Pages

Saturday, 31 December 2016

PERINGATAN ALLAH DALAM HADIS QUDSI bah 2.

Peringatan keempat, Allah berfirman:

“Wahai manusia! Barangsiapa berduka kerana persoalan dunia, maka ia hanya akan kian jauh dari Allah, kian nestapa di dunia dan semakin menderita di akhirat. Allah akan menjadikan hati orang tersebut dirundung duka selamanya, kebingungan yang tak berakhir, kepapaan yang berlarut-larut dan angan-angan yang selalu mengusik ketenangan hidupnya.

Wahai manusia! Hari demi hari usiamu kian berkurang, sementara engkau tidak pernah menyedarinya. Setiap hari Aku datangkan rezeki kepadamu, sementara engkau tak pernah memuji-Ku. Dengan pemberian yang sedikit engkau tidak pernah mahu lapang dada. Dengan pemberian yang banyak, engkau tidak juga pernah merasa kenyang.

Wahai manusia! Setiap hari Aku mendatangkan rezeki untukmu, sementara setiap malam malaikat datang kepada-Ku dengan membawa catatan perbuatan jelekmu. Engkau makan dengan lahap rezeki-Ku, namun engkau tak segan-segan pula berbuat durjana kepada-Ku. Aku kabulkan jika engkau memohon kepada-Ku. Kebaikan-Ku tak putus-putus mengalir untukmu. Namun sebaliknya, catatan keburukanmu sampai kepada-Ku tiada henti.

Akulah pelindung terbaik untukmu. Sedangkan engkau hamba terjelek bagi-Ku. Kau raup segala apa yang Kuberikan untukmu. Kututupi kejelekan demi kejelekan yang kau perbuat secara terang-terangan. Aku sungguh sangat malu kepadamu, sementara engkau sedikitpun tak pernah merasa malu kepada-Ku. Engkau melupakan diri-Ku dan mengingat yang lain. Kepada manusia engkau merasa takut, sedangkan kepada-Ku engkau merasa aman-aman saja. Pada manusia engkau takut dimarahi, tetapi pada murka-Ku engkau tak peduli”

PERINGATAN KELIMA

Allah berfirman:

“Wahai manusia! Jangan engkau menjadi orang yang terlambat dalam bertaubat, membumbung angan-angan dan mengharap kenikmatan hidup di akhirat tanpa amal. Berkata seperti ahli ibadah, beramal seperti orang munafik. Jika diberi karunia tidak pernah mahu menerima apa adanya. Jika tidak diberi tidak mahu bersabar. Mengajak berbuat baik pada orang lain tapi dia sendiri mengabaikannya. Mencegah orang lain agar tidak berbuat nista, sementara ia sendiri melakukannya. Mencintai orang yang suka berbuat baik, namun dia sendiri tidak termasuk didalamnya. Membenci orang yang bersikap hipokrit, padahal ia termasuk didalamnya. Mengatakan sesuatu yang tidak ia perbuat dan melakukan apa yang dia cegah. Menuntut orang lain memenuhi janji, namun dia sendiri mengkhianatinya.

Wahai manusia! Dalam setiap pergantian hari, sesungguhnya bumi selalu berkata kepadamu. Wahai manusia! Engkau berjalan diatas punggungku. Kemudian jenazahmu ditaruh di dalam perutku. Engkau makan dengan sesuka  hatimu diatas punggungku dan setelah itu ulat-ulat memakan bangkaimu didalam perutku.

Wahai manusia! Sungguh aku ini adalah sarang binatang buas, rumah saling menuntut, rumah tempat tinggal bersama, rumah kegelapan, sarang ular dan kalajengking. Maka hendaknya engkau membangun diriku, bukan justru memporak-perandakan diriku".

Sumber: al-Mawa'izh fi al-Ahadith al-Qudsiyyah,Al-Imam Ghazali

Bersambung...

Thursday, 29 December 2016

PERINGATAN ALLAH DALAM HADIS QUDSI BAH 1.

Peringatan pertama, firman Allah;

“Wahai manusia! Aku hairan pada orang yang yakin akan kematian, tapi dia hidup bersuka-ria. Aku hairan pada orang yang yakin akan pertanggung jawapan segala amal perbuatan di akhirat, tapi dia asyik mengumpulkan harta benda. Aku hairan pada orang yang yakin akan kubur, tapi dia tertawa terbahak-bahak. Aku hairan pada orang yang yakin akan adanya alam akhirat, tapi dia menjalani kehidupan dengan bersantai-santai. Aku hairan pada orang yang yakin akan kehancuran dunia, tapi dia berlumba-lumba mengejqrnya.

Aku hairan pada orang intelektual, tapi bodoh dalam soal akhlak. Aku hairan pada orang yang bersuci dengan air, sementara hatinya masih tetap kotor. Aku hairan pada orang yang sibuk mencari cacat dan aib orang lain, sementara dia tak sadar sama sekali terhadap cacat yang ada pada dirinya sendiri.

Aku hairan pada orang yang yakin bahwa Allah sentiasa mengawasi segala perilakunya, tapi dia berbuat durjana. Aku heran pada orang yang sadar akan kematiannya, kemudian akan tinggal dalam kubur seorang diri, lalu dimintai pertanggungjawaban seluruh amal perbuatannya, tapi berharap belas kasih dari orang lain.

Sungguh tiada Tuhan kecuali Aku dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Ku”

Peringatan kedua, Allah berfirman:

“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Aku. Tiada sekutu bagi-Ku. Dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Ku.

Barangsiapa tidak mahu menerima suratan nasib yang telah Aku putuskan, tidak bersabar atas segala ujian yang Aku berikan, tidak mahu berterimakasih atas segala ni’mat yang Aku curahkan, dan tidak mahu menerima apa adanya atas segala yang Aku berikan, maka carilah Tuhan lain selain Aku.

Barangsiapa yang susah kerana urusan dunia, sama saja dia marah kepada-Ku. Barangsiapa mengadukan musibah yang menimpa dirinya (pada orang lain), dia sungguh-sungguh berkeluh-kesah pada-Ku. Barangsiapa menghadap pada orang kaya dengan menundukan diri kerana kekayaannya, maka lenyaplah dua pertiga agamanya. Barangsiapa menampar mukanya atas kematian seseorang, maka dia sama saja dengan mengambil sebuah tombak untuk memerangi Aku. Barangsiapa memecah kayu diatas kubur(meratap), maka dia sama saja dengan merobohkan pintu Ka’bah-Ku. Barangsiapa tidak peduli terhadap cara mendapatkan makanan, bererti ia tidak memperdulikan dari pintu mana Allah akan memasukannya kedalam neraka jahanam. Barangsiapa tidak bertambah tingkat penghayatan agamanya, sungguh dia dalam keadaan selalu berkurang.

Barangsiapa yang terus menerus dalam keadaan berkurang, kematian adalah jauh lebih baik baginya. Barangsiapa mengamalkan ilmu yang dia ketahui, maka Allah akan menganugerahkan ilmu yang belum dia ketahui. Barangsiapa yang angan-angannya membumbung tinggi, maka amal perbuatannya akan keruh”

PERINGATAN KETIGA

Allah berfirman:

“Wahai manusia! Terimalah anugerah yang Kuberikan dengan lapang dada, maka engkau tidak akan berharap pada pemberian orang lain. Tinggalkanlah rasa dengki, maka engkau akan terhindar dari kegelisahan hidup. Hindari perbuatan haram, maka engkau aman dari kepincangan dalam beragama.

Barangsiapa mampu menjaga diri dari membicarakan kekurangan orang lain, maka kecintaan-Ku akan Kuanugerahkan kepadanya. Barangsiapa mengasingkan diri dari kerumunan orang, maka dia akan terhindar dari pengaruh keburukannya. Barangsiapa mampu membatasi diri dari berbicara yang tidak ada gunanya, itu menandakan kematangan akalnya. Barangsiapa menerima dengan lapang dada atas pemberianKu yang sedikit, maka dia penuh percaya kepadaKu.

Wahai manusia! Jika engkau tidak melaksanakan ilmu yang telah engkau ketahui, maka bagaimana mungkin engkau akan dapat mencari ilmu yang belum engkau ketahui. Wahai manusia! Bekerjalah di dunia seakan engkau tidak akan mati esok. Kumpulkanlah harta seolah engkau akan hidup kekal di dunia.(Bermakna perkara dunia boleh ditangguh tapi amal akhirat jangan ditangguh2 seolah-olah akan mati esok hari)

Wahai dunia! Jangan kau beri orang yang memburu dirimu. Carilah orang yang menghindar darimu. Jadilah kamu laksana manisan bagi mata orang yang memandangmu”

Bersambung...

Sumber : al-Mawaizh fi al-Ahadith al-Qudsiyyah, Al-Imam Ghazali

Monday, 26 December 2016

MEMBUKA TABIR CAHAYA ILAHI

Allah SWT berfirman, “Dan siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta pula dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” (QS. Al-Isrâ’ [17]: 72). Adapun yang dimaksudkan dengan buta di dunia adalah buta hati, sebagaimana firman Allah SWT, “Maka sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj [22]: 46)

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan, “Penyebab kebutaan kalbu adalah kerana adanya hijab-hijab yang gelap (al-hujub azh-zhulmaniyah), lalai dan lupa kerana jauhnya diri dari menepati janji pada Allah saat di Alam Arwah. Adapun sebabnya lalai adalah kebodohan seseorang terhadap masalah hakikat Ilahiah.

Kebodohan ini timbul kerana kalbu dikuasai oleh sifat-sifat tercela, seperti sombong, dendam, dengki, kikir, ‘ujub, ghibah (mengumpat), namimah (mengadu domba), bohong dan sifat-sifat tercela lainnya. Sifat-sifat inilah yang mengakibatkan manusia jatuh ke derajat yang paling rendah.

