan dan dapat kita pelajari.

Tidak ada satu pun yang lepas daripada tatapan Para Sahabat dan tidak ada satu pun yang lepas daripada pengamatan dan catatan daripada Salafus Soleh secara Nabi kita diangkat sebagai Nabi dan Rasul sampai Nabi kita wafat.

Apa yang kita nak tanyakan pasal hal ehwal Baginda Nabi ﷺ? Akhlak beliau? Pergaulan beliau? Pakaian beliau? Cara makan beliau? Dan bermacam-macam lagi!!!!!

Itu semuanya tercatit dan tercatat secara terperinci tidak ada satu pun yang terluput dan yang lemah daripada tatapan Para Sahabat Radhiyallahu'Anhum Ajmain. Mungkin hanya sebahagian kecil sahaja itu pun dalam segala aspek kehidupan dan dalam segala akhlak kenabian dan kerasulan ternyata satu per satu di bawah tatapan dan pengamatan Para Sahabat Radhiyallahu'Anhum Ajmain.

Jadi makanya dengan kita secara pasti islam yang sampai kepada kita, ideologi yang sampai kepada kita, aqidah yang sampai kepada kita, fahaman yang sampai kepada kita. Itu bukan pengamatan daripada 3, 4, 5, 6 orang manusia tetapi ini pengamatan yang tidak terhitung ramainya!!!!!

Maka jangan sesiapa yang komen tentang Sahabat Nabi. Sesiapa yang salah menyalahkan tentang Sahabat. Seseorang yang berpandang negatif kepada mereka. Justeru, dia yang akan binasa!!!

Kenapa? Sebab Allah Sang Pencipta Manusia Pencipta Makhluk dan Semesta Alam telah menyatakan dan menjelaskan tentang kedudukan Para Sahabat Baginda Nabi kita itu seperti apa.

Allah telah redha dengan mereka dan mereka juga telah redha dengan Allah ﷻ dan mereka juga telah mendapat jaminan syurga daripada Allah ﷻ dan juga Rasulullah ﷺ.

Kata Tuan Guru Syeikh kalau nak bahas mengenai hadis ini mengambil terlalu banyak masa kerana dilihat daripada pelbagai sudut lagi tetapi kesimpulan yang dapat dibuat adalah kalau kita nak selamat termasuk dalam golongan yang tidak dimasukkan ke dalam neraka adalah tetap berpegang teguh dengan Ahlus Sunnah Wal Jamaah.

Ikut apa yang Rasulullah ﷺ ajarkan dan tinggalkan dan disambung dengan Para Sahabat sehingga ke hari ini yang mana ianya tidak akan sesekali putus dengan rantaian sanad ilmu yang telah di bawa oleh Para Ulama kita InshaAllah kita akan selamat dunia dan akhirat hendaknya.

Jangan sesekali terpengaruh dengan ideologi-ideologi, fahaman-fahaman yang kafir mengkafirkan orang lain, menyebarkan fitnah sana sini tanpa menyelidik mengetahui hujung pangkal sesuatu itu. Adakah benar ataupun tidak. Mengatakan ini tak boleh, itu tak boleh, membidaahkan sesuatu amalan kebaikan sehingga berlakunya perpecahan sesama Ummat Islam sendiri.

Ingatlah yang haq itu haq dan yang batil itu batil. Jangan sesekali memandang negatif akan apa yang ada di dalam Islam termasuk kedudukan Para Sahabat Baginda Nabi ﷺ dan Ulama-Ulama terdahulu. Jangan sampai kita merasakan kita ini lebih pandai dan tahu berbanding Para Ulama-Ulama kita terdahulu khususnya Imam 4 Mazhab yang kita ikuti.

Banyak mana ilmu kita kalau dibandingkan ilmu mereka yang telah pun menghafal puluhan ribu hadis. Bahkan ada yang sampai ratusan ribu hadis. Itu bukan di dalam kitab-kitab sepertimana kita ini tetapi mereka itu ilmunya di dalam dada-dada mereka.

