Sesungguhnya Islam mengharapkan dari seorang muslim untuk :
- Bekerja sebelum berbicara.
- Tidak mengatakan sesuatu melainkan untuk dikerjakan.
- Tidak bekerja melainkan untuk diselesaikan dengan sebaik-baiknya sehingga tidak terkena cercaan Allah swt.
Allah swt berfirman :
- Bekerja sebelum berbicara.
- Tidak mengatakan sesuatu melainkan untuk dikerjakan.
- Tidak bekerja melainkan untuk diselesaikan dengan sebaik-baiknya sehingga tidak terkena cercaan Allah swt.
Allah swt berfirman :
"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahawa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS As Shaff : 2 - 3)
Amal seorang muslim tidak akan hilang sia-sia di mana ia akan dinilai di sisi Allah dan di sisi manusia :
"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS At Taubah : 105)
Tarbiyah Islamiyah selain berteraskan penekanan dari segi keimanan atau ketuhanan dan saling melengkapi dan menyeluruh dalam pentarbiyahan, juga ditekankan pula dengan ciri penting iaitu:
- Bersifat positif.
- Membangun.
Imam Hasan Al-Banna, pengasas gerakan Ikhwanul Muslimin itu adalah benar-benar :
Seorang pembangun bukan seorang penghancur.
Seorang yang suka bekerja bukan tukang bicara.
Seorang yang realistik bukan seorang yang berangan-angan.
Seorang yang suka bekerja bukan tukang bicara.
Seorang yang realistik bukan seorang yang berangan-angan.
Oleh kerana itu, ia mengerahkan tenaganya dan tenaga mereka yang di sekitarnya kepada perkara-perkara yang positif dan membangun dan BUKAN tenggelam dalam :
Perbicaraan yang sia-sia.
Ucapan indah yang enak didengar bersifat keanak-anakan.
Mencari kesalahan orang lain.
Ucapan indah yang enak didengar bersifat keanak-anakan.
Mencari kesalahan orang lain.
Berbahagialah orang yang sedar untuk memikirkan kesalahannya dan tidak membicarakan kesalahan orang lain.
Islam membenci seorang muslim yang sibuk dengan perkara-perkara yang menghabiskan waktunya untuk :
Islam membenci seorang muslim yang sibuk dengan perkara-perkara yang menghabiskan waktunya untuk :
Hal-hal yang remeh.
Terlibat dalam pembicaraan yang batil.
Melakukan perbuatan yang buruk.
Membalas kejahatan orang lain.
Terlibat dalam pembicaraan yang batil.
Melakukan perbuatan yang buruk.
Membalas kejahatan orang lain.
Allah swt menyifatkan orang mukmin dalam firmanNya :
"Apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling dari padanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, selamat tinggal bagi kamu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang yang jahil" (QS Al-Qashash : 55)
Allah swt menyifatkan hamba-hambaNya yang baik dalam firmanNya :
"Apabila orang-orang jahil menyapa mereka (dengan kata-kata yang tidak sopan), mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. " (QS Al-Furqan : 63)
"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (sahaja) dengan menjaga kehormatan dirinya." (QS Al-Furqan : 72)
Rasulullah saw berpesan di dalam sebuah hadith :
"Di antara kebaikan seorang muslim adalah meninggalkan hal-hal yang tidak penting baginya."
Ulama' hadith menganggap hadith ini salah satu dari empat hadith yang bangunan Islam ditegakkan di atasnya.
Islam membenci seorang muslim yang mengunakan hati dan lidahnya untuk memaki dan mengutuk manusia atau benda-benda.
Seorang muslim bukanlah pemaki dan pengutuk, sebab itu ada sejumlah hadith dari Nabi saw yang semuanya mengatakan "janganlah kamu memaki," di antaranya :
Islam membenci seorang muslim yang mengunakan hati dan lidahnya untuk memaki dan mengutuk manusia atau benda-benda.
Seorang muslim bukanlah pemaki dan pengutuk, sebab itu ada sejumlah hadith dari Nabi saw yang semuanya mengatakan "janganlah kamu memaki," di antaranya :
“Janganlah kamu memaki orang-orang yang telah mati, sebab mereka telah selesai amal perbuatannya (tidak sanggup berbuat apa-apa lagi)".
"Jangan kamu memaki-maki masa, kerana Allah adalah (pencipta) masa."
"Jangan kamu memaki angin, kerana sesungguhnya ia di perintahkan untuk berhembus)."
"Jangan kamu memaki di masa panas, kerana ia adalah kifarat kesalahan."
"Jangan kamu memaki ayam jantan, kerana ia mengingatkan (waktu) untuk solat."