Adapun cara menghilangkan sifat-sifat yang tercela tersebut adalah dengan membersihkan cermin kalbu dengan alat pembersih tauhid, ilmu dan amal; serta berjuang dengan sekuat tenaga, baik lahir maupun batin. Semua itu akan menghasilkan hidupnya kalbu dengan cahaya tauhid dan sifat-sifatnya.

Jika seorang manusia telah berhasil menghidupkan kalbunya, maka ia akan ingat pada Negeri Asalnya (Alam Lahut). Setelah ingat ia akan rindu pulang dan ingin sampai ke negerinya yang hakiki. Maka, ia akan sampai dengan pertolongan Allah.

Selanjutnya, setelah penghalang kegelapan (tabir) tadi hilang, maka yang tersisa adalah penghalang-penghalang atau tabir cahaya (al-hujub an-nuraniah). Dan, pada saat itu ia sudah terbuka basirah(mata hati), ia yang mampu melihat dengan penglihatan ruh dan menerima cahaya dari cahaya Asma Ash-Shifat (nama-nama sifat). Secara bertahap, penghalang-penghalang cahaya itu akan terhindar dengan sendirinya dan dia akan diterangi dengan cahaya Zat.”

Sumber : Ust Iqbal Zain.

--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Sirrul Asrar.

MARI BERSIHKAN CERMIN HATI KITA

"Kalbu yang mengenal Allah seperti cermin milik pengantin wanita yang cantik. Setiap hari ia bersihkan cermin tersebut dan ia pakai sehingga tetap bening dan mengkilat."
---Syekh Ibnu Atha'illah, Al-Hikam

Sahabatku, bagaimana mungkin hati ini dapat menampung cahaya Ilahi, jika hati yang kita diselubungi debu? Kita harus terus membersihkan cermin jiwa setiap saat dan berkaca pada diri sendiri.

Dengan begitu, hati akan tetap terjaga dari noda dan dosa, serta siap menerima pancaran cahaya Ilahi. Mari bercermin setiap saat, agar kita tahu baik-buruk, indah-buruk, jauh-dekat, sesuai-tak sesuai diri kita. Semoga bermanafaat!

“Wahai Tuhan, bersihkanlah dariku seluruh kesalahanku dengan air dari salju dan hujan, sucikan kesalahan-kesalahan dari hatiku sebagaimana Engkau menyucikan kotoran dari kain putih, dan bebaskanlah aku dari kesalahan-kesalahan sebagaimana Engkau telah menghilangkan timur dan barat.” (H.R.Bukhari)

ZIKIR, ZIKIR DAN TERUS BERZIKIR TANPA HENTI...

Rasulullah SAW bersabda, “Tiada suatu kaum yang duduk sambil berdzikir kepada Allah melainkan mereka akan dikelilingi oleh malaikat, diselimuti oleh rahmat dan Allah akan mengingat mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR. Bukhari).

Rasulullah juga bersabda, “Tiada suatu kaum yang berkumpul sambil mengingat Allah dimana dengan perbuatan itu mereka tidak menginginkan apa pun selain diri-Nya, melainkan penghuni langit akan berseru kepada mereka, ‘Bangkitlah, kalian telah diampuni. Keburukan-keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan-kebaikan’.” (HR. Ahmad).

Sungguh luar biasa kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Manfaat zikir yang sedemikian luar biasa bagi kehidupan dunia-akhirat kita senantiasa Allah ulang-ulang di dalam kitab-Nya agar kita terus menerus mengamalkannya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً

“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dengan zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab [33]: 41).

Bahkan saat kita selesai solat pun, Allah tekankan agar kita terus berzikir kepada-Nya.

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاَةَ فَاذْكُرُواْ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنتُمْ فَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَاباً مَّوْقُوتاً

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan solat, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring” (QS. An-Nisa [4]: 103).

Malah kalau saat lupa Allah swt, bahaya besar menanti...

Allah SWT berfirman:

وَمَنْ يَّعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمٰنِ نُقَيِّضْ لَهٗ شَيْطٰنًا فَهُوَ لَهٗ قَرِيْنٌ
"Dan sesiapa yang hatinya tidak mengindahkan zikir kepada Yang maha Pengasih, Kami akan adakan baginya Syaitan (yang menghasut dan menyesatkannya), lalu menjadilah Syaitan itu temannya yang tidak renggang daripadanya."
(QS. Az-Zukhruf: Ayat 36).

JANGAN GHAFLAH(LALAI)...

Allah SWT berfirman:

اِسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطٰنُ فَاَنْسٰٮهُمْ ذِكْرَ اللّٰهِ  ؕ   اُولٰٓئِكَ حِزْبُ الشَّيْطٰنِ  ؕ  اَ لَاۤ اِنَّ حِزْبَ الشَّيْطٰنِ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
"Syaitan telah menguasai dan mempengaruhi mereka, sehingga menyebabkan mereka lupa mengingati Allah (berzikir); mereka itulah puak Syaitan. Ketahuilah! Bahawa puak Syaitan itu sebenarnya orang-orang yang rugi."
(QS. Al-Mujadilah: Ayat 19).

Marilah berzikir... terus berzikir... berzikir hingga ke hembusan yang terakhir.

PERUMPAMAAN WANITA DISISI RASULULLAH ﷺ

"Hai Anjasah, perlakukanlah gelas-gelas kaca itu dengan lemah lembut."

(HR. Bukhari)

Dalam sebuah perjalanan. Ketika itu Rasulullah Saw bersama seorang budak yang biasa dipanggil dengan nama Anjasah. Suara Anjasah yang demikian kuat sering membuat unta yang sedang dinaikinya meronta-ronta.

Setiap kali Anjasah berkata dengan suara tinggi, maka unta itu bergerak tanpa kawalan kerana terkejut. Hal itu membuat para wanita yang sedang berada diatas unta hampir-hampir saja terjatuh.

Melihat yang demikian itu, Rasulullah Saw segera menegur Anjasah... kemudian memintanya untuk memperlahankan suaranya.

"Perlakukanlah gelas-gelas kaca itu dengan lemah lembut, hai Anjasah!!"

Kata baginda mengingatkan...

Dan maksud dari gelas-gelas kaca itu adalah "para wanita."

Ungkapan yang begitu indah.

Mengagumkan...

Sungguh bahasa yang Baginda pilih untuk mengilustrasikan karakteristik kaum wanita adalah sangat tepat...

Mereka memiliki kelembutan rasa.

Selembut belaian angin sepoi-sepoi,

Bahkan lebih lembut lagi...

Mereka mempunyai kehalusan jiwa.

Sehalus sutera China,

Bahkan lebih lagi...

Hal inilah yang mendorong Rasulullah Saw begitu selesa menyebut kaum wanita dengan istilah "gelas-gelas kaca".

Gelas-gelas kaca itu "fragile".

Maka perlu "handle with care".

Gelas-gelas kaca itu bersih.

Sebersih sinar mentari di waktu dhuha, bahkan lebih bersih lagi.

Selalu menyenangkan hati orang yang menatapnya.

Kerana memang naluri manusia cenderung mencintai keindahan.

Dan gelas-gelas kaca itu punya tabiat dasar bersih serta indah.

Ia sangat tepat,

Wanita memiliki kelembutan jiwa, kepekaan hati serta sensitiviti rasa._

Namun tabiatnya yang indah suatu saat boleh saja ternoda...

Malahan ia akan terkeluar ataupun 'dipaksa' keluar dari landasan  fitrahnya...

Demikian halnya dengan gelas-gelas kaca itu,

Ia boleh saja pecah ketika terjatuh atau dijatuhkan...

Ia juga boleh kotor kerana debu-debu dengan mudah melekat padanya.

Oleh kerana itulah Rasulullah Saw begitu hati-hati dalam menyebutnya, apalagi bermuamalah dengannya.

Sebuah gelas kaca bila telah hancur maka akan sulit untuk kembali ke bentuk asal semula. Meski menggunakan cara dan bahan paling baik sekalipun. Ia tidak akan sama walau ia tampak serupa.

Begitu juga sekeping hati milik wanita.. ia akan sukar kembali pada rasa asal nya setelah terluka. Maka jagalah hati mu wanita agar ia sentiasa dlm kasih sayang Allah hingga tiada kecewa yang mmpu mencalitnya.

Sumber : Ustaz Iqbal Zain

RIAK DAN SYIRIK

"Penyelesaian sifat RIAK bukan dengan meninggalkan amal. Kerana Ulamak Tasawwuf mengatakan, seseorang yang meninggalkan amal kerana takut kepada sifat riak, itulah riak. Seseorang yang melakukan amal untuk pamer kepada manusia untuk riak, itu adalah syirik khafi."

Ustaz Iqbal Zain al-Jauhari

Sunday, 25 December 2016

ZIKIR MAUT DARI RASULULLAH & SAHABAT

Ad-Dahhak meriwayatkan, "Suatu ketika seseorang bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling zuhud?" Beliau menjawab, "Orang yang tidak melupakan kuburan dan kerusakan jasad, meninggalkan perhiasan dunia yang berlebihan, lebih memilih hal yang kekal daripada yang fana, tidak menganggap esok hari sebagai miliknya, dan menganggap dirinya termasuk ahli kubur." (Kitab Az-Zuhud, Imam Ibn Hanbal)

Sayyidina Ali r.a. ditanya seseorang, mengapa dia tinggal di dekat kuburan, lalu dia menjawab,"Aku mendapati mereka (ahli kubur) sebagai tetangga yang paling baik. Sesungguhnya kudapati mereka sebagai tetangga yang jujur, yang menahan lidah mereka dan menyampaikan peringatan tentang akhirat."

Rasulullah SAW bersabda, "Tak pernah aku melihat pemandangan yang lebih menakutkan daripada kuburan." (HR At-Tirmudzi dan Ibn Majah)

Umar bin Khattab r.a. menuturkan, "Suatu ketika kami pergi ke pekuburan bersama Rasulullah SAW. Aku berada paling dekat dengannya. Beliau duduk di dekat sebuah kuburan dan menangis. Aku menangis melihatnya, demikian juga krang yang lain.
"Mengapa kalian menangis?" tanya Rasul.
"Kami menangis karena kau menangis," jawab kami.