Kalau kita tak pernah mendengar sesuatu hadis itu maka janganlah kita mudah-mudah untuk nak menghukum, mengeluarkan sesuatu fatwa mengatakan mempertikaikan sesuatu amalan yang kita sendiri tak tahu, itu hadis dhoif, itu hadis palsu, itu sesat, itu syirik dan sebagainya. Apatah lagi kalau ada yang sampai nak mengatakan dirinya itu pakar hadis tahu yang mana hadis sahih ataupun tidak.

[TUAN GURU SYEIKH MUHAMMAD NURUDDIN MARBU AL-BANJARI AL-MAKKI HAFIDZOHULLAH]

FB: The Capal

BERAMALLAH DENGAN ILMU KAMU KETAHUI, ALLAH AKAN AJARKAN APA YANG KAMU TIDAK KETAHUI

Dikisahkan mengenai seorang Ulama Besar daripada Mazhab Imam Syafii yang bernama Syeikh Ibnu Daqiqil'id. Beliau ini merupakan anak kepada seorang penjual kuih raya dan dia juga bekerja sebagai seorang penjual kuih raya.

Beliau merupakan seorang yang miskin tapi rajin belajar. Cuma beliau ini asalnya adalah seorang yang lambat sedikit untuk nak faham. Akan tetapi apa sahaja yang dia dapat tangkap maka dia akan segera amalkan.

Ini adalah hikmah kalau kita dapat ilmu dan kita terus amalkan maka Allah janjikan dengan diberikan ilmu laduni daripada Allah سبحانه وتعالى. Allah سبحانه وتعالى mengatakan "Bertaqwalah kamu kepada Allah maka Allah akan memberikan ilmu kepada kamu." Tanda taqwa itu adalah seseorang yang beramal dengan ilmu.

Maka suatu ketika Syeikh Ibnu Daqiqil'Id dapat ilmu belajar tentang bab hadas besar. Di antara larangan-larangannya adalah tak boleh menetap di dalam masjid. Beliau ini selalu tidur di masjid, suka beriktikaf di masjid untuk menunaikan solat tahajud dan sebagainya. Suatu malam beliau bermimpi sehingga maaf cakap keluar mani. Lalu dia bangun dan dia ingat yang dia tak boleh menetap di dalam masjid tapi dia nak juga duduk di dalam masjid.

Waktu itu merupakan musim sejuk yang teramat sejuk. Disebabkan beliau ingin juga menetap di dalam masjid maka dia keluar dan dia mandi dalam keadaan yang begitu sejuk itu. Setelah mandi maka dia berwudhuk dan masuk semula ke dalam masjid menunaikan solat 2 rakaat.

Kemudian dia tidur balik. Buat kali kedua beliau bermimpi lagi. Berlaku lagi. Dia buat apa? Maka dia keluar lagi mandi, berwudhuk dan masuk semula menunaikan solat 2 rakaat kembali. Kemudian dia tidur dan bermimpi lagi. Allah سبحانه وتعالى nak menguji kepada dia sejauh mana dia beramal dengan ilmunya.

Maka dia bangun lagi, mandi dalam keadaan yang sangat sejuk dan setelah itu menunaikan solat kembali. Kemudiannya beliau mendengarkan suatu seruan yang mengatakan "Wahai Ibnu Daqiqil'Id. Sesungguhnya engkau adalah seorang yang beramal dengan ilmu maka engkau akan diberikan ilmu yang luas oleh Allah سبحانه وتعالى." Setelah peristiwa itu beliau telah menjadi seorang yang Alim dan telah berapa kitab yang beliau telah karang khususnya di dalam feqh Mazhab Imam Syafii.

Itulah hikmahnya kalau kita ini hadir ke majlis talim, majlis ilmu, belajar ilmu. Kita niatkan untuk kita beramal dengan segala ilmu yang kita perolehi itu. Janganlah sesekali kita hanya datang ke majlis talim, majlis ilmu semata-mata untuk mengisi masa lapang kita sahaja. Nak tengok apa yang Ustaz itu tahu dan hanya suka-suka sahaja.

Tetapi ilmu yang kita dapat langsung tak nak kita amalkan. Itu salah!! Sepatutnya kita datang dengan persiapan tanamkan dalam diri yang "Aku datang nak ambil ilmu dan beramal dengan ilmu yang aku belajar."