"Jangan kamu memaki-maki masa, kerana Allah adalah (pencipta) masa."
"Jangan kamu memaki angin, kerana sesungguhnya ia di perintahkan untuk berhembus)."
"Jangan kamu memaki di masa panas, kerana ia adalah kifarat kesalahan."
"Jangan kamu memaki ayam jantan, kerana ia mengingatkan (waktu) untuk solat."
Yang lebih aneh lagi, ialah larangan memaki syaitan padahal telah terbukti permusuhannya terhadap manusia dan jauhnya ia dari rahmat Allah swt.
Imam Nasa'i, Thabrani dan Hakim meriwayatkan dari sebahagian sahabat, katanya :
Imam Nasa'i, Thabrani dan Hakim meriwayatkan dari sebahagian sahabat, katanya :
"Aku pernah membonceng naik unta Nabi saw lalu unta kami tersandung, maka aku berkata,' Celakalah syaitan! Nabi berkata kepadaku : Jangan engkau ucapkan: Celakalah syaitan, sebab ucapan itu akan menjadikan syaitan berkuasa dan besar sebesar rumah sehingga ia akan berkata: Akulah yang merobohkannya dengan kekuatanku tetapi ucapkanlah: Bismillah, kerana kalimat itu akan menjadikan syaitan kecil seperti lalat."
Memaki syaitan adalah perbuatan negatif, tidak akan menyakitinya bahkan menyenangkannya dan sesuai dengan sifat sombongnya.
Memaki syaitan adalah perbuatan negatif, tidak akan menyakitinya bahkan menyenangkannya dan sesuai dengan sifat sombongnya.
Yang menyakiti dan membuatkan syaitan marah ialah bila manusia melakukan perbuatan yang positif untuk menentangnya seperti ingat kepada Allah dan mengatakan: ‘Bismillah’, ini membuatnya lemah tidak berdaya sehingga ia merasa dirinya kecil seperti lalat.
Di bawah sinar kefahaman-kefahaman Islam yang murni dan dengan jiwa yang positif lagi membangun inilah berjalannya pentarbiyahan Imam Hasan Al-Banna terhadap Ikhwanul Muslimin.
Pengarahannya diberikan kepada mereka dalam berbagai kesempatan dan dengan bermacam-macam cara.
Sesungguhnya beliau ingin sekali menjauhkan mereka dari :
Di bawah sinar kefahaman-kefahaman Islam yang murni dan dengan jiwa yang positif lagi membangun inilah berjalannya pentarbiyahan Imam Hasan Al-Banna terhadap Ikhwanul Muslimin.
Pengarahannya diberikan kepada mereka dalam berbagai kesempatan dan dengan bermacam-macam cara.
Sesungguhnya beliau ingin sekali menjauhkan mereka dari :
Sifat-sifat negatif.
Menyerah kepada nasib.
Berburuk sangka.
Sikap riya'.
Perdebatan yang tidak ada hasilnya.
Menyerah kepada nasib.
Berburuk sangka.
Sikap riya'.
Perdebatan yang tidak ada hasilnya.
Sebaliknya membuka bagi mereka lapangan kerja, supaya mereka dapat menyalurkan :
Kemampuannya.
Kesungguhannya.
Kesungguhannya.
Lapangan itu banyak dan bermacam-macam, dapat menyerap habis waktu dan kemampuan
serta dapat menjadi tumpuan cita-cita semua orang yang beriman dan idaman semua pejuang pada jalan Allah.
Dengarlah kata-katanya dalam ‘Risalah "At-Ta'alim"’ ketika menerangkan hakikat amal dan tingkatan-tingkatannya serta menjelaskan rukun ketiga dari "Bai'ah" setelah memahaminya dan ikhlas kepadanya.
Ia mengatakan :
serta dapat menjadi tumpuan cita-cita semua orang yang beriman dan idaman semua pejuang pada jalan Allah.
Dengarlah kata-katanya dalam ‘Risalah "At-Ta'alim"’ ketika menerangkan hakikat amal dan tingkatan-tingkatannya serta menjelaskan rukun ketiga dari "Bai'ah" setelah memahaminya dan ikhlas kepadanya.
Ia mengatakan :
“Yang aku maksudkan dengan amal ialah buah ilmu dan buah ikhlas”.
Tingkatan-tingkatan amal yang dituntut dari seorang Ikhwan adalah :
PERTAMA : Memperbaiki diri menjadi :
a. Bertubuh kuat.
b. Berakhlak mantap.
c. Berfikiran cerdas.
d. Sanggup berusaha.
e. Murni dalam beraqidah.
f. Benar dalam beribadah.
g. Bekerja keras untuk kepentingan dirinya.
h. Memperhatikan waktunya.
i. Teratur segala urusannya.
j. Bermanfaat bagi orang lain.