Beliau lalu menjawab, "Ini adalah kuburan ibuku, Aminah binti Wahab. Aku meminta izin kepada Rabbku untuk mengunjunginya dan Dia mengizinkan aku. Lalu, aku meminta izin-Nya untuk memohonkan ampunan untuknya, tetapi Dia menolak permintaanku. Maka, aku merasakan derita kesedihan seorang anak."(HR Muslim dan Al-Hakim)

Ketika berhenti di dekat sebuah kuburan, Usman bin Affan r.a. biasa menangis sampai janggutnya basah. Dia ditanya tentang hal ini, "Mengapa kau tak menangis ketika menyebut syurga dan neraka, tetapi kau menangis ketika berhenti dekat kuburan?"

Dia menjawab, "Suatu ketika aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,'Sesungguhnya kuburan adalah tahap pertama akhirat. Jika penghuninya selamat darinya, maka yang datang sesudahnya akan lebih mudah. Tetapi, jika dia tisak selamat darinya, maka yang datang sesudahnya akan lebih sukar." (HR At-Tirmidzi dan Ibn Majah)

--Imam Al-Ghazali, Zikr Maut wa Ma Ba'dahu, kitab Ihya Ulumuddin.

Tuesday, 20 December 2016

MUSAFIR DI SESUATU TEMPAT SELAMA 6 HARI

SOALAN:

Assalamualaikum wbt,

Begini. Saya tinggal di Kuala Lumpur lalu saya bermusafir ke Kedah selama 6 hari. Berapa hari boleh saya jamak dan qasar?

JAWAPAN:

Waalaikumussalam wbt,

Kami nyatakan di sini beberapa situasi yang menyebabkan keharusan solat musafir terputus :

* Niat untuk bermukim di suatu tempat selama empat hari yang sempurna atau lebih berserta malamnya, tidak termasuk hari ketibaan dan hari bertolak pulang. Jika kita bermusafir ke suatu destinasi dan telah menempah hotel selama enam hari, maka bila tiba di destinasi atau lokasi tersebut tidak boleh lagi mengqasarkan solat, kerana telah berniat untuk bermukim empat hari dan ke atas).

* Jika belum tiba ke tempat destinasi yang hendak dituju, dia telah berniat bahawa ia akan tinggal di situ secara mutlak (iaitu hanya niat untuk bermukim dan tidak akan berpindah ke tempat lain lagi). Musafir yang berniat untuk bermukim secara mutlak iaitu semata-mata terlintas niat untuk bermukim, tanpa ditentukan berapa lama tempoh ingin bermukim, maka hilang statusnya sebagai musafir, bahkan ia menjadi seorang yang mukim dan tidak harus lagi mengqasarkan solatnya.

* Apabila sampai kembali ke tanah air atau tempat permulaan perjalanannya, seperti telah memasuki sempadan qaryah, maka tidak boleh lagi mengqasarkan solat.

* Semata-mata timbul niat untuk kembali ke tempat permulaan perjalanannya setelah bermusafir sejauh dua marhalah atau lebih.

* Kembali semula ke tempat permulaan perjalanan dari musafir yang belum cukup dua marhalah.

Musafir tidak dikira terputus dalam keadaan seperti berikut:

* Berniat untuk tinggal sementara atau bermukim selama 3 hari pada suatu tempat, atau lebih 3 hari tetapi tidak mencukupi empat hari yang sempurna. Contohnya, berniat tinggal 5 hari tetapi termasuk hari datang dan hari balik.

* Berniat untuk bermukim selama empat hari tetapi niat tersebut berlaku ketika di musafir belum berhenti pada suatu tempat, bahkan masih berada di dalam perjalanan.

Justeru, saudara penanya tidak boleh menjamakkan solat atau menqqasarkan solat sepanjang tinggal di Kedah, kecuali ketika di dalam perjalanan datang dan pulang. Ini kerana saudara telah berniat mukim selama 4 hari dan lebih. Justeru, hendaklah saudara melakukan solat tamam dan tidak melakukan jamak sepanjang tempoh tersebut. Pengecualian juga diberikan jika saudara memulakan musafir baru ketika bermukin dengan jarak yang lebih dua marhalah juga, maka dibolehkan mengambil rukhsah dalam tempoh musafir kedua itu.

Wallahua’lam.

Pautan ke laman rasmi PMWP: https://goo.gl/W6PsaZ

Mendidik Hati

Hati adalah sesuatu yang istimewa. Seseorang yang hatinya keras, tidak akan selamanya keras. Dia akan melalui satu proses untuk, melembutkan semula hatinya. Makanya, dia perlu beristiqamah dan bermujahadah duduk di dalam majelis-majelis ilmu, mendengar kalam-kalam Allah, kalam-kalam daripada ulama, untuk rohaninya. Supaya dapat melembutkan hatinya."

"Seseorang yang sentiasa didalam majlis ilmu, maka mereka akan sentiasa mendapatkan nasihat-nasihat agama sebagai peringatan. Peringatan kepadanya kerana kita ini makhluk yang sering terlupa. Peringatan ni suatu nikmat daripada Allah سبحانه وتعالى kerana peringatan itu daripada Allah سبحانه وتعالى sendiri. Mendapat rahmat Allah."

"Apabila seseorang itu menerima nasihat dengan berlapang dada, maka Allah سبحانه وتعالى akan mencampakkan hidayah kepadanya. Ulamak menyifatkan manusia yang sntiasa terlupa ini umpama terkena penyakit amnesia. Dia hilang ingatan. Manusia memerlukan nasihat supaya tidak lupa."

"Orang yang menerima nasihat dapat menghidupkan hatinya yang mati. Dan Seluruh alam ini ialah tanda untuk kita membaca, yakni alat untuk memperolehi ilmu untuk kita dekat kepada Allah سبحانه وتعالى, keesaan kepada Allah سبحانه وتعالى. Dan alam ini dinamakan sebagai alam iaitu ilmu atau alamat atau petanda. Yakni alat utk memperolehi ilmu, dan diantaranya ialah gunung adalah ayat yang kita perlu baca, langit yang terbentang adalah ayat yang perlu kita baca. Untuk kita mendapatkan rahmat Allah سبحانه وتعالى."

"Apakah itu rahmat? Rahmat ialah kesayangan, kasih sayang, atau mendapat rahim Allah سبحانه وتعالى. Dan tempat curahnya rahmat Allah ialah dirumah-rumah Allah atau tempat-tempat yang diizinkan oleh Allah سبحانه وتعالى untuk
mengagungkan-Nya."

"Bagaimana harta dunia itu memberi ketenteraman didalam jiwa manusia? walhal Rasulullah ﷺ pernah bersabda; "Dan harta dunia semua tu adalah dilaknat oleh Allah سبحانه وتعالى." Ketenteraman hati atau jiwa itu terletak pada point akhirat bukan daripada segi point dunia."

"Yakni bukan dari segi rumah besar kereta mewah. Akan tetapi daripada hati yang sentiasa mempunyai hubungan dengan Allah سبحانه وتعالى. Apabila manusia mencari sesuatu pada tmpt yang betul, maka ia akan dapat mencari sesuatu itu. Begitu juga dengan ketenangan. Ketenangan itu satu yang mahal. Barangsiapa yang mencari ketenangan perlulah cari di tempat yang betul iaitu dirumah-rumah Allah سبحانه وتعالى."

"Dizaman kita sekarang, adab amatlah penting. Kenapa imam Al-Ghazali membuka pendahuluan kitabnya dengan adab-adab? Kerana Rasulullah ﷺ mengajar kita adab yakni memperadabkan sesuatu. Dan adab adalah aspek yg mencangkupi segala perbuatan yang akan kita lakukan. Dan alat untuk meletakkan sesuatu pada tempatnya. Adab juga perkara bagaimana utk berinteraksi dengan Allah سبحانه وتعالى dan juga manusia. Kita juga diajar oleh Rasulullah ﷺ untuk beradab kepada para rasul, para malaikat, kitabullah dan sekalian makhluk Allah سبحانه وتعالى."

"Dan didalam menuntut ilmu juga ada adabnya. Adab didalam menuntut ilmu dan memilih gurunya. Berapa ramai di kalangan kita yang tidak berhati-hati memilih guru lantas belajar dengan orang yang tidak betul pemikirannya? Berapa ramai di kalangan kita yang belajar dengan guru yang tidak menjaga adab sebagai guru?" Yang mengutuk sana sini, mencerca alim ulamak, tidak beradab didalam kata-kata mahupun perbuatan mereka?"

"Berapa ramai di kalangan kita belajar sesuatu ilmu bukan dari ahlinya, belajar Feqh dari jurutera, belajar hadis dari ahli bahasa? Lebih teruk lagi, berapa ramai pula yang belajar tanpa guru? Membaca sana dan sini, lalu mengambil hukum sendiri terus dari sumbernya Al-Quran dan Hadith tanpa panduan daripada ulama. Tafsir sendiri ikut akal dia. Ilmu agama ini amat mahal dan perlu kita beradab dengannya. Perlulah diambil daripada dada para ulama yang ahlinya, bersanad sambung kepada Rasulullah ﷺ."

Ustaz Iqbal Zain Al-Jauhari.

Di Jalan Allah

"Segala tindak tanduk, perbuatan, tingkah laku, perilaku Rasulullah ﷺ adalah semuanya berasaskan Al-Quran. Jika kita lihat umpama Al-Quran yang berjalan diatas mukabumi ini. Kita ini beruntung kerana menumpang hidup dengan keberkatan dan kemuliaan Nabi Muhammad ﷺ. Kita dipilih oleh Allah سبحانه وتعالى untuk menjadi umat akhir zaman."

"Aku adalah habuan kepada kamu dan kamu juga habuan umtuk aku. Kata nabi kepada umatnya. Jangan smpai kamu kedekut dengan masamu sedangkan nabimu pemurah dengan waktunya, pemurah dengan keadilannya, pemurah dengan keperihatinannya."

