Memang, kisah ini bersumber dari cerita-cerita Israiliyat. Di mana kita tidak boleh begitu saja secara mutlak menerima dan mendustakannya. Tetapi jenis atau karakter yang disebutkan dalam kisah ini banyak kita lihat dalam kenyataan di sekitar kita. Apalagi setelah kita mengenal bentuk-bentuk kesesatan orang-orang Yahudi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي ءَاتَيْنَاهُ ءَايَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ. وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan memperturutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing. Jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir.” (Al-A'raf: 175-176)
Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar menceritakan sebuah kisah kepada Ahli Kitab tentang seseorang yang keluar dengan kekafirannya seperti lepasnya ular dari kulitnya. Dia dikenal dalam kitab-kitab tafsir dengan nama Bal’am bin Ba’ura, salah seorang ulama dari kalangan Bani Israil di zaman Nabi Musa 'alaihissalam. Dia termasuk salah seorang yang diberi ilmu tentang Ismul A’zham (Nama Allah Yang Paling Agung). Di dalam majelisnya terdapat 12.000 tinta untuk menuliskan uraian-uraian yang disampaikannya.
Malik bin Dinar rahimahullahu mengatakan bahwa dia termasuk orang yang terkabul doanya. Mereka (orang-orang Bani Israil) mengajukannya setiap kali ditimpa kesulitan. Suatu ketika, dia diutus oleh Nabi Musa 'alaihissalam mengajak salah seorang penguasa Madyan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Raja itu memberinya harta, lalu diapun meninggalkan ajaran Musa 'alaihissalam dan mengikuti agama raja itu.
Sebagian mufassir mencantumkan kisah-kisah ini dalam kitab-kitab tafsir mereka. Ada yang hanya sekadar memberi gambaran atau contoh atas apa yang dimaksud dalam ayat, sebagaimana yang diterangkan Qatadah rahimahullahu yang dinukil oleh Ath-Thabari rahimahullahu. Ada pula yang menjadikannya sekaligus sebagai sebab turunnya ayat tersebut.
Ketika menerangkan ayat ini (Al-A’raf: 175-176), Ibnu Katsir rahimahullahu menyebutkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa dia adalah seorang laki-laki Bani Israil, bernama Bal’am bin Abar.
Demikian riwayat Syu’bah dan ulama lain yang tidak hanya satu orang, dari Manshur dengan sanad ini. Adapun menurut Ibnu ‘Abbas, ‘Ikrimah, dan Mujahid, dia adalah Bal’am bin Ba’ura. Beliau menukilkan pula adanya riwayat lain dari Abdullah bin ‘Amr, melalui jalur yang sahih sampai kepada beliau, bahwa yang dimaksud adalah Umayyah bin Abi Ash-Shilt. Seolah-olah, beliau hendak menunjukkan bahwa Umayyah menyerupai Bal’am. Kerana dia mempunyai ilmu tentang syariat umat terdahulu dan mendapati zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun semua itu tidak berguna baginya.
Selanjutnya, Ibnu Katsir rahimahullahu menyatakan bahwa yang masyhur tentang sebab turunnya ayat ini ialah bahwa ayat ini menceritakan tentang seorang laki-laki yang hidup di kota penguasa yang bengis. Dia bernama Bal’am.
Melalui jalur ‘Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau mengisahkan:
"Ketika Nabi Musa 'alaihissalam datang ke wilayah kekuasaan seorang penguasa yang bengis bersama para pengikutnya, para kerabat dan anak paman Bal’am datang menemui Bal’am lalu berkata: “Musa itu orang yang keras dan mempunyai pasukan yang besar. Kalau dia menang tentulah dia akan membinasakan kami. Maka doakanlah kepada Allah agar Dia menjauhkan Musa beserta pasukannya.”
Kata Bal’am: “Sesungguhnya, kalau aku berdoa kepada Allah agar menghalau Musa dan orang-orang yang bersamanya, tentulah hilang dunia dan akhiratku.”
Tapi mereka terus menerus membujuknya hingga diapun menuruti permintaan mereka. Dikisahkan, setiap kali dia mendoakan kejelekan terhadap Nabi Musa dan pasukannya, maka doa itu justru menimpa Bal’am dan orang-orang yang membujuknya. Begitu seterusnya, wallahu a’lam.
Menyedari hal itu, merekapun menegurnya, mengapa dia justru mendoakan kejelekan terhadap mereka?
“Begitulah, setiap aku mendoakan kejelekan buat mereka tidak dikabulkan doaku. Tapi aku akan tunjukkan kepada kamu satu hal yang semoga saja dapat menjadi sebab kebinasaan mereka. Sesungguhnya Allah membenci perzinaan, dan kalau mereka jatuh dalam perbuatan zina, nescaya mereka pasti binasa, dan aku berharap Allah menghancurkan mereka. Maka keluarkanlah para wanita menemui mereka. Kerana mereka itu para musafir, mudah-mudahan mereka terjerumus dalam perzinaan lalu binasa.”
Setelah sebahagian besar mereka terjerumus dalam perbuatan zina, Allah Subhanahu wa Ta’ala kirimkan wabak ta’un sehingga tujuh puluh ribu orang dari mereka menemui kematian. Wallahu a’lam.
Artikel asal oleh Al-Ustadz Abu Muhammad Harist
No comments:
Post a Comment