KEDUA : Membentuk keluarga muslim dengan :
a. Mengajak anggota keluarganya menghormati kefahamannya.
b. Memelihara adab-adab Islam dalam segala kegiatan kehidupan rumah tangga.
c. Memilih isteri yang baik.
d. Mengetahui hak dan kewajibannya.
e. Memberi pendidikan dan layanan kepada anak-anak dengan sebaik-baiknya.
f. Membentuk keperibadian mereka menurut prinsip-prinsip Islam.
KETIGA : Memberi petunjuk kepada masyarakat dengan :
a. Memperbanyakkan dakwah kepada kebaikan serta memerangi keburukan dan kemungkaran.
b. Mengghairahkan keutamaan.
c. Menyuruh kepada yang ma'ruf.
d. Bersegera kepada perbuatan baik.
e. Membawa pendapat umum kepada kefahaman Islam dan mengusahakan agar kefahaman itu mewarnai segala aspek kehidupan.
KEEMPAT : Memerdekakan tanah air dengan membebaskannya dari setiap kekuasaan asing (yang bukan Islam) samada di bidang politik, ekonomi atau rohani.
KELIMA : Memperbaiki pemerintahan sehingga menjadi pemerintahan Islam yang sebenarnya.
PERTAMA : Memperbaiki diri menjadi :
a. Bertubuh kuat.
b. Berakhlak mantap.
c. Berfikiran cerdas.
d. Sanggup berusaha.
e. Murni dalam beraqidah.
f. Benar dalam beribadah.
g. Bekerja keras untuk kepentingan dirinya.
h. Memperhatikan waktunya.
i. Teratur segala urusannya.
j. Bermanfaat bagi orang lain.
KEDUA : Membentuk keluarga muslim dengan :
a. Mengajak anggota keluarganya menghormati kefahamannya.
b. Memelihara adab-adab Islam dalam segala kegiatan kehidupan rumah tangga.
c. Memilih isteri yang baik.
d. Mengetahui hak dan kewajibannya.
e. Memberi pendidikan dan layanan kepada anak-anak dengan sebaik-baiknya.
f. Membentuk keperibadian mereka menurut prinsip-prinsip Islam.
KETIGA : Memberi petunjuk kepada masyarakat dengan :
a. Memperbanyakkan dakwah kepada kebaikan serta memerangi keburukan dan kemungkaran.
b. Mengghairahkan keutamaan.
c. Menyuruh kepada yang ma'ruf.
d. Bersegera kepada perbuatan baik.
e. Membawa pendapat umum kepada kefahaman Islam dan mengusahakan agar kefahaman itu mewarnai segala aspek kehidupan.
KEEMPAT : Memerdekakan tanah air dengan membebaskannya dari setiap kekuasaan asing (yang bukan Islam) samada di bidang politik, ekonomi atau rohani.
KELIMA : Memperbaiki pemerintahan sehingga menjadi pemerintahan Islam yang sebenarnya.
Dengan demikian, pemerintah dapat melaksanakan tugasnya sebagai pelayan umat, pegawai dan petugas kesejahteraannya. Pemerintah Islam ialah yang anggota-anggotanya terdiri dari orang-orang Islam yang melaksanakan kewajiban-kewajiban Islam, tidak menampakkan kemaksiatan dan melaksanakan hukum Islam serta ajaran-ajarannya.
KEENAM : Mengembalikan keutuhan antarabangsa bagi umat-umat Islam dengan :
a. Memerdekakan negerinya.
b. Menghidupkan kejayaannya.
c. Mempercepatkan kemajuannya.
d. Mempersatukannya sehingga semua itu menghantarkan kepada pengembalian Khilafah yang telah hilang dan persatuan yang dicita-citakan.
KETUJUH : Mengungguli dunia dengan menyiarkan dakwah Islam di mana sahaja supaya jangan ada fitnah dan supaya agama Islam semata-mata bagi Allah dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya.
KEENAM : Mengembalikan keutuhan antarabangsa bagi umat-umat Islam dengan :
a. Memerdekakan negerinya.
b. Menghidupkan kejayaannya.
c. Mempercepatkan kemajuannya.
d. Mempersatukannya sehingga semua itu menghantarkan kepada pengembalian Khilafah yang telah hilang dan persatuan yang dicita-citakan.
KETUJUH : Mengungguli dunia dengan menyiarkan dakwah Islam di mana sahaja supaya jangan ada fitnah dan supaya agama Islam semata-mata bagi Allah dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya.
Empat tingkatan yang terakhir ini adalah wajib atas jamaah sebagai kesatuan dan atas setiap muslim.