"Ini Nabi sendiri tidak kenal. Siapa ayahnya siapa ibunya. Macam mana ini mengaku umatnya. Masakan juga untuk mendapatkan syafaatnya. Orang yang solat dibelakang imam akan diampunkan dosa-dosanya dengan berkat doa daripada imam itu."

"Apetah lagi zaman nabi para sahabat jadi makmum dibelakang nabi yang makbul doanya. Nabi sepanjang hari sibuk dengan urusan ummat. Sehingga solat sampai bengkak kedua-dua kaki. Kita apetah lagi isnin sampai jumaat sudah sibuk dengan urusan dunia."

"Syurga itu mahal. Apalah sangat dua hari cuti digunakan untuk ibadat. Solat berjemaah lima waktu penuh. Ape juga alasannya walaupun terpaksa masbuk. Jauhi tmpt solat kita daripada orang gila. kanak-kanak yang bermain. Dan juga kawasan urusan jual beli."

"Jika kita datang ke masjid. Jadilah tetamu malaikat yang sopan. Duduk perlu sopan dan pakaian perlu kemas. Berbuat baiklah kerana Allah سبحانه وتعالى, kerana Allah سبحانه وتعالى selalu berbuat baik kepada kamu."

"Ini orang ajak ke masjid juga dimarah-marah. Sepatutnya kita ikut kemasjid. Besar ganjarannya. Kite sepatutnya terhutang budi berhutang pahala dengan jemaah tabligh kerana merekalah yang bertungkus lumus berusaha untuk mengimarahkan disurau dan masjid masjid. Mereka bukan dapat apa apa pon mengajak kamu kemasjid. Bukan dapat duitnya. Tetapi niatnya jika benar disisi Allah سبحانه وتعالى besar ganjarannya."

"Sesungguhnya satu air mata yang menitis daripada doa jemaah tabligh untuk mengajak orang ramai kembali kepada Allah سبحانه وتعالى maka terhindar daripada bala untuk kawasan tersebut. Jangan ada pon sekelumit benci kita kepada golongan tabligh."

"Antara kelebihan puasa. Barangsiapa yang berpuasa di jalan Allah سبحانه وتعالى maka dijauhkan dirinya daripada api neraka. Seafdhal-afdhal puasa ialah puasa di bulan muharram, rejab, zulhijah. Macam mana kita mahu istiqomah didalam beribadat. Sama juga istiqomah didalam kita makan. Untuk jasmani, untuk kesihatan, sama juga beribadat adalah untuk rohani kita sendiri."

Daripada TG Sheikh Nuruddin Marbu Al-Banjari Al-Makki.

IKHLASKAN NIATMU


Jika lidah menyebut "sahaja aku..." itu cuma lafaz pada lidah dan belum lagi dinamakan niat. Lafaz itu merupakan cita-cita untuk melakukan sesuatu, mungkin datang dari hati yang benar-benar ikhlas dan mungkin juga merupakan sebuah azam yang wujud kuat ketika itu.

Lafaz juga digunakan untuk mengingatkan diri sendiri supaya niat dibetulkan. Allah SWT itu Maha Mendengar baik diucapkan di lidah mahupun hanya terdetik di hati sedangkan manusia hanya mampu menganalisa ucapan yang terdengar pada telinga. Sering berlaku sesuatu yang kita dengar dan lihat tidak sama dengan hakikat yang sebenarnya.

Hati,lidah dan perbuatan perlu mencapai satu kesatuan yang luhur barulah amalan itu diterima disisi Allah. Hati yang menjadi raja bagi setiap tindakan akan menentukan seluruh amalan lidah dan perbuatannya.

Firman Allah:

"Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadat kepadaNya, dengan teguh di atas tauhid, dan supaya mereka mendirikan solat serta mengeluarkan zakat. Yang demikian itulah agama yang benar"
(Surah al-Bayyinah, ayat 5)

Ikhlas ialah sesuatu amalan yang tidak ada kongsi matlamat selain daripada Allah dan matlamat Akhirat(tiada kepentingan selain Allah). Sesuatu amalan yang hendak dilakukan atau yang sedang dilakukan akan melalui sempadan niat yang bercabang-cabang sehinggalah ia tetap pada niat yang lurus dan satu. Tidak ada ruang pada lidah untuk mencari pengaruh luar bagi mengucapkan perkataan "Saya ikhlas".

Ikhlas itu adalah amalan antara kita dengan Allah kerana ia adalah urusan antara makhluk dengan Khaliq(Pencipta) yang Maha Halus pengiraanNya. Hati juga tidak perlu bersedih apabila keikhlasan itu dipertikaikan orang kerana sudah menjadi hakikat yang sebenar bahawa ikhlas itu tetap menjadi rahsia yang hanya mengetahuinya ialah Allah SWT.

Namun begitu setiap yang wujud ada tandanya. Tanda-tanda ikhlas dalam niat dapat dilihat kepada ketahanan seseorang menempuh ujian yang panjang apatah lagi ketika saat genting dan memerlukan pengorbanan dirinya.

Seekor burung nuri boleh mengungkapkan lafaz niat yang tepat tetapi burung tersebut tidak upaya merasai lafaz itu dilubuk hatinya apatah lagi untuk memperjuangkan niat dalam sebuah wadah perjuangan. Inilah yang membezakan kita dengan haiwan maupun haiwan itu boleh diajar berbicara.

Namun begitu lafaz pada lidah juga membantu hati untuk membentuk kebulatan niat kerana niat tidak boleh wujud dalam keadaan bercabang. Niat awal yang bercabang akan menjadi masalah dalam pembentukan kesatuan niat.

Ini lebih parah dalam jemaah yang ramai kerana apabila tidak wujudnya kesatuan niat maka tidak wujudnya kesatuan berfikir dan kesatuan tindakan, dan lama keamaan ia akan menghancurkan sesebuah organisasi walaupun sekukuh mana organisasi itu wujud pada masa kini.

Untungnya, niat boleh diluruskan dalam sepanjang perjalanan bersama. Ia memerlukan proses pendidikan yang panjang dan tidak mengalah dengan cabaran. Kesemuanya bertolak dari kesedaran dalam hati.

Kita membaca di dalam doa iftitah:

"Sesungguhnya solatku, ibadatku, hidup dan matiku kerana Allah, Tuhan Sekelian Alam."

Allah swt memberikan masa yang cukup pada kita untuk menyemak dan membetulkan kembali sebuah niat dan sekiranya niat itu sudah tidak sempurna lagi cepat-cepatlah untuk membetulkannya kembali.

Niat dalam sesuatu usaha itu boleh berubah sesudah wujudnya kejayaan atau kegagalan. Ketahuilah bahawa ujian kesenangan lebih sukar dihadapi daripada ujian kesusahan kerana kesenangan mewujudkan seribu kehendak yang tidak memerlukan alasan atau bantuan dari seseorang.

Kesusahan pula memendekkan kehendak agar terbatas hanya untuk keperluan yang mendesak. Kadangkala menjadi orang kaya lebih banyak penderitaannya dibandingkan dengan orang miskin tetapi penderitaannya itu terlindung di sebalik kemewahan zahir seperti rumah, kenderaan, pakaian, pengikut dan lain-lain lagi.

Dalam situasi apapun kita perlu melepasi galang ini baik ditakdirkan senang maupun susah. Rezeki itu Allah yang tentukan mengikut kehendakNya yang Maha Mengetahui.

Firman Allah:

"Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rezeki"
(Surah an-Nahl, ayat 71)

Pokoknya rezeki itu tidak menjadikan kita alpa dalam hidup kerana kehidupan itu mengundang kehendaknya yang tak pernah putus-putus.

Firman Allah swt:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingati Allah. Sesiapa melakukan demikian itu, maka mereka adalah orang-orang yang rugi."
(Surah Al-Munafiqun, ayat 9)

Sumber : Ustaz Iqbail Zain

DIALOG SAYYIDINA ALI DENGAN SEORANG YAHUDI

(Tentang Perbandingan Rasulullah sholallahu 'alaihiwassallam dgn para Nabi 'Alaihissalam)

Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. dikenal merupakan sosok yang memiliki keluasan ilmu pengetahuan. Rasulullah SAW bersabda : “Aku kota ilmu dan Ali adalah gerbangnya.” Ketika Sayyidina Ali diangkat menjadi khalifah dan umat Islam membaiatnya, beliau pergi ke masjid dengan memakai serban dan selendang Rasulullah SAW dan memakai sandal Rasulullah SAW serta membawa pedang Rasulullah SAW lalu beliau naik mimbar dan duduk diatasnya sambil menyilangkan jari-jari kedua tangannya dan meletakkan dekat perut.

Kemudian beliau berkata : “Ma’asyirannas… bertanyalah kepadaku sebelum kalian kehilanganku. Inilah wadah ilmu. Inilah air liur Rasulullah SAW. Inilah yang Rasulullah SAW tuangkan kepadaku berkali-kali. Bertanyalah kepadaku, karena aku mempunyai ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang yang akan datang…”

Perbandingan antara Rasulullah SAW dengan Para Nabi AS

Dari Musa bi Ja’far, dari ayahnya Ja’far Shadiq, dari ayah-ayahnya, dari al-Hussein bin Ali bin Abi Thalib, dikatakan bahwa seorang Yahudi dari Syam pernah membaca Taurat, Zabur, Injil dan kitab-kitab para Nabi AS, juga banyak mengetahui argumentasi mereka, datang ke sebuah majelis para sahabat Rasulullah SAW di antara mereka ada Sayyidina Ali, Ibnu Abbas r.a., dan Abu Ma’bad al-Juhani.

“Wahai umat Muhammad, kalian tidak tinggalkan satu derajat atau satu keistimewaan yang ada pada seorang nabi melainkan kalian berikan pula pada nabi kalian,” ujarnya. Lalu Yahudi itu bertanya, “Apakah kalian akan menjawab pertanyaan-pertanyaanku ini?”