Kalau kita tanamkan sifat yang seperti itu InshaAllah Allah akan permudahkan kita dalam memahami ilmu-Nya. Dikurniakan ilmu yang kita tak pernah ketahui sebelum ini. Bijak di dalam membezakan di dalam yang haq dan batil.

[HABIB NAJMUDDIN BIN OTHMAN AL-KHERED HAFIDZOHULLAH]

FB: The Capal

SENTIASALAH MEMPERBETULKAN NIAT-NIAT KAMU DALAM MENUNTUT ILMU

Dalam kita menuntut ilmu hendaklah juga kita selalu memperbetulkan niat-niat kita. Kata Imam Al-Ghazali Rahimahullahu Ta'ala "Wahai saudaraku yang sangat berminat dan mempunyai perhatian dalam menuntut ilmu yang telah menunjukkan semangat yang tinggi dan rasa sangat dahaga terhadap ilmu pengetahuan.

Seandainya engkau berniat dengan mencari ilmu ini untuk berlumba-lumba dan mendapatkan kemegahan dan terkemuka di kalangan kawan-kawan dan untuk menarik perhatian orang ramai terhadap dirimu dan menghimpunkan akan kekayaan dunia maka sebenarnya engkau  telah berusaha menghancurkan agamamu dan membinasakan dirimu sendiri dan menjual akhiratmu untuk mendapatkan harta dunia."

Ilmu itu sepatutnya mendidik seseorang itu ke arah tawadhuk. Kalau ilmu menjadikan kita sombong maka kita salah di dalam menuntut ilmu. Kalau kita menuntut ilmu kita rasa mulia daripada yang lain maka kita gagal dalam ilmu. Kalau kita menuntut ilmu kita rasa kita sahaja yang benar yang kita sahaja yang tahu, kita sahaja yang betul maka gagal kita dalam menuntut ilmu. Kalau kita menuntut ilmu untuk bermegah-megahan, untuk dilihat oleh orang yang kita ini baik, kita nak popular nak terkenal maka sia-sialah ilmu yang kita belajar itu.

Sebab itulah kita perlu sentiasa check balik niat-niat kita dalam menuntut ilmu. Setiap orang akan diganjari berdasarkan niatnya. Semakin banyak niat-niat baik yang diniatkan oleh seseorang maka semakin tinggilah ganjaran yang akan diperolehinya.

[HABIB NAJMUDDIN BIN OTHMAN AL-KHERED HAFIDZOHULLAH]

Sunday, 30 July 2017

ORANG YANG SEMAKIN BERILMU AKAN SEMAKIN TUNDUK BUKANNYA MUDAH BERFATWA

Ilmu mengajarkan kita semakin berilmu semakin tunduk. Ilmu mengajarkan kepada kita untuk kita mengenal akan kerdilnya diri kita ini di sisi Allah سبحانه  وتعالى bukannya semakin bangga. Kita katakan "Saya lagi terer, saya lagi tahu."

Ini yang mesti kita kena jaga-jaga. Para Ulama dahulu kalau ada orang yang bertanya kepada seorang yang alim maka dia akan forwardkan soalan itu kepada Ulama yang lainnya walaupun sebenarnya dia tahu jawapannya.

Dia akan mengatakan "Saya ini tak layak untuk berfatwa. Cuba kamu pergi kepada kawan saya si fulan itu. Dia seorang yang Alim. Pergi kepada kawannya itu maka kawannya itu juga akan suruh orang yang nak menanyakan soalan itu untuk pergi kepada fulan kepada fulan sehingga orang Alim yang terakhir ditanya itu akan menyuruh orang itu untuk kembali menanyakan kepada orang Alim yang mula-mula sekali dia jumpa.

Lalu Syeikh itu akan mengatakan "Kenapa kamu memberi soalan itu kembali kepadaku?" Maka dijawab oleh orang yang bertanya itu "Aku telah pergi bertanya kepada semua Syeikh, semua orang yang Alim tapi akhirnya mereka menyuruh aku kembali menanyakan kepadamu kembali." Maka setelah itu barulah orang Alim Syeikh itu akan mengatakan "Kalau begitulah baiklah aku akan menjawab persoalan yang diberikan itu."