Sungguh, perkara ini adalah tugas yang paling berat dan tujuan yang paling besar, mungkin dipandang oleh manusia sebagai khayalan, tetapi Ikhwanul Muslimin memandangnya sebagai kenyataan.
Kita sekali-kali tidak berputus asa dan bagi kita ada harapan besar pada Allah, sedang Allah berkuasa terhadap urusanNya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.”
Dalam pengarahan dan pelajarannya kepada Ikhwanul Muslimin, Imam Hasan Al-Banna mengajar mereka mengutamakan :
Sungguh, perkara ini adalah tugas yang paling berat dan tujuan yang paling besar, mungkin dipandang oleh manusia sebagai khayalan, tetapi Ikhwanul Muslimin memandangnya sebagai kenyataan.
Kita sekali-kali tidak berputus asa dan bagi kita ada harapan besar pada Allah, sedang Allah berkuasa terhadap urusanNya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.”
Dalam pengarahan dan pelajarannya kepada Ikhwanul Muslimin, Imam Hasan Al-Banna mengajar mereka mengutamakan :
1. Keseluruhan sebelum bahagian-bahagian.
2. Pokok-pokok sebelum perincian.
3. Kenyataan dan masalah-masalah ilmiyah dan bukan tenggelam dalam perbahasan yang tidak berguna.
2. Pokok-pokok sebelum perincian.
3. Kenyataan dan masalah-masalah ilmiyah dan bukan tenggelam dalam perbahasan yang tidak berguna.
Oleh sebab itu pada PRINSIP KESEMBILAN dari usul dua puluh beliau tegaskan :
"Setiap permasalahan yang tidak didasarkan pada amal dan praktikal, maka melibatkan diri di dalamnya adalah memberat-beratkan diri yang dilarang oleh syara', misalnya : banyaknya definasi bagi hukum-hukum yang tidak pernah terjadi, berdalam-dalam tentang makna-makna ayat Al-Qur'an yang belum diungkapkan oleh ilmu pengetahuan, pembicaraan tentang siapa lebih utama di antara sahabat ra dan perselisihan yang timbul di antara mereka, padahal masing-masing mereka mempunyai kelebihan dengan dekatnya kepada Rasulullah dan berhak menerima pahala kerana niatnya yang baik, dan banyak alasan untuk tidak menyalahkan mereka."
Beliau menerangkan bahawa khilaf antara ulama dalam furu'(perincian) hukum-hukum syariat adalah perkara yang sesuai dengan :
a. Tabiat agama.
b. Tabiat bahasa.
c. Tabiat manusia.
Maka perkara itu tidaklah berbahaya tetapi yang menjadi bahaya adalah :
1. Kefanatikan.
2. Perpecahan.
3. Permusuhan.
2. Perpecahan.
3. Permusuhan.
Pada PRINSIP KELAPAN dari usul dua puluh beliau berkata :
"Khilaf fiqhi dalam furu" tidak boleh menjadi sebab untuk berpecah-belah dalam agama, atau membawa kepada permusuhan dan kebencian dan bagi masing-masing mujtahid ada pahalanya. Tidaklah ada halangan untuk membuktikan secara ilmiyah tentang masalah-masalah khilafiyah dalam rangka cinta kepada Allah dan saling bantu-membantu untuk mencapai tanpa menimbulkan sifat keras kepala dan fanatik".
Dengan usaha ini, Ikhwanul Muslimin dapat menghargai waktu dan tenaga dan tidak membuang-buangnya dengan adanya sikap fanatik (ta'asub) atau pembahasan yang tidak bermanfaat dan semua waktu dan tenaga dapat diarahkan kepada perkara-perkara yang bermanfaat.
Imam Hasan Al-Banna mempunyai sepuluh wasiat yang ketat hampir menjadi hafalan bagi pengikut-pengikutnya.
Semua wasiat itu mendorong kepada tindakan yang :
Imam Hasan Al-Banna mempunyai sepuluh wasiat yang ketat hampir menjadi hafalan bagi pengikut-pengikutnya.
Semua wasiat itu mendorong kepada tindakan yang :
a. Positif.
b. Bekerja.
c. Membina.
b. Bekerja.
c. Membina.
Dan dalam masa yang sama memperingatkan bahaya melakukan tindakan yang :
a. Negatif.
b. Menganggur.
c. Merosakkan.
b. Menganggur.
c. Merosakkan.
Dalam wasiat ini beliau berkata :
1. Dirikanlah solat tatkala engkau mendengar azan, betapapun keadaan di waktu itu.
2. Bacalah Al-Qur'an atau telaahlah tafsirannya atau dengarkanlah orang lain membacanya atau zikirlah kepada Allah dan janganlah engkau gunakan sebahagian waktumu untuk hal-hal yang tidak berfaedah.