“Benar,” Jawab Sayyidina Ali. “Tidaklah Allah SWT memberikan suatu darjat dan keistimewaan kepada seorang nabi atau rasul melainkan Allah berikan juga semuanya kepada Nabi Muhammad SAW, bahkan Dia melebihkannya atas para nabi berlipat ganda.”

“Apakah engkau siap menjawab pertanyaanku?” tanyanya.
Sayyidina Ali menjawab, “Ya. Aku akan sebutkan dihadapanmu sekarang juga tentang keistimewaan Rasulullah SAW sehingga kaum muslimin senang dan orang-orang yang ragu tidak akan meragukannya lagi. Dan Rasulullah SAW pada saat menyebutkan keistimewaan dirinya selalu berkata, ‘tidak bermaksud bangga (wa la fakhr).’ Dan aku menyebutkan keistimewaan-keistimewaan beliau tanpa menjatuhkan dan mengurangi kedudukan para Nabi AS, namun sekedar mensyukuri Allah Azza Wajalla atas anugerah yang Dia berikan kepada Baginda Muhammad SAW seperti yang diberikan kepada para nabi bahkan Allah SWT melebihkan beliau.”

1. Perbandingan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Adam AS
“Aku akan bertanya kepadamu, siapkanlah jawabannya!” Ujar orang Yahudi itu.
“Sampaikan pertanyaanmu.” Tegas Sayyidina Ali.

Yahudi berkata, “Lihatlah Adam AS, Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadanya. Apakah Allah SWT berbuat sama terhadap Muhammad?”
Sayyidina Ali menjawa, “Ya. Ketika Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam AS bukan berarti mereka menyembah Adam AS, tetapi mereka mengakui keutamaan Adam AS dan kerana kasih sayang Allah kepadanya. Namun, Muhammad SAW telah diberi kehormatan yang lebih dari itu. Allah SWT berselawat atasnya di alam Jabarut dan juga seluruhnya. Bahka Allah menjadikan shalawat atasnya sebagai suatu ibadah bagi orang-orang mukmin. Itu adalah suatu keistimewaan Muhammad SAW, wahai orang Yahudi.” Jawab Sayyidina Ali.

Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah telah mengampuni Adam setelah melakukan kesalahan.” Kata si Yahudi. “Benar. Allah memberikan ampunan kepada Muhammad tanpa beliau melakukan kesalahan. Allah azza wa jalla telah berfirman, ‘Allah hendak mengampunimu dosa yang telah lalu dan yang akan datang.’ (QS. Al-Fath : 2).

“Sesungguhnya Muhammad SAW di hari kiamat kelak tidak akan membawa dosa dan tidak dituntut kerana dosa.”

2. Perbandingan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Idris AS
Yahudi berkata, “Lihatlah Idris AS, Allah telah mengangkatnya ke tempat yang tinggi dan memberinya makanan syurga setelah dia wafat.”
Sayyidina Ali menjawab, “Ya, itu benar. Muhammad SAW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Sesungguhnya Allah SWT telah berfirman, ‘Dan telah Kami angkat sebutanmu.’ (QS. Al Insyiroh : 4). Itu sudah cukup untuk dijadikan suatu kemuliaan. Kalau Idris AS diberi makanan surga setalah di wafat, maka Muhammad SAW diberi makanan surga ketika masih hidup di dunia. Pernah ketika beliau lapar, maka datang Malaikat Jibril menemuinya membawa hidangan dari surga. Hidangan itu ternyata bertahlil, bertasbih, bertahmid dan bertakbir di tangan beliau. Kemudian beliau memberikannya kepada ahlul baitnya, lalu hidangan itu juga bertahlil, bertasbih, bertahmid dan bertakbir. Malaikat Jibril berkata bahwa hidangan ini hadiah dari surga yang diberikan Allah SWT khusus kepada Muhammad SAW. Hidangan ini tidak layak kecuali kepada Nabi dan penggantinya.”

3. Perbandingan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Nuh AS
“Lihatlah Nabi Nuh AS. Dia bersabar kerana Allah SWT, dan dia memaafkan kaumnya disaat mereka mendustakannya.” Kata si Yahudi. “Ya, itu benar!” jawab Sayyidina Ali. “Demikianlah pula Nabi Muhammad SAW bersabar karena Allah telah memaafkan kaumnya pada saat mereka mendustakannya, mengusirnya dan melemparinya dengan kerikil. Abu Lahab pernah meletakkan di atas kepalanya kotoran, lalu Allah memerintahkan Malaikat Ja’abil (malaikat penjaga gunung) untuk menemui baginda Muhammad SAW. Malaikat Ja’abil mengatakan kepada baginda Muhammad SAW, ‘bahwa dirinya diperintahkan oleh Allah untuk mentaatimu. Apabila Engkau ingin agar aku menghimpit mereka dengan gunung, maka akan aku binasakan mereka.” Kata Malaikat Ja’abil.

“Aku diutus sebagai rahmat.” Kata beliau. Nabi bahkan mendoakan mereka, “Ya, Allah, berilah umatku ini hidayah karena mereka belum mengetahui.”
Orang Yahudi itu kembali berkata, “Nabi Nuh AS berdoa kepada Tuhannya, lalu turunlah hujan deras dari langit.”

“Ya itu benar. Nabi Nuh AS berdoa dalam keadaan marah sementara hujan deras diturunkan Allah SWT karena kasih sayang.” Jawab Sayyidina Ali. “Ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, datang penduduk Madinah pada hari Jum’at kepada beliau. ‘Wahai Rasulullah, sudah lama hujan tidak turun. Pohon-pohon menguning (kering), dedaunan berjatuhan,’ keluh mereka. Lalu beliau mengangkat kedua tangannya, sehingga tampak putih lipatan pangkal kedua tangannya. Langit yang semula bersih tidak berawan, tiba-tiba berubah menjadi gelap dan turunlah hujan yang deras, begitu derasnya sehingga seorang pemuda yang gagah perkasa hampir mati kerana pulang ke rumahnya karena derasnya hujan yang mengakibatkan banjir. Kejadian itu berlangsung selama seminggu. Mereka kembali mendatangi beliau pada hari Jum’at berikutnya, “Ya Rasulullah, ruamh-rumah menjadi hancur, kendaraan dan transportasi terhenti.” Keluh mereka lagi. Beliau tersenyum sejenak, “Beginilah cepatnya manusia bosan.” Kata beliau. Lalu beliau berdoa, “Ya Allah, jadikanlah ini semua menguntungkan kami dan tidak membahayakan kami.” Maka hujanpun mulai reda di sekitar kota Madinah sedangkan di kota Mandinah sendiri hujan berhenti total. Itulah mukjizat Nabi Muhammad SAW.”

4. Perbandingan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Hud AS
Yahudi berkata, “Lihatlah Nabi Hud AS, karena Allah SWT telah menolongnya dengan mengirimkan angin, apakah Allah berbuat yang serupa terhadap Nabi Muhammad?” Tanyanya.

“Ya itu benar!” Jawab Sayyidina Ali. “Nabi Muhammad SAW telah diberitahu sesuatu yang lebih dari itu. Allah juga telah menolonngnya dari musuh-musuhnya dengan angin dalam perang Khandaq. Allah mengirimkan anging kencang sehingga kerikil-kerikil berterbangan, lebih dari itu Allah memperkuat pasukan beliau dengan delapan ribu pasukan malaikat. Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah nikmat Allah atas kalian, ketika datang kepada kalian tentera-tentera, lalu Kami kirim kepada mereka angin dan pasukan yang tidak kalian lihat.” (QS Al- Ahzab : 9).

5. Perbandingan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Saleh AS
Orang Yahudi berkata : “Lihatlah Nabi Saleh AS,” ujar Yahudi. “Allah telah menciptakannya untuknya seekor unta dari batu sebagai mukjizat
Sayyidina Ali menjawab, “Ya itu benar.” Kemudian beliau melanjutkan, “Nabi Muhammad SAW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Kalau unta Nabi Saleh tidak berbicara dan tidak bersaksi atas kenabiannya, maka ketika kita bersama beliau dalam sebuah peperangan, tiba-tiba datang seekor unta mendekatinya bersuara dan berbicara, “Ya Rasulullah, sesungguhnya si fulan telah menggunakanku sampai aku besar dan kini dia hendak menyembelihku. Aku berlindung kepadamu darinya.” Kemudian beliau memanggil pemilik unta itu dan meminta unta darinya. Orang itu memberikannya kepada beliau.

Juga ketika kami bersama beliau, tiba-tiba datang seorang Arab dari pedalaman menuntun untanya. Orang pedalaman itu hendak dipotong tangannya karena ulah para saksi yang telah memberikan kesaksian palsu. Kemudian unta itu, berbicara dengan beliau, “Ya Rasulullah, sesungguhnya orang ini tidak berdosa, para saksi yang ini memberikan kesaksian secara paksa. Sebenarnya pencuriku adalah seorang Yahudi.”

6. Perbandingan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Ibrahim AS
Orang Yahudi berkata, “Lihatlah Nabi Ibrahim AS, karena dia telah mengetahui Allah SWT dengan perenungan (i’tibar). Pembuktiannya telah meliputi keimanan terhadap-Nya.”

Sayyidina Ali berkata, “Ya benar. Nabi Muhammad SAW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Beliau telah mengenal Allah SWT dengan i’tibar sebagaimana Nabi Ibrahim AS. Namun, Nabi Ibrahim AS mengenal Allah dalam usia lima belas tahun sementara Rasulullah SAW mengenal-Nya semenjak usia tujuh tahun. Pernah sejumlah pedagang Nasrani datang. Mereka menurunkan dagangan mereka di antara bukit Shafa dan Marwa. Sebagian dari mereka melihat beliau, Muhammad SAW lalu mereka mengetahui sifat, karakter, dan berita akan kebangkitannya sebagai nabi dan mereka mengetahui beberapa mukjizatnya.