Inilah adab Para Ulama kita dahulu tidak mudah sewenang-wenangnya nak berfatwa. Berbeza di zaman kita sekarang ini. Subhanallah!! Mereka Para Ulama terdahulu tidak rasakan "Saya lebih tahu, Saya lebih berilmu." Tidak!!!! Inilah perkara yang perlu untuk kita selalu berhati-hati kena selalu kita memperbetulkan akan niat-niat kita menuntut ilmu agar ilmu yang kita pelajari itu membuatkan kita semakin tunduk, taat, patuh kepada Allah سبحانه  وتعالى dan akhirnya mendatangkan rasa takut kita kepada Allah سبحانه  وتعالى dan berharap kepada Allah سبحانه  وتعالى.

# [HABIB NAJMUDDIN BIN OTHMAN AL-KHERED HAFIDZOHULLAH]

FB: The Capal

Friday, 21 July 2017

BERSABARLAH APABILA DIBERIKAN UJIAN. ITU TANDA ALLAH SAYANG KEPADA KAMU

Kalau seandainya manusia itu diciptakan sepertimana orang jepun menciptakan kereta semuanya sama sahaja. Yang walaupun seseorang itu melakukan dosa dan kemaksiatan, hukum hakam-Nya tidak diikuti, Agama-Nya tidak disembah itu tetap Allah bagi makan, itu tetap Allah bagi minum, itu tetap Allah bagikan segala-galanya.

Akan tetapi, Allah tak berikan agama, Allah tak bagikan hidayah, petunjuk kepada sesiapapun kecuali kepada orang yang Allah sayangi dan yang Allah cintai. Jadi di dalam Al-Quran sahaja dinyatakan "Apakah kalian menduga sewaktu kalian mengucapkan Laa Ilaha Illallah kalian tidak akan diuji. Akan ada cubaan, akan ada ujian."

Ujian yang dihadapi Saidina Bilal Bin Rabah Radhiyallahu'Anhu, ujian yang dihadapi oleh Saidina Ibnu Mas'ud Radhiyallahu'Anhu dan sekalian Para Sahabat Radhiyallahu'Anhum Ajmain serta orang-orang terdahulu yang sampai ada yang ditikam, ditombak sampai mati, direjam dan dibakar hidup-hidup. Itu lebih dahsyat, itu adalah cubaan dan ujian yang diterima oleh orang-orang Islam.

Jadi kita kena sabar, kita kena terima dengan hati yang terbuka, kita kena redha. Kalau seandainya pada waktu dengan kita diuji dengan pelbagai ujian yang berat dalam hidup baik itu umpamanya kemiskinan, kesusahan hidup dan sebagainya maka kita jangan cemburu dengan nikmat dunia yang diperolehi yang dimiliki oleh orang yang lainnya kerana kita memiliki suatu yang lebih berharga yang namanya iman dan yakin yang perlu kita pertahankan.

Nabi kita bersabda "Itu orang-orang kita itu dicincang-cincang tapi dia tetap tidak mengadaikan, tidak menjual dan tidak menjatuhkan iman dan keyakinannya."

Maka jangan sampai kita sanggup menjual agama kita, jangan sampai kita mengadaikan maruah kita, jangan sampai kita menjatuhkan iman dan keyakinan kita kepada Allah Jalla Wa'Ala di saat kita diberikan ujian dan cubaan dalam kehidupan. Setiap ujian, musibah dan cubaan yang diberikan oleh Allah Jalla Wa'Ala kepada setiap hamba-Nya itu ada hikmahnya, ada kebaikan disebaliknya.

Kalau seandainya sahaja kita tahu apa yang tersedia buat kita disebalik segala ujian, kesakitan, musibah dan cubaan yang diberikan oleh Allah kepada kita di dalam kehidupan kita ini. Seandainya Allah memperlihat ganjaran pahala kita, musibah kita. Kalau seandainya kita dapat melihat semua itu nescaya pasti kita akan mengucapkan "Ya Allah berilah musibah itu kepadaku seumur hidupku."