3. Berbicaralah dengan bahasa Arab yang fasih, kerana yang demikian itu termasuk syi'ar Islam.
4. Jangan banyak berdebat dalam hal apapun, kerana pertengkaran itu tidak akan mendatangkan kebaikan.
5. Janganlah banyak ketawa, sebab hati yang berhubungan dengan Allah itu adalah tenang dan mantap.
6. Jangan suka berkelakar serta berolok-olok, sebab umat yang berjuang tidak mengenal selain kesungguhan.
7. Janganlah engkau keraskan suaramu melebihi yang diperlukan oleh pendengar, kerana hal itu menunjukkan kebodohan dan menyakitkan.
8. Jauhilah menghina orang, mencela organisasi dan janganlah berbicara kecuali pembicaraan yang baik.
9. Perkenalkanlah dirimu kepada orang yang engkau jumpai, walaupun ia tidak meminta hal itu darimu, sebab dasar dakwah kita adalah cinta dan saling kenal mengenal.
10. Kewajiban sentiasa lebih banyak dari waktu yang tersedia, sebab itu bantulah orang lain untuk memanfaatkan waktunya. Jika engkau mempunyai suatu urusan, maka selesaikanlah dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
2. Bacalah Al-Qur'an atau telaahlah tafsirannya atau dengarkanlah orang lain membacanya atau zikirlah kepada Allah dan janganlah engkau gunakan sebahagian waktumu untuk hal-hal yang tidak berfaedah.
3. Berbicaralah dengan bahasa Arab yang fasih, kerana yang demikian itu termasuk syi'ar Islam.
4. Jangan banyak berdebat dalam hal apapun, kerana pertengkaran itu tidak akan mendatangkan kebaikan.
5. Janganlah banyak ketawa, sebab hati yang berhubungan dengan Allah itu adalah tenang dan mantap.
6. Jangan suka berkelakar serta berolok-olok, sebab umat yang berjuang tidak mengenal selain kesungguhan.
7. Janganlah engkau keraskan suaramu melebihi yang diperlukan oleh pendengar, kerana hal itu menunjukkan kebodohan dan menyakitkan.
8. Jauhilah menghina orang, mencela organisasi dan janganlah berbicara kecuali pembicaraan yang baik.
9. Perkenalkanlah dirimu kepada orang yang engkau jumpai, walaupun ia tidak meminta hal itu darimu, sebab dasar dakwah kita adalah cinta dan saling kenal mengenal.
10. Kewajiban sentiasa lebih banyak dari waktu yang tersedia, sebab itu bantulah orang lain untuk memanfaatkan waktunya. Jika engkau mempunyai suatu urusan, maka selesaikanlah dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Di antara pengertian positif dalam pentarbiyahan seorang anggota Ikhwan ialah dia tidak hanya mencari kesenangan peribadi dalam beribadah sehingga amal dan keinginannya terbatas pada kepuasan berzikir dan kesenangan berfikir tanpa :
a. Memperhatikan penyakit-penyakit masyarakat dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh manusia.
b. Penyimpangan di bidang akidah, di bidang bid'ah, kerosakan akhlak dan kehilangan pegangan hidup.
la tidak menghadapi semua ini dengan sikap menyerah, sedih dan menyesal, berputus asa atau meratapi nasib semata-mata tanpa mengambil langkah-langkah positif untuk :
1. Memperbaiki yang rosak.
2. Meluruskan yang bengkok.
3. Mengajak orang-orang jahat kepada kebaikan.
4. Menyedarkan orang yang membuat bid'ah kembali mengikuti Sunnah.
5. Membawa orang yang menyimpang kembali ke jalan yang lurus.
6. Mengubah orang yang malas kepada rajin bekerja.
7. Menukar sikap orang yang putus asa kepada semangat yang menyala-nyala.
2. Meluruskan yang bengkok.
3. Mengajak orang-orang jahat kepada kebaikan.
4. Menyedarkan orang yang membuat bid'ah kembali mengikuti Sunnah.
5. Membawa orang yang menyimpang kembali ke jalan yang lurus.
6. Mengubah orang yang malas kepada rajin bekerja.
7. Menukar sikap orang yang putus asa kepada semangat yang menyala-nyala.
Suatu kewajiban dalam pentarbiyahan seorang muslim ialah menjadikan dakwah :
a. Cita-citanya yang utama.
b. Gerak hidupnya.
c. Tujuan usahanya.
b. Gerak hidupnya.
c. Tujuan usahanya.