Para pedagang Nasrani itu bertanya kepada Muhamamd SAW, “Wahai anak kecil, siapa namamu?” Beliau menjawab, “Muhammad.” Mereka bertanya, “Siapa nama ayahmu?” Beliau menjawab, “Abdullah.” Mereka bertanya, “Apa nama ini (mereka bertanya sambil menunjuk bumi)?” Beliau menjawab, “Bumi.”

Mereka bertanya, “Apakah nama itu (mereka bertanya sambil menunjuk langit)?” Beliau menjawab, “Langit.” Mereka bertanya, “Siapa yang menciptakan bumi dan langit?” Beliau menjawab “Allah.” Lalu Muhammad SAW menyentak mereka, “Apakah kalian meragukan tentang Allah SWT? Celaka kamu, wahai Yahudi.” Beliau telah mengetahui Allah dengan i’tibar pada saat kaumnya kufur, bersumpah dan menyembah patung-patung, tetapi beliau berkata, “Tiada Tuhan selain Allah.”
Orang Yahudi berkata kembali, “Nabi Ibrahim AS telah terhijab dari mata Namrud sebanyak tiga kali.”

Sayyidina Ali berkata, “Ya benar. Namun Nabi Muhammad SAW telah terhijabi dari dari mata orang-orang yang hendak membunuhnya sebanyak lima kali. Sama tiga jumlahnya dan bahkan lebih dua.

Kelima hijab yang dimaksud adalah ketika Allah berfirman : ‘Dan Kami jadikan penutup dihadapan mereka, adalah hijab (penutup) yang pertama.’ Dan dari belakang mereka,’ adalah hijab kedua. ‘Lalu Kami tutup mata mereka sehingga tidak dapat melihat,’ (QS Yaasin : 9) adalah hijab ketiga. Hijab yang keempat adalah firman Allah SWT yang berbunyi,

“Dan apabila kamu membaca Al Qur’an niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup.” (QS al-Isra’ : 45)

Sedangkan hijab yang kelima adalah firman Allah SWT yang berbunyi,
“Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka kerana itu mereka tertengadah.” (QS Yassin,8)
Orang Yahudi berkata, “Sesungguhnya Nabi Ibrahim AS telah membelenggu mulut orang kafir dengan kenabiannya.”

Sayyidina Ali berkata, “Benar! Pernah Nabi Muhammad SAW didatangi orang yang mendustakan hari kebangkitan setelah kematian, orang itu adalah Ubai bin Khalaf al-Jumahi, dia membawa tulang yang hancur lalu berkata, “Wahai Muhammad, siapakah yang akan menghidupkan kembali tulang belulang ini padahal sudah hancur?” Lalu Allah SWT menurunkan atas Muhammad sebuah ayat yang membungkam mulut orang itu,

“Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk” (QS Yassin : 79)
Akhirnya orang itupun pergi terbungkam. Orang Yahudi berkata, “Nabi Ibrahim telah menghancurkan patung-patung kaumnya dengan marah karena Allah SWT.”
Sayyidina Ali berkata, “Ya benar. Nabi Muhammad SAWT telah merobohkan tiga ratus enam puluh patung di dalam Ka’bah dan membersihkan semenanjung Arabia dari patung-patung serta mengalahkan orang-orang yang menyembah patung dengan pedang.”

Orang Yahudi berkata, “Nabi Ibrahim AS pernah dilemparkan oleh kaumnya ke dalam api, tetapi dia pasrah dan sabar, akhirnya Allah menjadikan api itu dingin dan menyelamatkannya. Apakah Allah berbuat yang sama terhadap Muhammad?”
Sayyidina Ali berkata, “Ya benar. Ketika Nabi Muhammad pergi ke Khaibar, seseorang wanita Khaibar meracuninya, tetapi Allah menjadikan racun itu dingin (tidak bereaksi) di dalam perutnya sampai akhir wafatnya. Padahal racun itu, jika berada di dalam perut akan membakar seperti api yang membakar. Itu adalah kekuasaan-Nya, janganlah kamu mengingkarinya.”

7. Perbandingan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Ya’qub AS
Orang Yahudi berkata, “Lihatlah Nabi Ya’qub AS. Dia mendapatkan nasab yang sangat besar. Allah menjadikan para Nabi dari tulang rusuknya. Marya putri Imran adalah termasuk keturunannya.”

Sayyidina Ali berkata, “Ya benar. Nabi Muhammad mendapatkan nasab yang lebih besar. Allah menjadikan Fathimah, wanita penghulu alam raya, sebagai putrinya. Al-Hasan dan al-Hussein sebagai cucunya.

Orang Yahudi berkata, “Nabi Ya’qub bersabar karena perpisahan putranya sampai-sampai dia hampir sakit parah karena sedih.”

Sayyidina Ali berkata, “Ya itu benar. Nabi Ya’qub benar-benar sedih, namun kesedihannya berakhir dengan perjumpaan. Tetapi Nabi Muhammad ketika putranya yang tersayang, Ibrahim, diambil selagi beliau masih hidup. Allah mengujinya agar beliau mendapat simpanan yang besar nanti. Beliau bersabda, “Jiwa pilu dan hati terluka. Dan kamu sangat sedih atasmu wahai Ibrahim. Kami tidak mengatakan sesuatu yang memurkakan Allah.” Dalam semua itu, beliau mengutamakan kerelaan terhadap Allah SWT dan pasrah kepada-Nya dalam segala perbuatan.”

8. Perbandingan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Yusuf AS
Orang Yahudi berkata, “Lihatlah Nabi Yusuf AS, dia menyimpan pahitnya perpisahan. Dia dijerumuskan ke dalam penjara demi menghindari kemaksiatan. Dia dilemparkan ke dalam lubang yang gelap sebatang kara.”

Sayyidina Ali berkata, “Ya itu benar. Nabi Muhammad menyimpan pahitnya keterasingan. Beliu meninggalkan keluarga, anak dan harta untuk berhijrah dari Haramullah (Ka’bah, Mekah). Ketika Allah melihat kesedihan dan perasaan pilu, Allah memperlihatkan kepadanya sebuah mimpi yang menyamai mimpinya Nabi Yusuf AS dalam takwilnya dan Allah membuktikan kebenaran mimpinya kepada seluruh alam raya. Allah SWT berfirman :

“Sungguh, Allah akan Membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya bahwa kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, jlka Allah Menghendaki dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan memendekkannya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah Mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, dan selain itu Dia telah Memberikan kemenangan yang dekat.” (QS al-Fath, 27).

Kalau Nabi Yusuf AS ditahan dalam penjara, maka Rasulullah SAW dipenjara di Syi’ib selama tiga tahun. Beliau diisolir dari sanak family dan kerabatnya. Allah SWT telah memperdaya mereka (orang-orang kafir Quraisy) dengan mengutus makhluk-Nya yang paling lemah (rayap), lalu anai-anai rayap itu memakan surat perjanjian yang mereka tulis.

Kalau Nabi Yusuf AS dilemparkan ke dalam lubang gelap, maka Nabi Muhammad SAW telah menyembunyikan dirinya di dalam gua karena ulah musuhnya, sampai-sampai beliau berkata kepada sahabatnya, “Janganlah kamu sedih. Sesungguhnya Allah SWT bersama kita,” Allah memujinya dalam kitab-Nya.

9. Perbandingan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Musa AS.
Orang Yahdui berkata : “Lihatlah Nabi Musa bin Imran as. karena Allah telah memberinya Taurat yang memuat hukum-hukum.”

Sayyidina Ali berkata, “Ya itu benar. Nabi Muhammad SAW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Nabi Muhammad SAW telah diberi surat al-Baqarah dan al-Maidah yang sama dengan Kitab Injil, beliau juga diberi surat Thawasin (surat-surat yang didahului dengan huruf Tha, Sin), surat Thaha, sebagian surat-surat al-Mufashshal (yang sedang sehingga sering dipisah-pisah) dan al-Hawamim (surat-surat yang dimulai dengan Ha, Mim) yang sama dengan kitab Taurat, beliau juga diberi sebagian surat-surat al-Mufashshal dan surat-surat yang didahului dengan Shabbaha yang sama dengan kitab Zabur; beliau diberi surat Bani Israil dan surat Bara’at yang sama dengan shuhuf Ibrahim AS dan shuhuf Musa AS, kemudian Allah SWT menambah beliau dengan as-Saba’ ath Thiwal (tujuh surat yang terpanjang) dan surah al-Fatihah.”

Orang Yahudi berkata, “Sesungguhnya Nabi Musa AS dipanggil untuk bermunajat kepada Allah di atas bukti Sina.”

Sayyidina Ali berkata, ‘Ya itu benar. Allah telah mewahyukan kepada Muhammad SAW di Sidratul Muntaha. Kedudukan beliau di langit terpuji dan di Sidharatul Munthaha beliau disebut-sebut.

Orang Yahudi berkata, “Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku.” (QS Thaha, 39). Allah telah memberikan kasih sayang kepada Musa AS.’

Sayyidina Ali menjawab,”itu benar, tetapi Allah telah memberikan kepada Nabi Muhammad SAW sesuatu yang lebih mulia dari itu. Selain Allah memberikan kasih sayang kepadanya, Dia juga telah menyertakan nama Muhammad dengan nama-Nya sehingga syahadat tidak sempurna kecuali dengan ungkapan, “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” Ikrar itu disebut-sebut di atas mimbar, maka tidak dikumandangkan sebutan Allah kecuali dikumandangkan pula sebutan Muhammad SAW.’

Orang Yahudi berkata, ‘Nabi Musa AS telah diutus untuk menghadapi Fir’aun dan memperlihatkannya kepadanya tanda yang besar.”