#MutiaraKataDari
[TUAN GURU SYEIKH MUHAMMAD NURUDDIN MARBU AL-BANJARI AL-MAKKI HAFIDZOHULLAH]

Tuesday, 18 July 2017

TIDAK AKAN RUGI ORANG YANG BERSANGKA BAIK

Selalulah kita bersangka baik kepada Allah سبحانه  وتعالى dan kepada hamba-hamba Allah سبحانه  وتعالى kerana orang yang husnuzon dia tidak akan rugi pun dengan sangkaan baiknya. Orang yang husnuzon tak pernah rugi dengan sangkaan baiknya walaupun yang disangkakan itu tidak sebaik yang disangka tapi dia tidak akan rugi.

Ada sebuah kisah di mana terdapat sekumpulan perompak jalanan yang ingin datang merompak dan singgah di suatu perkampungan dan disebabkan mereka tiada tempat menginap maka mereka pun menyamar sebagai orang yang nak pergi menunaikan ibadah Haji.

Lalu mereka pergi ke sebuah rumah untuk meminta izin untuk bermalam dan orang itu pun menerima dan melayannya dengan penuh kehormatan disebabkan tuan rumah itu berasa gembira kerana mendapat tetamu yang akan menjadi tetamu Allah سبحانه  وتعالى.

Yang walaupun sebenarnya mereka itu adalah penipu yang merupakan perompak yang menyamar dikatakan ingin menunaikan ibadah Haji. Jadi mereka mendapatkan layanan yang istimewa daripada tuan rumah itu sehingga setelah mereka selesai makan semuanya dan ingin memohon izin keluar dari rumah itu maka tuan rumah itu memohon supaya perompak itu mendoakan anak mereka yang sedang dalam kesakitan.

Jadi perompak ini pun buat-buatlah berdoa walaupun dia sebenarnya tak berdoa pun hanya buat-buat sahaja. Jadi didoakan kepada anak tuan rumah yang sakit itu. Dalam beberapa tempoh setelah itu perompak itu kembali merompak dan disebabkan tak tahu nak menginap di mana maka mereka pun lalu lagi di perkampungan yang sama. Jadi perompak sekali lagi pergi ke rumah orang yang dia menginap dulu itu dan sekali lagi menyamar sebagai orang yang nak menunaikan Ibadah Haji.

Akan tetapi, alangkah terkejutnya mereka kerana kali ini tuan rumah itu melayannya dengan lebih kemuliaan daripada sebelumnya maka perompak ini berasa pelik dan hairan kenapa tuan rumah melayan mereka dengan penuh penghormata. Lalu ditanya oleh mereka kepada tuan rumah tersebut.

Maka tuan rumah itu memberitahu menceritakan kepada perompak tersebut apa yang sebenarnya terjadi kepada mereka yang mana mereka bersyukur kepada Allah dan mengucapkan ribuan terima kasih kerana berkatnya doa perompak itu anak mereka kembali pulih seperti sedia kala.

Akhirnya selepas mendengar apa yang diberitahu oleh tuan rumah itu maka menangislah perompak tersebut dan mereka pun kembali kepada Allah, bertaubat kepada Allah سبحانه  وتعالى dan mereka tidak lagi menjadi perompak bahkan mereka menjadi Kekasih Allah سبحانه  وتعالى.

Kesimpulannya, apa yang boleh kita ambil pengajaran daripada kisah ini adalah kalau kita bersangka baik pada sesuatu perkara walaupun perkara itu tak lah baik sebenarnya. Jadi apa yang kita sangkakan itu akan dapat kembali kepada kita macam yang terjadi kepada tuan rumah itu sebab dia sangkakan yang perompak itu betul-betul mulia sedangkan orang yang dimuliakannya itu sebenarnya adalah seorang perompak tapi disebabkan sangkaan baiknya maka akhirnya sangkaan baik dia itu kembali dapat kepada dia.