Ia menganggap bahwa memberikan petunjuk kepada seseorang tentang Islam lebih baik dan utama dari segala hasil yang dicapainya dalam kehidupannnya dan memandang dakwah kepada Allah adalah jalan yang ditempuhi oleh Rasul-rasulNya dan khalifah-khalifahnya dan dakwah itu adalah semulia-mulia tugas dalam hidup.
Oleh sebab itu, slogan Ikhwan sentiasa berbunyi :
"Perbaikilah dirimu dan serulah orang lain (untuk memperbaiki dirinya)."
Kedua-dua tugas ini tidak dapat dipisahkan.
Allah swt berfirman :
Allah swt berfirman :
"Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang soleh dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri" (QS Fushilat : 33)
Dakwah Ikhwanul Muslimin tidaklah terbatas kepada satu bentuk atau cara tertentu, bahkan setiap anggota mesti menyeru orang sekitarnya dengan cara yang mungkin dilakukannya serta dipandangnya berkesan seperti dengan :
1. Pidato.
2. Ceramah.
3. Tulisan.
4. Dialog.
5. Diskusi biasa.
6. Perlakuan yang baik.
7. Bersikap sebagai seorang mukmin tanpa bicara.
2. Ceramah.
3. Tulisan.
4. Dialog.
5. Diskusi biasa.
6. Perlakuan yang baik.
7. Bersikap sebagai seorang mukmin tanpa bicara.
Adalah menjadi kewajiban setiap anggota Ikhwan apabila mendatangi sesuatu rumah atau menghadapi sejumlah orang untuk meninggalkan kesan yang baik, sehingga terkenallah di kalangan Ikhwan kata-kata :
"Tanda seorang yang soleh adalah meninggalkan kesan yang baik pada setiap tempat yang didatanginya. "
Setiap anggota Ikhwan sebagai pendakwah, memberi pengaruh pada lingkungannya dengan perkataan dan amal perbuatannya.
Oleh kerana itu, sebahagian buruh, petani dan pedagang yang menjadi anggota Ikhwanul Muslimin, bila mereka berbicara tentang dakwah maka pendengar mengira mereka keluaran Al-Azhar atau Pusat Pengajian tinggi lainnya.
Ini adalah kerana pada mereka terkumpul bakat dan kepandaian serta ketrampilan berkat daripada :
a. Latihan.
b. Tarbiyah.
c. Kemampuan rohani yang diperolehi.
d. Semangat yang dikobarkan.
b. Tarbiyah.
c. Kemampuan rohani yang diperolehi.
d. Semangat yang dikobarkan.
Di antara perkara yang membantu Ikhwanul Muslimin untuk melakukan perbuatan yang positif dan produktif ialah unsur pentarbiyahan mereka agar benar-benar menghargai waktu dan ingin memanfaatkannya kerana setiap manusia pada hari kiamat akan ditanyakan tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya dan tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakannya?
Oleh kerana itu di antara wasiat sepuluh yang telah dikemukakan ada dua wasiat yang berhubung dengan waktu iaitu WASIAT KEDUA berbunyi :
“Bacalah Al Qur-an atau telaahlah atau dengarkanlah, atau berzikirlah kepada Allah dan janganlah engkau gunakan sebahagian waktumu untuk hal-hal yang tidak berfaedah”.
Begitu juga dengan WASIAT KESEPULUH berbunyi :
"Kewajiban sentiasa lebih banyak dari waktu yang tersedia, sebab itu bantulah orang lain untuk memanfaatkan waktunya. Jika mempunyai kepentingan, maka selesaikanlah dalam waktu yang sesingkat-singkatnya."
Di antara yang paling bernilai yang ditulis oleh Imam Hasan Al-Banna ialah ucapannya yang ditulis untuk "Ruang Juma'at" dari suratkhabar pada setiap pagi Jum'at dengan judul "Waktu adalah Kehidupan" untuk membezakannya dengan perumpamaan yang masyhur "Waktu adalah Emas" dengan mengatakan :
"Sesungguhnya perumpamaan ini adalah benar menurut pandangan golongan kebendaan yang mengukur segala sesuatu dengan benda. Tetapi pada hakikatnya waktu itu lebih tinggi nilainya dari emas dan dari segala benda berharga lainnya kerana emas bila habis dapat diganti, sedangkan waktu bila berlalu tidak dapat dijangkau kembali. Waktu itu pada hakikatnya adalah kehidupan.
Bukankah kehidupan manusia itu hanya waktu yang dihabiskannya sejak lahir sampai mati?"