Sayyidina Ali berkata : “Itu benar, Nabi Muhamamd SAW juga diutus untuk menghadapi beberapa Fir’aun, seperti Abu Jahal, Utbah bin Rabi’ah, Syaibah, Abi al0Bukhari, Nidhir bin Harits, Ubai bin Khalaf, dan diutus kepada lima orang yang dikenal dengan para pengolok, al-Walid bin al-Mughirah al-Makhzumi, al-‘Ash bin Wa’il al-Suhami, Aswad bin Abd Yaghuts az Zuhri, Aswad bin al-Muthalib dan al-Harits bin Thalathilah. Maka beliau memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda yang besar di alam raya ini dan di dalam diri mereka sendiri sehingga jelas bagi mereka bahwa Dia itu benar.”

Orang Yahudi berkata, “sesungguhnya Musa bin Imran telah diberi tongkat yang berubah menjadi seekor ular.”

Sayiddina Ali menjawab, ‘Ya itu benar, Nabi Muhammad SAW telah diberi sesuati yang lebih hebat daripada itu. Pernah ada seseorang yang menuntut hutang kepada Abu Jahal bin Hisyam seharga seekor kambing yang dia beli dari orang itu. Tetapi Abu Jahal tidak memperdulikannya. Dia tengah asyik duduk sambil minum-minuman keras. Setiap kali orang menagihnya, tetapi tidak berdaya sama sekali dan selalu diacuhkan oleh Abu Jahal. Beberapa orang disekitar itu berkata kepada orang tersebut sambil menghina, “siapa yang kamu tagih?”

“Amr bin Hisyam (abu Jahal). Dia mempunyai hutang kepadaku,” Mereka berkata, “Maukah kami tunjukkan orang yang mampu menjalankan hak-hak?” Orang itu berkata ‘Ya.” Mereka lalu menunjukkan Nabi Muhammad SAW.

Pada saat Abu Jahal mengetahui rencana orang tersebut yang meminta pertolongan kepada Nabi Muhammad SAW, Abu Jahal berkata dalam hatinya, “Mudah-mudahan Muhammad datang kepadaku dan memerlukanku, sehingga aku dapat mempermalukannya.” Orang yang sedang menuntut haknya itu datang kepada Nabi Muhammad SAW seraya berkata, “Wahai Muhammad, aku mendengarkan bahwa hubungan antara dirimu dengan Amr bin Hisyam baik. Aku datang minta bantuan dirimu.” Kemudian beliau pergi bersamanya manghadap Abu Jahal. Beliau berkata,’Bangunlah wahai Abu Jahal. Berikan kepada orang ini haknya.’ Lalu Abu Jahal segera bangun dan memberikan kepada orang haknya.

Ketika Abu Jahal kembali ketempat semula, teman-temannya berkata, ‘Kamu mengerjakan itu kerana takut kepada Muhammad?’, Abu Jahal berkata, ‘Celaka kalian, maafkan aku. Sesungguhnya ketika dia datang, aku lihat di sebelah kanannya orang-orang yang membawa pisau yang bersinar dan disebelah kirinya ada dua ekor ular yang menampakkan giginya dan dari matanya keluar sinar. Sekiranya aku menolak, maka perutku tidak aman dari tikamannya dan aku akan diterkam ular itu, dan itu lebih berat bagiku daripada memberikan hak.’

Ketika Nabi Muhammad SAW mengajak ketauhid dan menyalahkan kemusyrikan, para tokoh kaum musyrikin marah, lalu Abu Jahal berkata, “Demi Allah mati lebih baik bagi kita daripada hidup. Tidak adakah diantara kalian, wahai kaum Quraisy, seorang yang akan membunuh Muhammad?” Mereka menjawab, ‘Tidak ada.’ “kalau begitu saya yang akan membunuhnya,’ Seandainya keluarga Abdul Muthalib akan menuntut balas, biarlah aku yang terbunuh, kata Abu Jahal. Mereka lalu berkata, “Sesungguhnya jika kamu melakukan itu, maka telah berbuat kebaikan yang akan selalu diingat.”

Kemudian Abu Jahal pergi ke Masjid al-Haram dan melihat Rasulullah SAW berthawaf sebanyak tujuh putaran, kemudian beliau sholat dan sujud sangat lama. Kemudian Abu Jahal mengambil batu dan membawanya ke arah kepala Nabi Muhammad SAW, ketika dia telah mendekatinya, datanglah unta jantan dari arah beliau dengan membuka mulutnya ke arah Abu Jahal. Melihat itu, Abu Jahal ketakutan dan diapun gemetaran, maka batu itu jatuh melukai kakinya, kemudian dia pulang dengan muka yang pucat dan berkeringat. Kawan-kawannya bertanya, ‘Kami tidak pernah melihat kamu seperti sekarang ini.” Abu Jahal berkata, ‘Maafkan aku, aku sungguh melihat unta jantan yang membuka mulutnya dari arah Muhammad, ia hampir menelanku, maka aku lempar batu itu dan mengenai kakiku.”
Orang Yahudi berkata, “Nai Musa AS telah diberi tangan yang keluar darinya cahanya putih. Apakah Muhammad mempunyai hal seperti itu?”

Sayiddina Ali berkata, “Ya itu benar. Nabi Muhammad SAW diberi sesuatu yang lebih dari itu. Sesungguhnya terpancar dari sebelah kanan dan sebelah kirinya cahaya setiap kali beliau duduk. Cahaya itu disaksikan oleh semua orang.”
Orang Yahudi berkata, “Nabi Musa dapat membuat jalan di laut. Apakah Muhammad dapat berbuat semacam itu?”

Sayyidina Ali menjawab, “Itu benar, Nabi Muhammad SAW telah berbuat sama. Ketika kami keluar dalam perang Hunain, kami menghadapi danau yang kami perkirakan sedalam empat belas kaki dari ketinggian badan manusia. Mereka berkata, “Ya Rasulullah, musuh di belakang kita sedangkan danau di depan kita, seperti yang dikatakan kaum Nabi Musa AS, ‘Kita akan terkejar.’ Lalu Rasulullah SAW turun dan berdoa, ‘Ya Allah, sesungguhnya Engkau jadikan untuk setiap utusan sebuah bukti, maka perlihatkanlah kepadaku kekuasaan-Mu.” Kemudian kami mengurangi lautan dengan menunggangi kuda dan unta yang kakinya tidak basah. Lalu kami pulang dengan kemenangan.

Orang Yahudi berkata, “Nabi Musa AS telah diberi batu, kemudian batu itu mengeluarkan dua belas mata air.”

Sayyidina Ali berkata, “Ya itu benar. Ketika Nabi Muhammad SAW turun di Hudaibiyah dan diboikot oleh penduduk Mekah, beliau diberi sesuatu yang lebih hebat dari itu. Pada waktu itu, sahabat-sahabat beliau mengadu kepada beliau. Mereka kehausan sehingga pangkal tulang kuda mereka menonjol. Kemudian beliau mengambil kain Yaman dan meletakkan tangannya di atas kain itu, lalu keluarlah air di sela-sela jari jemari beliau. Kamu merasa kenyang demikian pula kuda-kuda kami, bahkan kami penuhi kantong-kantong air.”

Orang Yahudi berkata, “Nabi Musa AS telah diberli burung dan manisan dari langit (al manna wa salwa’). Apakah Muhammad juga diberi sesuatu sama seperti itu?”
Sayidinna Ali berkata, “Ya itu benar.” Nabi Muhammad SAW diberi seuatu yang lebih dari itu. Sesungguhnya Allah SWT menghalalkan harta rampasan perang untuk beliau dan umatnya, dan tidak dihalalkan untuk siapa pun sebelumnya. Dan ini lebih utama dari manna dan salwa’. Kemudia lebih dari itu, Allah SWT menganggap niat beliau dan umatnya sebagai amal kebaikan, dan tidak menganggapnya amal kebaikan untuk seseorang sebelum beliau. Oleh karena itu, jika seseorang hendak berbuat kebaikan tapi belum mengerjakannya, maka ditulis untuknya suatu kebaikan, dan jika dia mengerjakannya, maka ditulis sepuluh kebaikan.”

10. Perbandingan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Dawud AS.
Orang Yahudi berkata : “Lihatlah Nabi Dawud AS, sebab Allah telah memberinya kekuatan untuk melunakkan besi, kemudian dengan kekuatannya dia membuat baju besi.”

Sayyidina Ali berkata, “Ya itu benar.” Nabi Muhamamd SAW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Allah telah memberiya kekuatan untuk membuat gua dari batu gunung yang keras. Batu Shakhrah di Baitu Maqdis menjadi cekung dengan tangan beliau, dan kami telah melihatnya.”

Orang Yahudi berkata, “Nabi Dawud AS menagis karena kesalahan dan kekhilafannya sehingga gunung bergetar karena takut tangisan darinya.”
Sayyidina Ali berkata, “Iya itu benar.” Nabi Muhammad SAW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Sesungguhnya beliau jika mendirikan solat, terdengar dari dadanya suara gemuruh seperti gemuruh bejana bekas yang berisi air panas yang mendidih kerana isak tangisnya yang sangat, padahal Allah telah membebaskannya dari siksa-Nya. Beliau berdiri solat di atas kakinya puluhan tahun sehingga bengkak kedua telapak kakinya dan pucat pasi wajahnya. Beliau solat sepanjang malam sehingga Allah menegurnya.’

Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (QS Thaahaa, 1-2)

Terkadang beliu menangis sampai pingsan, seorang bertanya kepadanya, “Bukankah Allah telah mengampuni dosamu yang lalu dan yang akan datang?” Beliau menjawab, “Benar. Namun tidakkah aku patut menjadi hamba yang banyak bersyukur.”

11. Perbandingan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Sulaiman AS
Orang Yahudi berkata, “Lihatlah Nabi Sulaiman AS, karena dia telah diberi kerajaan yang tidak layak diberikan kepada siapapun setelahnya.”