Oleh kerana itu hendaklah kita ini selalu membetulkan sangkaan kita ini. Bersangka baiklah kamu kepada Allah سبحانه  وتعالى dan hamba-hamba Allah سبحانه  وتعالى. Tidak akan rugi orang yang husnuzon. Ingat itu!!!

[HABIB NAJMUDDIN BIN OTHMAN AL-KHERED HAFIDZOHULLAH]

#thecapal

FB: The Capal

WASIAT SYEIKH IBNU ATHA'ILLAH TENTANG UMUR & ZIKIR

"Jika engkau telah berusia empat puluh tahun, maka segeralah untuk memperbanyak amal soleh siang mahupun malam. Sebab, waktu pertemuanmu dengan Allah 'Azza wa Jalla semakin dekat. Ibadah yang kau kerjakan saat ini tidak mampu menyamai ibadah seorang pemuda yang tidak menyia-nyiakan masa mudanya. Bukankah selama ini kau sia-siakan masa muda dan kekuatanmu. Andaikata saat ini kau ingin beramal sekuat-kuatnya, tenagamu sudah tidak mendukung lagi.

Maka, beramallah sesuai kekuatanmu. Perbaikilah masa lalumu dengan banyak berzikir, sebab tidak ada amal yang lebih mudah dari dzikir. Zikir dapat kamu lakukan ketika berdiri, duduk, berbaring mahupun sakit. zikir adalah ibadah yang paling mudah.

Rasulullah saw bersabda :
وليكن لسانك رطبا بذكر اللّه
"Dan hendaklah lisanmu basah dengan berzikir kepada Allah swt."

Bacalah secara berkesinambungan doa' dan zikir apa pun yang mudah bagimu. Pada hakikatnya engkau dapat berzikir kepada Allah swt adalah kerana kebaikanNya. Ia akan mengurniamu dari ingatanNya menjadi ingatmu kepada-Nya…

"Ketahuilah, sebuah umur yang awalnya disia-siakan, seyogianya sisanya dimanfaatkan. Jika seorang ibu memiliki sepuluh anak dan sembilan diantaranya meninggal dunia. Tentu dia akan lebih mencintai satu-satunya anak yang masih hidup itu. Engkau telah menyia-nyiakan sebahagian besar umurmu, oleh kerana itu jagalah sisa umurmu yang sangat sedikit itu.

Demi Allah, sesungguhnya umurmu bukanlah umur yang dihitung sejak engkau lahir, tetapi umurmu adalah umur yang dihitung sejak hari pertama engkau mengenal Allah swt.!!!!!

"Seseorang yang telah mendekati ajalnya ( berusia lanjut ) dan ingin memperbaiki segala kekurangannya di masa lalu, hendaknya dia banyak membaca zikir yang ringkas tetapi berpahala besar. zikir semacam itu akan membuat sisa umur yang pendek menjadi panjang, seperti zikir yang berbunyi :
سبحان اللّه العظيم وبحمده عدد خلقه ورضانفسه وزنة عرشه ومداد كلماته
Maha suci Allah yang Maha Agung dan segala puji bagi-Nya, ( kalimat ini kuucapkan ) sebanyak jumlah ciptaan-Nya, sesuai dengan yang ia sukai, seberat timbangan Arsy-Nya dan setara dengan jumlah kata-kata-Nya.

Jika sebelumnya kau sedikit melakukan solat dan puasa sunat, maka perbaikilah kekuranganmu dengan banyak bershalawat kepada Rasulullah saw. Andaikata sepanjang hidupmu engkau melakukan segala jenis ketaatan dan kemudian Allah swt berselawat kepadamu sekali saja, maka satu selawat Allah ini akan mengalahkan semua amalmu itu.

Sebab, engkau berselawat kepada Rasulullah sesuai dengan kekuatanmu, sedangkan Allah swt berselawat kepadamu sesuai dengan kebesaran-Nya. Ini jika Allah swt berselawat kepadamu sekali, lalu bagaimana jika Allah swt membalas setiap shalawatmu dengan sepuluh selawat sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah Hadits Shahih, "Betapa indah hidup ini jika kau isi dengan ketaatan kepada Allah swt, dengan berzikir kepada-Nya dan berselawat kepada Rasulullah saw."