Di antara yang dicantumkannya dalam catatannya, bahawa salah seorang gurunya berkata kepadanya dan kepada sebahagian rakan-rakannya :
Di antara yang dicantumkannya dalam catatannya, bahawa salah seorang gurunya berkata kepadanya dan kepada sebahagian rakan-rakannya :
"Sesungguhnya saya mempunyai firasat bahawa Allah akan mempersatukan hatimu dan menjadikan ramai manusia bergabung dengan kamu. Ketahuilah bahawa Allah akan bertanya kepadamu tentang waktu mereka yang menggabungkan diri kepadamu, apakah kamu membuat mereka memanfaatkan waktunya sehingga berfaedah bagi mereka dan bagi kamu atau waktunya berlalu dengan percuma sehingga mereka dan kamu mendapat siksa?!"
Sesungguhnya Ikhwanul Muslimin ketika mereka dipenjarakan setelah jamaah mereka dibubarkan pada bulan Disember 1948 dan sesudah pertemuan yang terkenal di daerah ketenteraan "Fayad" di antara duta-duta Inggeris, Amerika dan Perancis di mana mereka mampu mengubah tempat tahanan mereka yang terbesar di gurun Sinai menjadi :
1. Masjid untuk beribadah.
2. Madrasah untuk belajar.
3. Tempat pertemuan untuk berdiskusi.
4. Asrama untuk latihan.
5. Parlimen untuk bermesyuarat.
Secara berseloroh mereka mengatakan :
Gurun Sinai adalah perkhemahan tetap bagi Ikhwanul Muslimin selama tahun 1949. Perjalanan, pembiayaan, tempat tinggal dan pelaksanaan tugas-tugas semuanya dibiayai oleh pemerintah Mesir!!
Perkara ini terjalin dalam sebahagian dari sebuah qasidah yang mereka ucapkan dalam perayaan Ikhwanul Muslimin yang diadakan di lapangan Siti Zainab tahun 1950 setelah mereka kembali dari tempat-tempat tahanan Sinai, di antaranya :
1. Masjid untuk beribadah.
2. Madrasah untuk belajar.
3. Tempat pertemuan untuk berdiskusi.
4. Asrama untuk latihan.
5. Parlimen untuk bermesyuarat.
Secara berseloroh mereka mengatakan :
Gurun Sinai adalah perkhemahan tetap bagi Ikhwanul Muslimin selama tahun 1949. Perjalanan, pembiayaan, tempat tinggal dan pelaksanaan tugas-tugas semuanya dibiayai oleh pemerintah Mesir!!
Perkara ini terjalin dalam sebahagian dari sebuah qasidah yang mereka ucapkan dalam perayaan Ikhwanul Muslimin yang diadakan di lapangan Siti Zainab tahun 1950 setelah mereka kembali dari tempat-tempat tahanan Sinai, di antaranya :
"Kata mereka : ke penjara, kata kami : satu kesempatan terbuka,
Kami dapat berkumpul pada jalan Allah sebagai saudara,
Kata mereka: ke Thursina, kata kami : Thursina tempat berkongres,
Kami tetapkan berbagai rancangan, yang menakutkan musuh,
Inilah Thursina, mereka ingin kami menjadi hancur lebur padanya,
Tetapi Tuhanmu menghendaki iman kami semakin teguh adanya."
Kami dapat berkumpul pada jalan Allah sebagai saudara,
Kata mereka: ke Thursina, kata kami : Thursina tempat berkongres,
Kami tetapkan berbagai rancangan, yang menakutkan musuh,
Inilah Thursina, mereka ingin kami menjadi hancur lebur padanya,
Tetapi Tuhanmu menghendaki iman kami semakin teguh adanya."
Pihak pemerintah mengambil manfaat dari pengalaman ini. Mereka berusaha sungguh-sungguh supaya Ikhwanul Muslimin selama tinggal di kem atau di penjara tidak mendapat kesempatan untuk berdakwah atau untuk kebebasan diri mereka.
Penahanan tahun 1954 dalam penjara tentera dengan pintu sel terkunci rapat yang tidak dibuka kecuali beberapa minit dalam sehari semalam untuk memasukkan air, di mana cemeti menjilat-jilat belakang tubuh mereka dan tidak dibenarkan berkumpul, walaupun untuk solat, sebagaimana tidak dibenarkan membaca kitab walaupun Al-Qur'an.
Dalam pada itu sel-sel berubah menjadi kelompok-kelompok zikir, tasbih dan tadarus perlahan-lahan tatkala ada kesempatan di mana cemeti penyiksaan tidak berbicara.
Sebahagian anggota Ihkwan yang dipindahkan ke asrama tentera "Al-Mahariq" dalam beberapa kes menceritakan bagaimana mereka telah merubah daerah itu dalam waktu yang singkat dari tanah kering tandus menjadi kebun tanam-tanaman dan buah-buahan yang manfaatnya dapat dikecap oleh askar dan tentera serta orang-orang di sekitarnya.