Sayyidina Ali berkata : “Ya itu benar.” Nabi Muhammad SAW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Telah turun kepada satu malaikat yang tidak pernah turun kepada siapapun sebelumnya, yaitu Malaikat Mikail. Malaikat Mikail berkata kepada beliau, ‘Ya Muhammad. Hiduplah kamu menjadi seorang raja yang senang,. Untukmu kunci-kunci khazanah bumi. Tunduk kepadamu gunung dan batu dari emas dan perak. Itu semua tidak mengurangi apa yang tersimpan untukmu di akhirat kelak sedikitpun.” Lalu dia menunjuk Malaikat Jibril AS dan meminta darinya agar bertawadu’. Kamudian Nabi Muhammad SAW berkata : ‘Tidak, tetapi aku ingin hidup sebagai nabi dan hamba. Sehari makan dan dua hari tidak makan. Aku ingin bergabung dengan saudara-saudaraku dari kalangan nabi sebelumku.’ Maka Allah memberinya telaga kautsar dan hak syafaat. Ini lebih besar 70.000 kali lipat dari kerajaan dunia dari permulaan sampai akhir. Dan Allah menjanjikan kedudukan yang terpuji (al maqam al Mahmud). Di hari kiamat nanti Allah akan mendudukannya di atas Arsy. Itu semua lebih mulia dari apa yang telah diberikan kepada Nabi Sulaiman bin Dawud AS.’

Orang Yahudi berkata. “Angin telah diciptakan untuk Nabi Sulaiman AS. Angin itu membawa pergi Sulaiman di negerinya dalam sebuah perjalanan, perginya satu bulan dan pulangnya satu bulan.”

Sayyidina Ali berkata, ‘Ya itu benar.’ Nabi Muhammad SAW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Dia telah diisra’kan dari Masjid al Haram ke Masjidil al Aqsa, yang biasa ditempuh satu bulan, lalu di bawa naik ke kerajaan langit, yang memerlukan waktu lima puluh ribu tahun, dalam waktu kurang dari sepertiga malam.’

Orang Yahudi berkata, “Telah diciptakan jin-jin untuk taat kepada Nabi Sulaiman AS. Mereka bekerja untuk Sulaiman ketika membuat mihrab dan patung.”

Sayyidina Ali berkata, “Ya itu benar.” Nabi Muhammad SAW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Jin-jin diciptakan untuk taat kepada Nabi Sulaiman AS, tetapi mereka dalam keadaan kafir, sementara jin-jin diciptakan untuk taat kepada Nabi Muhammad SAW dalam keadaan beriman. Telah datang kepada beliau sembilan tokoh jin dari Yaman dan dari Bani Amr bin Amir. Mereka adalah Syashot, Madhot, Hamlakan, Mirzaban, Mazman, Nadhot, Hashib, Hadhib dan Amr. Merekalah yang disebutkan dalam al-Qur’an.’

‘Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan (Al Qur’an), lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur’an yang menakjubkan. (QS al-Jin : 1).’

‘Mereka berbaiat kepada beliau untuk menjalankan puasa, solat, zakat, haji dan jihad. Ini lebih hebat dari yang diberikan kepada Nabi Sulaiman AS.”

12. Perbandingan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Yahya AS
Orang Yahudi berkata, ‘Lihatlah Nabi Yahya bin Zakaria AS kerana dia waktu kecil telah diberi hikmah, kebijaksanaan dan pemahaman. DIa menangis tanpa berbuat kesalahan dan dia senantiasa berpuasa terus menerus.”
Sayyidina Ali berkata, “Ya itu benar. Nabi Muhammad SAW telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Nabi Yahya AS hidup pada masa tiada berhala-berhala dan kejahiliahan.”

Sementara Muhammad pada masa kecilnya telah diberi hikmah dan pemahaman di tengah para penyembah berhala dan syaitan. Beliau sama sekali tidak menyukai berhala, tidak pernah aktif dalam upacara-upacara mereka dan tidak pernah berdusta sama sekali. Beliau seorang yang jujur, terpercaya dan bijaksana. Beliau senantiasa menyambung puasa dalam seminggu, terkadang kurang dan terkadang lebih. Beliau pernah berkata, “Aku tidak seperti kalian. Aku berada di samping Tuhanku. DIa Yang memberiku makan dan minum.” Beliau selalu menangis sehingga air matanya membasahi tempat sholatnya karena takut kepada Allah SWT tanpa kesalahan.

13. Perbandingan Nabi Muhammad SAW dan Nabi Isa AS
Orang Yahudi berkata, “Lihatlah Nabi Isa bin Maryam AS. Mereka meyakini bahwa dia dapat berbicara dalam buaiannya dalam keadaan masih bayi.”
Sayyidina Ali berkata, ‘Yai itu benar. Nabi Muhammad SAW keluar dari perut ibunya sambil meletakkan tangan kirinya di atas tanah dan tangan kanannya diangkay ke atas beliau menggerakkan kedua bibirnya dengan ucapan tauhid. Lalu terpancarlah dari mulutnya cahaya sehingga penduduk Mekah dapat melihat istana-istana Bashrah dan istana-istana merah di negeri Yaman dan sekitarnya. Dunia menjadi terang benderang di malam kelahiran Nabi Muhammad SAW sehingga jin, manusia dan setan ketakutan.

Mereka berkata, ‘Telah terjadi peristiwa besar di muka bumi ini.’ Pada malam kelahiran beliau, para malaikat naik turun dari langit, bertasbih dan memuji Allah.”
Orang Yahudi berkata, ‘Mereka meyakini bahwa Nabi Isa AS telah menyembuhkan orang bisu dan orang yang menderita penyakit belang dengan izin Allah SWT.”
Sayyidina Ali berkata, “Ya itu benar. Muhammad telah diberi sesuatu yang lebih dari itu. Beliau telah menyembuhkan orang dari penyakitnya. Ketika beliau duduk, beliau bertanya tentang seorang sahabat beliau, lalu para sahabat beliau berkata, “Ya Rasulullah, dia terkena musibah sehingga dia seperti seekor anak burung yang tidak berbulu.” Kemudian beliau mendatanginya, ternyata orang itu benar-benar seperti anak burung yang tidak berbulu kerana beratnya musibah. Beliau berkata, “Apakah kamu telah meminta sesuatu dengan doa?”

Dia menjawab, “Ya. Aku pernah berdoa kepada Allah agar segala siksaan yang akan menimpaku di akhirat nanti, disegerakan di dunia ini,”

Kemudian Nabi berkata, “bacalah doa ini, ‘Ya Allah, berilah kami di dunia kebaikan dan di akhirat kebaikan, dan jagalah kami dari azab neraka.” Maka orang itupun mengucapkannya, lalu dia segera bangun dan sihat.

Juga pernah seseorang datang dari Junainah yang menderita lepra. Dia mengadu kepada beliau. Lalu beliau mengambil mangkuk berasa air dan beliau meludahinya, kemudian beliau berkata, “Basuhlah badanmu dengan air ini!” Orang itu lalu mengerjakannya dan kemudian sembuh seakan-akan tidak terjadi apa-apa.’
Orang Yahudi berkata, “Mereka meyakini bahwa Nabi Isa AS telah menghidupkan orang yang telah mati dengan izin Allah SWT.”

Sayyidina Ali berkata, “Ya itu benar. Sungguh telah bertasbih sembilan kerikil di tangan Nabi Muhammad SAW suranya sampai terdengar padahal kerikil itu tidak bernyawa. Beberapa orang yang sudah mati berbicara dengannya dan meminta bantuan darinya dari siksaan kematian. Kamu meyakini bahwa Nabi Isa AS berbincang-bincang dengan orang-orang yang sudah mati, Nabi Muhammad SAW mempunyai pengalaman yang lebih mengagumkan dari itu. Ketika beliau singgah di Thaif sementara kaum Thaif memboikot beliau. Mereka mengirim seekor kambing yang sudah dipanggang dan dicampur racun, lalu kambing itu berbicara, “Wahai Rasulullah, jangan engkau makan aku, kerana aku telah diberi racun. Beliau telah diajak bicara oleh kambing yang sudah disembelih dan dibakar. Beliau juga memanggil pohon, lalu pohon itu menghampirinya. Binatang-binatang buas berbicara dengan beliau dan bersaksi atas kenabian beliau. Ini semua lebih besar dari yang diberikan kepada Isa AS.’

Orang Yahudi berkata, ‘Nabi Isa AS telah memberitahu kaumnya tentang apa yang mereka makan dan mereka simpan di rumah-rumah mereka.”

Sayyidina Ali menjawab, “Itu benar. Nabi Muhammad SAW telah berbuat sesuatu yang lebih besar daripada itu. Kalau Nabi Isa AS memberitahu apa yang ada di belakang tembok, maka Nabi Muhammad SAW telah memberitahu tentang perang Mu’tah, padahal beliau tidak menyaksikannya dan beliau menjelaslkan tentangnya dan orang-orang yang syahid di sana padahal jarak antara tempat perang dengan beliau sejauh perjalanan sebulan.”

Akhirnya orang Yahudi tersebut mengucapkan dua kalimah syahadat dan bersaksi bahwa tiada kedudukan dan keutamaan yang Allah berikan kepada Nabi melainkan Dia berikan juga kepada Rasulullah SAW dengan tambahan.

Ibnu Abbas r.a. berkata, “Aku bersaksi, wahai ayah al-hasan, bahwa engkau adalah orang yang sangat dalam pengetahuannya.”

Sayyidina Ali menjawab, “Bagaimana aku tidak mengatakan tentang seorang yang Allah sendiri mengagungkannya dalam al-Qur’an, Sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung.”

Wallahu a’lam

Sumber : Ustaz Iqbal Zain.

Art Diary 15

Seni Purba 3

Art Diary 14

Kenangan

Art Diary 13

Art Diary 12

Aqil & Ijah

Art Diary 11

Aisyah

Art Diary 10

Potret.

Art Diary 9

Potret 

Art Diary 8

Art Diary 7

Seni Purba 2

Art Diary 6

Seni Purba 1

Art Diary 5

Kasih dan manja

Art Diary 4

Art Diary 3

Busy  .

Art Diary 3

Lelaki.

Art Diary 2

Terhasil.
S. Kadarisman.

Art Diary 1

Terhasil.
Saiz kertas A4
Arang diatas kertas.
Jani Mohd.