Ketika mereka dikunjungi oleh sebahagian tokoh pemerintah dan di antaranya tukang pukul, Hamzah Al-Basiyuni yang masyhur itu, mereka terkejut dengan apa yang mereka saksikan.
Perkara itu sangat menyakitkan hati dan menjadikan mereka marah kerana melihat pada orang-orang yang menjalani hukuman itu masih :
Penahanan tahun 1954 dalam penjara tentera dengan pintu sel terkunci rapat yang tidak dibuka kecuali beberapa minit dalam sehari semalam untuk memasukkan air, di mana cemeti menjilat-jilat belakang tubuh mereka dan tidak dibenarkan berkumpul, walaupun untuk solat, sebagaimana tidak dibenarkan membaca kitab walaupun Al-Qur'an.
Dalam pada itu sel-sel berubah menjadi kelompok-kelompok zikir, tasbih dan tadarus perlahan-lahan tatkala ada kesempatan di mana cemeti penyiksaan tidak berbicara.
Sebahagian anggota Ihkwan yang dipindahkan ke asrama tentera "Al-Mahariq" dalam beberapa kes menceritakan bagaimana mereka telah merubah daerah itu dalam waktu yang singkat dari tanah kering tandus menjadi kebun tanam-tanaman dan buah-buahan yang manfaatnya dapat dikecap oleh askar dan tentera serta orang-orang di sekitarnya.
Ketika mereka dikunjungi oleh sebahagian tokoh pemerintah dan di antaranya tukang pukul, Hamzah Al-Basiyuni yang masyhur itu, mereka terkejut dengan apa yang mereka saksikan.
Perkara itu sangat menyakitkan hati dan menjadikan mereka marah kerana melihat pada orang-orang yang menjalani hukuman itu masih :
a. Ada kemahuan bekerja.
b. Bersikap produktif.
b. Bersikap produktif.
Lalu mereka memerintahkan supaya semua itu dihancurkan dan dibangunkan sebuah penjara yang kuat untuk menghalangi mereka dari melakukan pekerjaan untuk kehidupan.
Demikianlah yang dikehendaki oleh Imam Hasan Al-Banna bagi dakwah dan gerakannya, iaitu dakwah untuk :
Demikianlah yang dikehendaki oleh Imam Hasan Al-Banna bagi dakwah dan gerakannya, iaitu dakwah untuk :
Beramal. Membangun. Mengeluarkan hasil.
Tidaklah beliau menghendaki dakwahnya semata-mata sebagai gerakan akademik atau falsafah yang berangan-angan untuk menubuhkan sebuah negara ‘Republik Plato’ atau negara ‘Al-Farabi’, meskipun di dalamnya terdapat segudang kefahaman, pemikiran dan ilmu.
Begitu pula beliau tidak menghendaki bagi jamaahnya untuk menjadi kelompok diskusi di mana anggota-anggotanya tenggelam dalam diskusi ala ‘Byzantium’ yang dominan terhadap sebahagian golongan agama dan bangsa-bangsa pada masa-masa kelemahan dan kemunduran pemerintahan mereka.
Beliau banyak memperingatkan supaya menjauhi diskusi yang tidak berguna dan perdebatan yang tidak bermanfaat serta mengulang-ngulang hadith berikut :
Begitu pula beliau tidak menghendaki bagi jamaahnya untuk menjadi kelompok diskusi di mana anggota-anggotanya tenggelam dalam diskusi ala ‘Byzantium’ yang dominan terhadap sebahagian golongan agama dan bangsa-bangsa pada masa-masa kelemahan dan kemunduran pemerintahan mereka.
Beliau banyak memperingatkan supaya menjauhi diskusi yang tidak berguna dan perdebatan yang tidak bermanfaat serta mengulang-ngulang hadith berikut :
"Tidaklah akan menjadi sesat sesuatu kaum setelah mereka mendapat petunjuk, kecuali bila mereka telah mementingkan perdebatan dan pertengkaran. "
Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang bekerja sehingga hasil kerja kami melebihi dari ucapan dan pembicaraan kami. Kuatkanlah kami dengan bekalan iman dan taqwa sehingga kami mampu beramal, membangun diri kami dan mereka yang di sekitar kami serta menjadi anasir-anasir yang produktif. Bantulah dakwah ini sehingga cahayanya akan bersinar kembali menerangi jiwa-jiwa manusia bagi membangunkan semula masyarakat yang tunduk dan menghamba-abdikan diri semata-mata kepadaMu, Tuhan Yang Maha Gagah Perkasa
sumber : http://www.masjidnegara.gov.my
No comments:
Post a Comment